Chapter 2 - Kebiasaan

7.1K 324 17
                                    

"Karena hanya dari sebuah chat saja, bisa timbul perasaan lain."

*****

"Kamu mau nggak jadi pacar aku?"

Setelah Kak Luna mengatakan perihal itu, seakan-akan semua makhluk di dunia berhenti sesaat.

Aku saja melebarkan mata dan mulutku karena sangat terkejut, bagaimana tidak? Sang princess SMA Athalia Angelic menyatakan perasaan kepada seorang laki-laki? Syukur-syukur, laki-laki itu baik, kalau dia? Orangnya saja sudah tidak enak dipandang.

Lalu, karena aku tahu pasti Kevin akan menerimanya, aku pun menengokkan kepalaku, agar aku bisa melihat ekspresi senangnya setelah ditembak oleh sang princess sekolah ini.

Tetapi, tidak disangka-sangka, ekspetasiku berbanding terbalik dengan kenyataan. Kevin menunjukkan ekspresi tidak bisa dijelaskan, dan yang paling membuatku tercengang, dia malah tersenyum miring seperti meremehkan.

"Hmm... Gini deh kak, aku jelasin, kan aku sekolah tujuannya buat belajar, bukan buat pacaran, jadi kakak ngerti kan?" ucapnya dengan sangat santai dan acuh tak acuh.

Aku sebenarnya sudah kesal, tapi aku tetap tahan, aku tidak mau mencampuri urusan mereka. Tetapi, aku juga kasihan dengan Kak Luna, aku lihat ekspresi dia terlihat sedih, marah, sekaligus kecewa.

"Terus, kenapa kamu ngebaperin aku mulu di chat kita?" tanyanya terus terang dengan nada marah yang sudah terpancar jelas di mata Kak Luna.

"Baper ya? Makanya kalau chat itu pake jari bukan pake hati," jawab Kevin dengan senyum miringnya.

What? Cowok ini terbuat dari apa sih sebenarnya? Mengapa dia bisa gampang banget mainin hati perempuan?

Dan saat aku melihat Kak Luna, dia terlihat sedang mengeluarkan air matanya, bahkan, wajahnya memerah sudah seperti kepiting rebus, aku tahu dia pasti sangat malu, karena bukan aku saja yang melihat kejadian memalukan itu, tetapi siswa-siswi satu kelasku juga menyaksikan bersama-sama layaknya pertunjukan yang seru dan tidak dipungut biaya.

"Lagian, saya chat kakak cuma sekedar bercandaan doang, eh kakaknya malah baper," sambungnya diiringi tawa kecil yang sangat menyebalkan.

Kak Luna menghapus air matanya yang sudah terjatuh di kedua pipi tirusnya, "Mulai sekarang kamu jangan chat aku lagi! Aku benci sama kamu Vin! Kamu jahat!"

Kevin mengedikkan bahu, "Yaudah, terserah."

Kak Luna menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan hati laki-laki yang ia cintai sekaligus laki-laki yang sudah membuat dia malu ini, setelah Kak Luna sudah tidak tahan menjadi sorotan mata orang-orang lagi, ia pun pergi dari kelasku dengan banyak air mata yang terjatuh.

Kemudian, mata siswa-siswi kelasku terfokus kepada Kevin. Dari pandangan mereka, aku bisa mengartikan kalau ada yang kesal, marah, dan ada juga yang iri karena bisa disukai oleh sang princess.

"Kenapa ngeliatin gue gitu? Gue ganteng? Udah tau!" seru Kevin kepada semua siswa-siswi yang tengah melihatnya dengan sebal.

"Wooo..." sorak semua siswa-siswi bersamaan.

Aku pun menatap Kevin dengan tajam seperti tatapan membunuh tetapi dia malah tertawa kecil sambil memamerkan deretan gigi putihnya.

"Kok kamu jahat banget sih?" ucapku mengeluarkan pertanyaan yang dari tadi ada di otak dan pikiranku saat kejadian tadi terjadi.

"Jahat? Kok gue? Gue kan jujur kalau gue nggak suka sama dia, jahat darimananya coba?" Kevin menaikkan alis bertanya.

"Dia suka sama kamu juga itu gara-gara kamu tau! Harusnya kamu tanggung jawab!" balasku dengan nada agak tinggi karena aku sudah kesal dengan mahkluk macam ini.

IllusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang