Salahkah jika aku terlalu cinta?
******
Jantungku mencolos hebat merasakan gerakan Kevin yang tiba-tiba, aku tidak bisa berkata-kata lagi saat ini. Kebingunganku mulai memuncak ketika merasakan tangan Kevin yang mulai merambah ke punggungku. Rasanya air mataku akan tumpah jika Kevin memelukku lebih erat lagi.
Iya, Kevin memelukku dengan sangat erat dan hangat secara tiba-tiba.
"Biarkan kita seperti ini untuk sebentar saja." Ucap Kevin dengan nada parau.
Aku memejamkan mata untuk mengatur detak jantungku agar kembali ke detakan semula. Rasanya sangat hangat dan nyaman di pelukan Kevin.
"Makasih Sha," ucap Kevin akhirnya yang langsung melepaskan pelukannya.
Setelah Kevin mengatakan itu, diriku bangun dari rengkuhan Kevin, entahlah rasanya sangat canggung setelah memeluk Kevin. Lihat saja ekspresiku yang sangat sulit dikontrol. Tetapi, berbeda halnya dengan Kevin yang memasang ekspresi datar-datar saja. Padahal dia yang memelukku duluan, bukannya menjelaskan sesuatu, ia malah seperti ini.
"Kamu tadi ngapain?" Kataku akhirnya berusaha untuk menyingkirkan keingintahuan ku mengapa Kevin melakukan itu tiba-tiba.
Kevin nampak kaget mendengar pertanyaanku tadi, sepertinya ia belum menyiapkan jawabannya.
"Hmm Sha, kita pulangnya jadinya kapan?"
Keningku berkerut, mengapa tiba-tiba membahas ke topik yang lain?
"Besok sore, tapi kalau kamu masih capek, nanti aku bilang buat tunda perjalanannya deh," ucapku.
"Nggak! Gue nggak mau disini lama-lama!" Ketus Kevin dengan nada lemah kemudian matanya mulai menutup perlahan.
"Nggak papa Kevin, toh kita naik kereta, takutnya kamu capek."
"Yaudah gapapa! Gue mau istirahat, lu keluar aja," usir Kevin dengan halus.
Hm, padahal niatnya aku sangat ingin memberikan dream catcher yang aku sudah siapkan ini.
Tapi yasudah lah, sepertinya Kevin lelah.
******
Keesokan harinya..."Kevin, kamu bisa bawa kopernya nggak? Sini aku aja yang bawain, aku takut kamu capek! Ke gerbong sana masih lama lho perjalanannya, udah sini aku aja!" Celotehku panjang lebar untuk memohon agar aku dapat membawakan kopernya, aku takut jika Kevin membawa koper ini dari depan stasiun sampai gerbong sana dia akan lelah.
"Apaan sih, Sha? Lu kira gue anak TK? Masa koper cowok dibawain cewek?" Kevin nampak tidak setuju.
Mulutku memberengut, padahal bukan itu maksudku.
"Bukan gitu Kevin! Aku takut kamu capek! Kamu kok nggak ngerti-ngerti sih!?" Aku geregetan.
"Sha! Ssst! Malu diliatin orang!" Kevin menempelkan jari telunjuknya di bibirku, seraya melirik orang yang lalu lalang, yang tak aku sadari kalau aku sudah menarik perhatian mereka.
"Kevin! Ada kodok tuh di pohon!" Aku menunjuk pohon di dekat kami dengan antusias.
Dan, setelah Kevin melihat ke atas pohon itu..,
Hap!
Aku berhasil mengambil koper Kevin dan melarikan diri darinya! Ternyata menipunya sangatlah mudah!
"SHASA!!!!" Teriak Kevin memanggil ku, sementara diriku asyik menggeret dua koper ini sambil tersenyum-senyum sendiri.
******
Sekarang, aku dan Kevin sedang duduk di bangku tunggu untuk menunggu kereta jurusan Lempuyangan-Jakarta Kota sampai di stasiun ini. Karena keretanya akan sampai lima belas menit lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
Teen FictionBagiku ilusi adalah hal yang tak bisa kumiliki, dan bagian dari ilusi itu adalah harapan dan kamu. - Marsha Agnessia Aurellia. Maafkan aku yang tak bisa menjadi orang yang kamu mau, tetapi, sekarang aku telah percaya kalau penyesalan selalu datang t...