"Walaupun gua PHP gini, tapi tetep ngangenin kan?"
Kevin Fernando Alinskie
*****
"Gue lebih suka liat rambut lu berantakan, daripada lu nangis kayak tadi."
Wah, Kevin! Kau membuatku terbang lagi! Kaki ku sampai lemas dibuatnya sekarang. Dasar tidak tahu situasi.
"Jadi, kamu kenapa?" tanyaku langsung kepada pertanyaan utama yang sedari tadi berhinggap di kepala ku.
Setelah melayangkan pertanyaan ku tadi, aku merasakan raut wajah Kevin berubah 360°, dan itu yang membuatku semakin bertanya-tanya, ada apa dengannya.
"Hey, Kevin!" panggilku kepada Kevin yang sedang memalingkan wajahnya.
"Hello!" panggilku lagi kepada Kevin karena di panggilan sebelumnya ia tidak menoleh.
"Ck." merasa kesal karena tidak menjawabku, aku meletakkan kedua tangan ku di pinggang.
Aku memicingkan kedua mataku ke segala penjuru. Merasa aman, aku pun menarik nafasku agar nantinya tidak kehilangan tenaga.
"KEVIIIIINNNNNNN!!!!!!" teriakku tepat di kuping nya.
Dan benar dugaan ku, Kevin langsung terperanjat lalu mengusap kuping nya yang mungkin sudah berdengung karena semburan toa ku, rasakan! Siapa suruh tidak mengindahkan ku.
"Apa, Sha?" aku mengernyitkan dahi, mengapa ia melontarkan pertanyaan lagi?
"Jadi, tadi kamu kenapa?" tatapanku intens kepada orang yang berada di hadapanku.
"Sha, tadi tuh gu..."
"Shasa!" omongan Kevin langsung terpotong saat itu juga, karena ada seseorang yang memanggilku tepat di belakang, dan dia adalah Bang Revo.
"Lu kemana aja sih, Sha? Gua nyariin lu ke segala penjuru Mall tau!" cerocos Bang Revo kesal.
"Bang Revo lama banget sih," ucapku cengengesan karena aku juga merasa bersalah telah meninggalkannya tanpa pamit.
"Yaudah, yang penting abang udah bungkusin nih makanan," ujarnya seraya memperlihatkan makanan yang dipegangnya sedari tadi.
Bang Revo kemudian mengalihkan pandangannya, kemudian ia membinarkan matanya.
"Eh Kevin, lu juga ada disini? Jodoh nggak bakalan kemana ya, Sha?" Bang Revo menyunggingkan deretan gigi putihnya kepadaku, setelah baru mengetahui kalau disana ada Kevin.
Bang Revo ini kalau ngomong selalu ceplas-ceplos, tidak tahu situasi. Kan aku jadi malu.
"Oh ya Sha, udah malem nih, pulang yuk!" tangan Bang Revo langsung menyambar pergelangan tanganku.
Aku melihat wajah Kevin aneh, apa yang ada di pikirannya, kenapa dia tiba-tiba tersenyum kecil? Apa jangan-jangan dia kesambet?
"Udah, Sha. Pulang aja, hari senin kita ketemu lagi kok, nggak usah kangen! Berat!" Kevin tampak tersenyum lagi.
Aku sedikit berdesis, "Terus kamu bakalan cerita kamu kenapa kan?"
"Nggak."
Aku mulai menggeram kasar, ternyata berbicara dengannya membutuhkan energi khusus.
"Masih lama nggak nih? Udah ngantuk gua," Bang Revo tampak menguap.
"Iya-iya."
Setelah berpamitan dengan Kevin, kami pun melenggang pergi meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
Teen FictionBagiku ilusi adalah hal yang tak bisa kumiliki, dan bagian dari ilusi itu adalah harapan dan kamu. - Marsha Agnessia Aurellia. Maafkan aku yang tak bisa menjadi orang yang kamu mau, tetapi, sekarang aku telah percaya kalau penyesalan selalu datang t...