If you never a try, you never a know.
*****
Berbeda dari pagi sebelumnya, matahari pagi ini nampak tengah redup dibalik awan hitam yang menggebu-gebu diatas langit.
Sama dengan hatiku yang sedang redup tidak ada cahaya seperti hari-hari biasanya.
Aku menatap Kevin yang sedang berbaring di ranjang ini dengan lesu, sudah 5 hari dia koma dan tidak sadarkan diri seperti ini. Sungguh, aku sangat merindukan mata lembut itu. Mata coklat yang bisa menembus retina mataku dengan cinta.
"Kevin, kamu kapan bangun?" Lirihku pelan, entah sudah keberapa kali aku menanyakan pertanyaan yang sama.
"Kevin.." panggilku lagi. Berharap agar Kevin dapat mendengarnya.
Dari tadi malam, aku hanya tidur 3 jam. Aku berpikir, siapa tahu saja Kevin akan terjaga pada malam hari. Tetapi, hasilnya tetap saja nihil.
Oh Tuhan, berikan Kevin keajaiban.
"Udah, Non.. Non Shasa tidur aja dulu ya, biar Den Kevin bibi yang jagain."
Suara dari Bi Sari yang tengah duduk di sofa belakangku menggema di telinga, tapi rasanya aku tidak bisa tidur begitu saja sebelum aku menatap mata Kevin kembali.
"Non, kalo Non Shasa sakit gimana? Nanti nggak bisa jagain Kevin lagi,"
Napasku berhembus pelan mendengar suara Bi Sari kembali, benar juga, jika aku sakit, pastinya aku tidak akan boleh menjenguk Kevin kembali.
"Bi, tapi Kevin.." jawabku akhirnya, aku takut jika aku tidak menjaga Kevin bisa saja Dava tiba-tiba datang kesini.
Walaupun ia sudah tidak datang kesini lagi karena aku dan teman-teman sudah tahu keberadaan Kevin, aku takut Dava bisa saja mencelakakan Kevin sewaktu-waktu.
"Kevin aman kok, Non, sama bibi."
Aku menatap Kevin kembali yang sedang memejamkan matanya damai dan alat-alat penunjang hidup yang bertengger di sekujur tubuhnya. Rasanya sakit jika melihatnya seperti ini.
Tok tok tok!
"Eh, Marsha, disini!?"
Setelah suara sapaan itu terdengar, aku pun langsung membalikkan badanku ke dua orang laki-laki paru baya yang memakai jas formal akan masuk ke ruangan Kevin. Ternyata itu Om Vano dan Papaku sendiri.
"Iya, Om," jawabku mengangguk.
"Kamu udah makan belum, Sha?" Tanya Papaku yang berada di samping Om Vano.
Aku mengangguk pelan, "tadi udah makan bubur yang dibeliin Bibi,"
Papa tersenyum senang, "bagus kalau gitu."
Iya, sama seperti Bang Revo, Papa pun juga sudah tahu kalau Kevin itu tidak salah, dan Dava yang mempermainkan ku, jadi Papa dengan ringan hati membiarkannya diriku untuk menjaga Kevin disini.
Setelah pembicaraan kami, Om Vano dan Papa langsung mendekati ranjang Kevin di sebelah kirinya, sementara aku di sebelah kanan.
"Entah sampai kapan Kevin nggak sadarkan diri seperti ini," Om Vano melihat anaknya dengan tatapan sedih.
Terlihat dengan jelas dari kesedihan Om Vano, ia sangat menyayangi Kevin. Tetapi, entah mengapa Kevin selalu saja benci kepadanya karena Om Vano menikah lagi. Mungkin jika Kevin bisa mengiklaskan semua ini, pasti hidupnya bisa bahagia dan tidak tertekan seperti ini.
"Sabar Vano, Kevin pasti sembuh kok kalau kita berdoa dan sabar," hibur Papa sambil menepuk bahu Om Vano pelan.
"Saya percaya Vano, karena Kevin ini memang anak yang kuat!" Jawab Om Vano bangga.
![](https://img.wattpad.com/cover/113943531-288-k502735.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
Teen FictionBagiku ilusi adalah hal yang tak bisa kumiliki, dan bagian dari ilusi itu adalah harapan dan kamu. - Marsha Agnessia Aurellia. Maafkan aku yang tak bisa menjadi orang yang kamu mau, tetapi, sekarang aku telah percaya kalau penyesalan selalu datang t...