QOTD : yang di atas ini cocok jadi Alex atau Max?
Yang baca chap ini dari baru di up, aku minta maaf banget ya, tadi seharusnya partnya lebih panjang, tapi entah gimana wattpad bisa ngurangin 500 lebih kata, untung bisa direstore dan sudah direstore, selamat membaca :)
Namun, kita semua tahu bahwa segala sesuatu yang indah tidak bertahan lama bukan?
Tentu saja, sudah merupakan hukum alam.
Maka dari itu, entah takdir yang sedang bermain lelucon apa dengan Alexander, Chrysta tiba-tiba saja mendorong tubuh Alexander dan tanpa aba-aba, memuntahi kaosnya.
Alexander yang baru saja tersadar dari shock sebelumnya, harus kembali terhempas ke shock berikutnya ketika ia melirik ke bawah, dan mendapati bahwa kaosnya, yang awalnya polos, kini sudah didekorasi oleh sebuah motif yang tidak diharapkan.
Sedangkan Chrysta?
Ia kembali terlelap bagai bayi mungil yang tidak tahu dunia.
Melihat itu, Alexander mengumpat dengan suara rendah.
Segala pemikiran, ekhem, romantis yang telah dirancang otaknya kini bagai barisan upacara ketika pemimpin barisan memberi aba-aba,
Bubar.
Bukan maksudnya untuk melecehkan Chrysta saat ia sedang tidak sadar. Namun, bagaimana pun, ia adalah seorang pria muda yang sehat dan heterosexual. Calon istrinya pun merupakan wanita muda yang penuh pesona, munafik rasanya bila ia mengatakan bahwa pemikirannya terhadap Chrysta hanya sebatas teman saja.
Dengan wajah kusut dan hati yang sama kusutnya, ia beranjak menuju kamar mandinya, seiring dengan perjalanannya ke kamar mandi, Alexander dengan hati-hati melepaskan kaos yang ternodai tersebut dan menghempaskannya ke dalam keranjang bagi pakaian kotor.
Ia menghela nafas sembari menatap bayangannya pada cermin.
Malam ini akan sangat panjang.
***********************************************
Chrysta terbangun dengan kepala berat yang disertai dengan dentuman menyerupai bass musik bergenre metal.
"fucking hell," gumam Chrysta sembari berusaha mengubah posisinya menjadi posisi duduk.
Dengan tangan kanan yang memegang kepalanya, Chrysta dengan berat mata menelusuri sekitarnya.
Matanya terbelalak ketika menyadari bahwa dirinya sedang berada di lokasi yang tidak teridentifikasi,
"AHHHHHHHHHHHHHH, TOLONG SAYA, SAYA DICULIK!" pekiknya sekeras tenaga.
*BUK*
Tiba-tiba saja, pintu kamar yang ditempati Chrysta terbuka. Dari posisi tersebut, terlihat sosok Alexander yang setengah telanjang dengan handuk putih yang sedang dalam posisi kontroversial di bagian bawah tubuhnya.
Untuk sejenak, keduanya saling bertatap.
Sebelum
"AHHHHHHHHHHHHHHHHHH,"
Pekikan Chrysta yang tadi sudah nyaring, kini nyaris memecahkan semua kaca yang ada di properti tersebut.
Melihat calon istrinya yang tidak kunjung diam, Alexander pun membekap mulut Chrysta.
"mHmhmsShMHM," Chrysta yang terbekap pun tidak berhenti meronta-ronta. Beberapa kali ia juga salah fokus dengan tubuh bagian atas Alexander yang menunjukkan bahwa dirinya merupakan langganan gym.
"fokus, Chrysta, fokus!"
"akan aku lepaskan kalau kamu diam," balas Alexander dengan tegas dan tenang.
Chrysta yang sudah mulai lelah pun mengikuti perintah Alexander.
"apa yang sudah lo lakukan ke gue?!" bentak Chrysta histeris begitu bekapannya dilepas. Kepanikannya semakin bertambah ketika melihat kondisi pakaiannya yang tidak lain tidak bukan merupakan kemeja milik pria dan sebuah boxer yang tergantung longgar di pinggangnya.
Melihat tingkah Chrysta, Alexander pun memutar bola matanya.
"tidak ada," balasnya singkat.
"APA MAKSUDMU TIDAK ADA? KALAU TIDAK ADA NIH BAJU EMANG BISA GANTI WUJUD?"
"tidak ada, ya tidak ada! semalam tidak sempat terjadi apapun, karena kamu muntah dan pakaianmu jadi kotor, makanya diganti sama bibi, memangnya mau kalau tidur dengan pakaian yang berbau muntah?" balas Alexander yang emosinya mulai naik.
Bukan naik karena masalah Chrysta histeris, ya mungkin salah satu faktor pendukung emosi Alexander memang itu. Namun faktor utama emosi Alexander adalah kejadian yang seharusnya romantis semalam tidak benar-benar terjadi.
"hmph," Alexander pun beranjak meninggalkan kamar tersebut, meninggalkan Chrysta yang tengah berusaha mengingat kembali kejadian semalam.
"eh, tunggu dulu, BH GUE MANA?!"
*********************************************************
Chrysta yang dalam hidupnya tidak pernah ragu melangkah ke arah manapun, kini terlihat mengendap-endap di bagian atas tangga apartemen elite Alexander.
Ia sedang mempertimbangkan antara lompat dari jendela atau turun dan menghadapi Alexander. Dan sekarang, pilihan pertama terdengar sangat menarik, menarik melebihi menghadap Alexander, namun fakta bahwa posisi apartemen Alexander berada di bagian teratas gedung yang tingginya berpuluh-puluh lantai ini membuat Chrysta kehilangan pilihan pertama, sebab jika dipikir-pikir lagi, ia masih ingin mati karena usia tua dan tubuh penuh keriput, bukan karena aksi sky-diving tanpa parasut. Lagipula, kondisi jenazahnya pasti bukan standar New York Fashion Week pastinya kalau ia memilih pilihan pertama.
Ia mengerucutkan bibirnya ketika ia menyadari bahwa pakaian yang sedang ia kenakan merupakan pakaian wanita, yang bukan miliknya.
"sudah berapa banyak wanita yang ia bawa kesini," batinnya kesal.
Pakaian yang sedang ia kenakan dapat dipastikan bahwa merupakan pakaian yang baru dan masih berlabel. Namun, kalau begitu, pakaian siapa ini? Dari modelnya, terlihat bahwa merupakan pakaian milik wanita yang seumuran dengan dirinya.
Chrysta tersentak dari alur pemikirannya ketika sebuah aroma lezat mulai merangsang kerja lambungnya.
Seketika ia teringat akan kelaparannya yang entah sudah terkoleksi dari kapan.
Dengan dahi yang mengerut, ia melangkah menuju sumber aroma lezat itu.
"masalah lain biarin aja dulu, sekarang yang paling penting, adalah masalah perut,"
A/N
stay safe ya kalian semua, eat clean, self-quarantine, work outs, stay healthy <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, The Barista & The Billionaire
RomanceChrystabelle Laurenzel Ferdoran, designer trendy yang notabene merupakan anak salah satu pengusaha terkaya di dunia. Cantik? iya. Menawan? tiada tara. Percaya diri? sangat. Kaya? teramat. Mandiri? terlalu. Ketika perempuan abad 21 seperti Chrysta d...