Kalau kenangan ya dikenang saja, kalau orangnya dibuang saja.
*****
Mataku menatap ke langit-langit kamarku yang nampak indah, tetapi pikiranku sama sekali tidak memikirkan interior kamarku ini. Karena sedari tadi aku selalu saja memikirkan apakah Dava yang terlihat mencintaiku itu bisa mengkhianati diriku ini? Apa lagi dengan Kak Luna yang jelas-jelas selalu saja tidak suka dengan diriku. Rasanya semuanya terlihat mustahil.
Aku menghembuskan napas pelan, baru saja hatiku sedikit terbuka kepada Dava, tapi mengapa masalah ini tiba-tiba muncul?
Apa ini yang disebut ujian cinta?
Hah, keningku jadi berkedut memikirkannya. Memangnya tidak ada ujian cinta lagi selain ujian yang aku lewati sekarang ini?
Drrrtt drrrttt
Aku mengalihkan pandanganku ke arah telepon genggamku di atas nakas, mengapa teleponku bergetar seperti ada yang menelepon? Biasanya malam-malam seperti ini telepon ku pasti sepi.
Dengan cepat, aku mengambil telepon ku dan melihat nama orang yang menelponku.
Dava is calling..
Dahiku mengerut tambah bingung, mengapa Dava menelpon ku? Biasanya ia menelponku saat sebelum tidur.
"Hallo," panggil Dava di seberang sana.
"Kenapa Dav?" Tanyaku to the point.
"Kamu sibuk nggak malem ini?"
"Nggak sih, emang kenapa?"
"Jalan yuk!" Ajak Dava yang membuat diriku terkesiap sebentar.
"Malem-malem gini? Kok mendadak?" Aku mulai bingung.
"Nggak papa, masih jam tujuh ini! Kita kan juga belum pernah kencan, Sha," ujar Dava yang terlihat agak kecewa.
Napasku berhembus pelan, "aku ijin Bang Revo dulu, ya."
"Aku udah ijin Bang Revo kok tadi, Bang Revo masih di tempat kuliah kan?"
Ah ternyata Dava sudah mempersiapkannya, bahkan sampai ijin ke Bang Revo. Mau tak mau aku harus menyanggupinya.
"Oke,"
"See you!" Tutup Dava akhirnya.
Aku melihat ke telepon genggamku setelah tutupan berakhir, ternyata ada sebuah pesan yang masuk ke teleponku.
From : Bang Revo alay
Ciee mau kencan sama pacar, udah pergi aja Sha! Have fun ye😋
*****
Dava tampak sedang menyedot jus mangganya sambil menatapku, sepertinya ia ingin memberitahukan sesuatu hal yang penting."Kamu ngapain ngajakin aku kesini?" Tanyaku akhirnya memberitahu yang aku pikirkan sedari tadi. Aneh saja gitu ia mengajakku secara mendadak seperti ini.
Dava menggeleng, "nggak apa-apa."
Dahiku mengkerut bingung, mengapa Dava ini aneh sekali? Aku kira dia ingin memberitahukan sesuatu. Aku jadi canggung kalau kita sama-sama diam seperti ini.
"Dav, aku boleh nanya sesuatu nggak?" Aku menatap Dava serius.
"Sure," Dava tersenyum.
"Kak Luna..." Cicitku bingung harus bertanya seperti apa.
Tetapi aku harus tahu jawaban dari kebingunganku yang terus mengganjal di pikiranku sedari tadi.
"Kenapa dia?" Dava menaikkan alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
Teen FictionBagiku ilusi adalah hal yang tak bisa kumiliki, dan bagian dari ilusi itu adalah harapan dan kamu. - Marsha Agnessia Aurellia. Maafkan aku yang tak bisa menjadi orang yang kamu mau, tetapi, sekarang aku telah percaya kalau penyesalan selalu datang t...