Kalau perasaan khawatir yang tumbuh di dada terhadap seseorang semakin berkembang biak, aku mengaku, mungkin aku jatuh cinta.
*****
"Gue nggak bakalan lepasin Shasa gitu aja! Camkan itu Kevin!"
Kevin membalikkan wajahnya ke belakang, tepat dimana sumber suara itu berasal, kemudian menghadap ke depan lagi, masih tetap tidak mau melepaskan genggamannya di lenganku.
"Iyain aja biar cepet."
Aku mendengar suara Kevin yang pelan, wajahnya masih begitu ketus dan menyeramkan. Sebenarnya aku tidak ingin digenggam agak keras seperti ini, rasanya sangat risih. Tetapi apa boleh buat, melihat wajah yang bengis Kevin sekarang saja sudah bisa membuat nyaliku menciut.
Kita sama-sama melewati lorong kelas demi kelas, saat aku dan Kevin melewati kelas XI IPA IV, aku melihat Bella yang sedang didepan kelasnya sedang tersenyum menyapaku, tetapi benar dugaannku, seketika senyuman itu hilang saat melihat tanganku yang berada di genggaman orang lain.
"Pacar lu yang kemaren?" tanya Bella membelalakan matanya.
Yang dibicarakan terasa tersindir, Kevin berhenti berjalan lalu menolehkan kepalanya kepada Bella.
Sesaat itu juga, Bella sampai menutup mulutnya tidak percaya apa yang dia liat dihadapannya.
"Kevin? Lu pacaran sama Shasa?" Bella dibuat takjub, tetapi bukannya Kevin menjawab, ia malah tersenyum miring kemudian meninggalkan Bella begitu saja.
"Nggak Bell.. Dia bukan pa..."
"Ayo, cepet ke kelas!" Kevin memotong kalimatku yang seperti teriak kepada Bella, dan terpaksa aku mengikutinya lagi.
"Kevin? Lu ngapain gandeng cewek!?" sama seperti kelakuan Bella tadi, sekarang teman Kevin kemarin aku temui alias Rian memandang kami dengan tidak percaya.
Tetapi bukannya Kevin menjawabnya, ia malah diam dan tersenyum miring juga kepada Rian.
"Lu pacaran sama dia jadinya? Wah selamat ya, akhirnya sang Pangeran Athalia Angelic sudah menemukan tambatan hatinya, " ucap Rian bangga seraya berteriak dan pastinya menarik perhatian sekitar.
Dan tentu saja, para perempuan-perempuan komplotan penggemar Kevin datang seraya menyerbu kata-kata tidak enak yang sangat memekakan telinga.
"Yakali dia pacarnya? Bukanlah!"
"Nggak mungkin lah pacarnya jelek gitu, gue aja yang jelas-jelas cantik gini ditolak."
"Pokoknya gue nggak percaya 100 persen kalau Kevin sampe pacaran."
"Woy ubi! Nggak usah teriak-teriak kayak orang gila gitu! Gue nggak pacaran sama dia, ngerti!?" Kevin menoyor kepala Rian karena kelakuan konyol Rian barusan, lalu melanjutkan perjalanan ke kelas dan mengindahkan tatapan bertanya-tanya kepada kami.
Di kelas, Kevin menyuruh aku untuk duduk di kursiku, dan Kevin duduk disebelahnya.
"Kevin, ngapain kita kesini? Orang tuh istirahat dulu abis main!" kataku dengan segerombolan kalimat yang ditujukan kepada Kevin.
Tetapi, bukannya Kevin menjawab, ia malah memegang kepalanya.
"Vin, lu kenapa?" tanyaku panik seraya mendekatkan tubuhku kepada Kevin.
"Arghh.." Kevin tetap memegang kepalanya seraya berteriak.
"Kevin! Lu pusing? Yaudah, ayo ke UKS," ujarku buru-buru mengangkut Kevin dengan menyandangkan tangannya dileherku menuju UKS.
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
Teen FictionBagiku ilusi adalah hal yang tak bisa kumiliki, dan bagian dari ilusi itu adalah harapan dan kamu. - Marsha Agnessia Aurellia. Maafkan aku yang tak bisa menjadi orang yang kamu mau, tetapi, sekarang aku telah percaya kalau penyesalan selalu datang t...