Pacar kok ngatur? Situ presiden?
- Kevin Fernando Alinskie
*****
"KAMU MAU IKUT OLIMPIADE FISIKA DI JOGJA!!??"
Sontak tanganku menutup telingaku dengan cepat, mengapa Papa, Mama, serta Bang Revo sangat kompak berteriak ketika kita sedang berkumpul di sini. Itu semua sangatlah menciptakan perpaduan yang bising.
Aku mengangguk saja, semua yang terjadi di sekolah tadi aku ceritakan semua, mumpung Papa dan Mama sedang pulang cepat dari kantor, jadi aku bisa lebih nyaman menceritakannya daripada waktu sarapan besok.
"Kamu emang udah yakin?" Mama cemas, karena mama yang paling tahu bahwa aku adalah orang yang penakut dan tidak percaya diri.
Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal, sebenarnya aku masih ragu, tapi karena tingkah Kevin yang meremehkan itu masih terbayang-bayang dipikiranku, aku harus sekuat tenaga untuk membuang rasa rendah diriku ini.
"Yailah, sok-sokan mau olimpiade, nyebrang jalan aja nggak berani!" Sindir Bang Revo.
"Abang!" Tegurku kesal.
"Revo, nggak boleh gitu!" Mama ikut menegur abangku ini, sementara Bang Revo tertawa seperti tak punya salah saja.
"Sha, kamu serius?" Suara berat dari papaku ini membuat kami mengarahkan pandangan kepadanya. Papa memang termasuk orang yang tidak suka bertele-tele jika dalam omongan, jadi kita haruslah memperhatikannya.
Aku mengangguk berusaha memantapkan diri.
"Kalau kamu serius mau ikut, papa akan oke-oke aja. Semuanya tergantung hati kamu," Papa tersenyum hangat, menurutnya apa yang dianggapnya baik, ia akan menuruti permintaan anak-anaknya saja.
"Oke pah!" Jawabku sambil mengangkat jempolku.
"Jaga diri baik-baik ya, Sha," sahut Papa seraya mengangkat kedua jempolnya, sementara aku tertawa saja.
"Memangnya kapan teechnical meeting olimpiadenya, Sha?" Tanya Mama.
"4 hari lagi," jawabku.
Sontak semua orang yang berada diruangan nampak membuka mulutnya tidak percaya. Mungkin mereka terkejut karena jadwalnya sangatlah mendadak, aku sudah menduga ini akan terjadi.
"Kok cepet banget sih?" Tanya papa bingung.
Aku menggeleng juga merasa bingung, "pak kepala sekolah baru bilang tadi."
Sementara semua ber 'o' ria.
"Oh ya Sha, kamu ada teman nggak disana? Atau semacam partner gitu yang bantuin kamu lomba?" Mama bertanya lagi, membuatku meneguk ludah untuk pertanyaan satu ini.
"Ada ma," kataku mengangguk pelan dan salah tingkah sendiri.
"Wah Alhamdulillah akhirnya ada yang jagain adek gue! Emang siapa Sha?" Bang Revo nampak bersemangat.
"Kevin.." cicitku pelan.
"ASTAGHFIRULLAH!!" Bang Revo menutup mulutnya sendiri.
"Nggak! Kamu nggak boleh pergi!" Bang Revo berseru lantang, seperti perintah yang tidak mau ditolak.
Aku melihat mama hendak meminta pembelaan, tetapi mama hanya menghela napas sambil memijat pelipisnya yang nampak berkedut.
"Ma, Pa, aku udah ceritain kan gimana kelakuan anak itu waktu aku ngambil Shasa dirumahnya? Sekarang udah tahu kan apa yang harus dilakukan? Pokoknya Shasa nggak boleh pergi!" Bang Revo nampak memanas dengan wajahnya yang memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
Teen FictionBagiku ilusi adalah hal yang tak bisa kumiliki, dan bagian dari ilusi itu adalah harapan dan kamu. - Marsha Agnessia Aurellia. Maafkan aku yang tak bisa menjadi orang yang kamu mau, tetapi, sekarang aku telah percaya kalau penyesalan selalu datang t...