Pelangi memang mempunyai caranya sendiri untuk menghiasi bumi, tetapi pelangi juga punya caranya sendiri untuk cepat menghilang.
*****
"Kamu cantik kalau ketawa, aku suka."
Deg!
Sekarang entah mengapa jantungku hampir mencolos, apalagi di hatiku seperti ada semacam semburan hangat yang bergejolak disana, padahal ini sedang dingin karena hujan beberapa menit yang lalu, ada apa ini sebenarnya? Mengapa debaran ini tidak bisa dikontrol?
Karena aku bingung aku harus menjawab apa, lebih baik aku menundukkan kepala dan diam seribu bahasa, itu akan jauh lebih baik.
"Kok malah nunduk sih?"
Ah ada apa ini? Mengapa aku semakin gugup saja hanya dengan pertanyaan sepelenya, bahkan debaran jantungku lebih bergerak lincah lagi saat Kevin menatap ku dengan intens.
Setelah terjadi keheningan antara kita, Kevin terdiam, lalu ia tertawa sekeras mungkin. Padahal tidak ada hal-hal yang membuatnya seolah ini lawakan. Laki-laki yang aneh!
"Muka lu merah banget sumpah," katanya seraya menunjuk wajahku.
Sial! Wajahku pasti sangat aneh dilihatnya.
"Nggak usah ketawa! Nggak ada yang lucu!" aku mengerucutkan bibirku kedepan.
"Hm..." sekarang Kevin nampak berpikir seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Liat deh pelanginya," seakan mendapatkan topik untuk dibicarakan, tangan Kevin menunjuk keatas langit yang sudah dihiasi pelangi setelah hujan datang.
Spontan aku ikut memandang penampakan pelangi diatas sana.
"Indah ya?" ucapku kagum dengan pelangi yang indah dipandang tersebut.
"Iya indah, tapi sayang," Kevin menggantungkan kalimatnya, membuatku penasaran saja dengan kalimat selanjutnya.
"Sayang apa?"
"Karena setelah pelangi menjalankan tugasnya untuk menghiasi bumi, ia akan hilang begitu saja tenpa jejak."
"Masih syukur ia menghiasi bumi," kataku meremehkan.
"Untuk apa setelah memberi keindahan tetapi ia cepat pergi? Sama saja menorehkan kepedihan setelah memberi kebahagiaan," entah mengapa, sekarang Kevin nampak serius hanya karena membahas persoalan ini saja.
"Jujur, aku benci hujan. Tetapi ada satu hal yang aku masih kagumi dari hujan, yaitu pelangi." kataku jujur.
"Kenapa kamu suka pelangi?" Kevin menatapku dalam.
"Seperti yang kita omongin tadi, karena pelangi indah."
"Buat apa indah tapi ujung-ujungnya ninggalin?" Kevin tersenyum miring.
"Bodo ah, malesin!"
"Ayo kita pulang, udah reda nih," karena aku pusing dengan pembahasan yang dari tadi itu-itu saja, aku pun memutuskan untuk pulang saja.
*****
Aku duduk cukup canggung dibelakang Kevin. Sejujurnya ini baru pertama kalinya aku diantar oleh teman laki-laki ku. Ingin berbicara aku gugup setengah mati, ingin melirik kekiri ataupun kekanan, entah mengapa sekarang kepalaku terasa kaku. Alhasil aku hanya memandang lurus punggung Kevin sesekali menggigit ujung bibirku untuk meredakan debaran jantungku yang sangat aneh.
Akhirnya suara deru motor Kevin mulai memelan, yang menandakan rumahku sudah dekat dan aku akan terbebas dari kecanggungan ini.
"Udah nyampe, nggak mau turun?" Kevin sedikit menolehkan kepalanya kebelakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
Teen FictionBagiku ilusi adalah hal yang tak bisa kumiliki, dan bagian dari ilusi itu adalah harapan dan kamu. - Marsha Agnessia Aurellia. Maafkan aku yang tak bisa menjadi orang yang kamu mau, tetapi, sekarang aku telah percaya kalau penyesalan selalu datang t...