Jika ini adalah mimpiku, mungkin aku akan memelukmu sekarang.
*****
Aku menatap pemandangan yang indah diluar sana dari luar kamarku, sambil menumpu tangan di pagar pembatas, aku merasakan angin yang masuk kedalam bulu kudukku. Rasanya sangat dingin tapi menenangkan.
Ternyata benar, langit Yogyakarta sangatlah bagus pada malam hari, aku jadi bersyukur sudah kesini dan sempat menikmatinya.
"Ngapain diem disini? Nggak takut kesambet?"
Suara dari seseorang yang datang secara tiba-tiba, membuat jantungku hampir terlepas begitu saja, ternyata Kevin adalah salah satu makhluk yang gaib, buktinya ia bisa datang dan pergi kapanpun.
"Ngagetin aja kamu," ucapku kemudian mulai sibuk dengan kegiatan ku sebelumnya.
Kevin tersenyum kecil, kemudian ia berdiri menemani disebelahku.
"Bagus ya Vin suasananya, nggak nyesel deh kesini!" Girangku sambil melihat bintang-bintang yang terlihat jelas di atas langit.
"Segini mah belum ada apa-apanya!" Jawab Kevin membuatku langsung menoleh ke arahnya.
"Emang ada yang lebih indah dari ini!?" Tanyaku bingung. Melihat bintang di malam ini sambil ditemani Kevin seperti ini, sudah cukup menjadi malam yang indah bagiku.
"Di suatu tempat yang dekat dari sini," Kevin mengadahkan kepalanya ke atas, seperti sedang menerawang bintang di langit malam ini.
Aku mengerutkan kening bingung dengan apa yang ada di pikiran Kevin saat ini, rasanya perkataan Kevin adalah sebuah teka-teki yang sulit aku pecahkan, tetapi harus aku temukan saat ini juga.
"Apa sih? Nggak usah main teka-teki gitu dong!" Kesalku menyenggol bahu Kevin pelan.
"Udah ah kepo!" Kevin ikutan kesal.
Sekarang mengapa dia ikut kesal seperti ini? Harusnya kan aku.
Dengan terpaksa, aku pun terdiam dan harus memaksa otakku untuk menjawab pernyataan Kevin tersebut. Maksudnya Kevin itu apa?
"Ternyata bener ya kata perempuan waktu kita TM tadi, keliatannya aja lu pinter, padahal mah lola!" Kevin tertawa kecil di akhir kalimatnya.
Sontak aku membelalakan mata mendengar ucapan Kevin, seenaknya saja dia mengatakan seperti itu.
"Bilang sekali lagi aku dorong kamu ke bawah sana!" Kataku sadis sambil menunjuk ke lantai dasar.
Sementara Kevin langsung terdiam dan tersenyum miring, sepertinya ia tidak takut dan malah menantang balik. Dasar!
"Sha,"
Aku menghadap ke belakang melihat Tika yang memanggilku dari belakang.
"Apa, Tik?" Tanyaku.
"Gue, Meli, sama Ratna mau ke Malioboro dulu ya, pulangnya agak maleman kayaknya," ujar Tika.
Aku terperanjat mendengar informasi dari Tika, aku baru ingat kalau penginapan ini dekat dengan jalan Malioboro yang terkenal akan budayanya yang kental disana, mulai dari makanan, oleh-oleh, serta pakaian khas Yogyakarta.
"Kenapa lo? Kok kaget?" Tika mengerutkan keningnya.
"Nggak apa-apa," aku menggelengkan kepalaku untuk memastikan aku tidak apa-apa.
"Oh oke, bye Marsha, Kevin," Tika melambaikan tangan kepadaku dan Kevin, kemudian ia melenggang pergi.
Keningku berkerut dalam melihat Kevin yang melambaikan tangannya juga ke arah Tika tadi, sejak kapan mereka saling kenal dan terlihat begitu akrab seperti ini? Apa Tika sudah melakukan pendekatan dengan Kevin dengan gerakan cepat?
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
Teen FictionBagiku ilusi adalah hal yang tak bisa kumiliki, dan bagian dari ilusi itu adalah harapan dan kamu. - Marsha Agnessia Aurellia. Maafkan aku yang tak bisa menjadi orang yang kamu mau, tetapi, sekarang aku telah percaya kalau penyesalan selalu datang t...