Apa cinta yang besar dibuktikan dengan pengorbanan? Jika iya, akan ku korbankan milikku semuanya untukmu.
*****
"SHASA, MEYSA!!!!!!"
Setelah mendengar teriakan itu, aku langsung melihat ke seseorang yang sedang melambai-lambaikan tangannya ke arahku.
Aku menatapnya dengan senang, ternyata Bella, Bang Revo, keluarga Bu Dewi dan satu orang wanita paru baya yang menunggu kami bandara ini, ah aku jadi terharu melihatnya.
Tanpa aba-aba lagi, dengan cepat aku pun menggeret koperku mendekati mereka dan berlari ke arah Bella lalu memeluknya erat. Jujur, aku sangat rindu kepadanya.
"Yaampun Shasa, kita udah berapa berapa tahun ya nggak ketemu?" Bella tertawa kemudian melepaskan diriku.
Aku menekuk wajahku kesal, Bella ini ternyata semakin jahil saja.
"Lu makin dekil aja, Sha! Hahahaha," Bella tertawa terbahak-bahak.
"Ngeselin ya kamu!" Kesalku, penyambutan macam apa ini?
"Eh Sha, nggak kangen sama abang!?" Bang Revo nampak merentangkan tangannya dan dengan senang hati aku membalas pelukannya. Ah aku sangat rindu dengan abangku ini.
"Mana oleh-olehnya?" Tagih Bang Revo yang ingin aku belikan blangkon.
"Ada di koper!" Jawabku malas, di keadaan seperti ini masih saja mengingatnya.
Bella mendekati dirinya padaku, "keripik kentang dari Jogja lu beli kan?"
Aku mengangguk mantap, "iya bawa! Tuh! Aku belinya di Alfamart Jogja!"
"LAH ITU MAH SAMA AJA ESMERALDA!!!" Amuk Bella.
Setelah itu kami pun tertawa terbahak-bahak dan melanjutkan perbincangan kembali tentang pengalaman ku ketika berada di Jogja. Sepertinya Bella dan Bang Revo sangat antusias mendengarkannya.
"Marsha, ibu pulang ya?"
Aku menatap Bu Dewi yang sedang menggendong anak kecilnya, sepertinya ia sudah merindukan rumahnya.
"Oke, bu!" Jawabku mantap.
Setelah itu pun, Bu Dewi dan keluarga kecilnya langsung pergi ke rumahnya.
Sementara aku nampak mencari temanku yang lainnya, dimana dia?
"Shasa!"
Aku menatap ke orang yang memanggilku dari samping, ah ternyata disini!
"Kenalin, ini mama gue," ucap Meysa ramah sembari memperkenalkan mamanya.
Aku lihat, sepertinya Mama Meysa ini orang kantoran. Terlihat, dari kemeja dan rok hitamnya yang rapih. Semua orang pasti Mama Meysa orang yang sibuk.
Aku jadi iri melihatnya, dimana Mama Meysa menyempatkan untuk menjemput anaknya, sedangkan Mama ku tidak, ah Mama ku memang orang yang super duper sibuk.
Padahal aku ingin sekali memeluknya karena rindu berat.
"Hallo, temannya Meysa dan Kevin ya?" Ucap Mama Meysa, sementara aku mengangguk.
"Marsha, tante."
Setelah melepaskan tangannya lagi, ia tersenyum senang, "cantik juga kamu, pacarnya Kevin ya?"
"Eh!" Aku terkejut mendengarnya, mengapa tiba-tiba Mama Meysa mengatakan itu?
"On the way, Ma," Meysa terkikik sendiri.
"Ng-nggak tante," jawabku seraya menggaruk tengkukku. Sepertinya aku tidak pantas dikatakan seperti itu.
Sementara Mama Meysa tersenyum manis menatapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
Teen FictionBagiku ilusi adalah hal yang tak bisa kumiliki, dan bagian dari ilusi itu adalah harapan dan kamu. - Marsha Agnessia Aurellia. Maafkan aku yang tak bisa menjadi orang yang kamu mau, tetapi, sekarang aku telah percaya kalau penyesalan selalu datang t...