Chapter 37 - Pesawat

2.9K 159 12
                                    

Kamu tiap hari makannya gula ya? Kok manis banget?

******

Kakiku melangkah dibarengi koper merah muda yang berada di belakangku, rasanya berat sekali meninggalkan Jakarta ini walaupun hanya sebentar, apalagi Papa dan Mama tidak disampingku selama itu, pastinya rasa khawatir dan takut akan terus melanda.

Aku menghembuskan napas berat melihat orang-orang yang mengantarkan diriku ke bandara Soekarno-Hatta ini, rasanya sangat berat meninggalkan mereka.

"Jaga diri baik-baik disana ya, Sha," ucap Bella sambil memelukku dengan erat, ia sepertinya ingin menangis karena dibawa suasana.

"Pasti dong, Bell," jawabku berusaha membuatnya tenang.

Bella melepaskan pelukannya, setelah itu ia menatapku sengit.

"Inget, jangan bandel disana! Nggak usah keluyuran kalau sendiri! Kalau mau nyebrang jalan minta bantuan orang lain dulu! Dan yang paling penting oleh-olehnya, oke?" Cerocos Bella membuatku tertawa kecil.

"Dan lo Kevin," Bella menatap lelaki di sebelahku dengan tatapan tajamnya juga.

"Jagain Shasa! Jangan sampai dia bandel, jangan biarin dia nyebrang sendiri, jangan sampe dia lupa makan, dan jangan biarin dia nangis, awas aja kalo sampe itu terjadi!"

Bella layaknya Mamaku, aku jadi senang dibuatnya karena ia yang menggantikan peran sebagai Mamaku, Mama dan Papa sama-sama tidak bisa ikut mengantar ku karena pekerjaannya yang sangat menumpuk. Dan hal yang paling sedih adalah Bang Revo juga tidak bisa ikut, karena ada kelas dan tidak bisa ia lewati walaupun sebenarnya ia ingin izin. Tapi tak apa, ada teman-temanku disini.

"Hm," jawab Kevin singkat.

"Vin, gue bakalan kangen sama lo!" Rian memeluk Kevin dengan terharu.

Kevin terlihat tak nyaman di pelukan Rian, alhasil, Kevin berusaha melepaskannya.

"Udah ah! Kayak jeruk makan jeruk lo!" Lepas Kevin dengan paksa.

"Nggak papa, kan emang abang Kevin ganteng!" Goda Rian menoel dagu Kevin.

"Idih najis!" Kevin bergidik ngeri, membuat yang menyaksikan tingkah lucu mereka tertawa.

"Sha?" Aku mengalihkan pandanganku ke arah Dava yang sedang menatapku.

"Iya Dav?" Jawabku.

"Hati-hati ya disana."

Aku bisa melihat dari pandangan Dava, ia nampak sedih dan terlihat sangat kehilangan, sepertinya ia memang benar menyayangiku.

"Pasti," ujarku sambil memperlihatkan ibu jariku kepadanya.

Dava tertawa sekilas melihatku.

"Jaga diri di sana, makan yang teratur, dan yang pasti nggak usah deket-deket sama dia!" Dava melirik Kevin sinis, sedangkan Kevin memutar bola mata malas.

"Iya," ucapku singkat.

Dava mengambil tanganku kemudian dia mengecupnya sekilas, membuat aku sangat terkejut dengan perlakuannya, sontak suasana disini berubah menjadi canggung.

"Aku bakalan kangen sama kamu, Sha," ucap Dava seraya membelai rambutku yang digerai.

Kepalaku mengangguk saja untuk merespon, aku bingung harus berbuat apa lagi.

"Udah belum mesra-mesraanya? Sepuluh menit lagi pesawatnya mau berangkat nih!"

Aku dan Dava sontak melihat ke arah Kevin yang tadi bersuara, dari wajahnya ia nampak kesal. Apa ia dia cemburu?

IllusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang