Chapter 39 - Universitas

2.9K 164 9
                                    

Jika kebencian adalah sebuah hiasan, maka ia pantas disebut debu.

*****

Sekitar dua jam bus ini berjalan di padatnya jalanan Yogyakarta, kami pun akhirnya bisa menghembuskan napas lega karena sudah sampai di tempat tujuan.

Dari jendela bus, aku bisa melihat betapa mewah dan indahnya universitas Gajah Mada Yogyakarta ini, aku jadi tidak sabar melihat kedalamnya, pasti lebih indah daripada yang aku bayangkan.

"Cepetan, mau ditinggal!" Kesal Kevin menegurku yang sedang menatap keluar jendela.

Aku melirik ke arah Kevin yang sudah menggendong tas miliknya, ternyata dia sudah siap-siap mau keluar dari bus.

"Iya-iya," aku memutar bola mata malas, kemudian mulai menyampirkan tas milikku sama seperti Kevin.

Setelah kakiku dan peserta lainnya sudah menginjak tanah universitas ini, aku merasa sangat kaku. Entahlah aku begitu gugup. Ini pertama kalinya aku mengikuti lomba untuk mewakili sekolah, pasti aku merasa seperti ini.

"Ayo," ajak Kevin mendahuluiku terlebih dahulu untuk masuk ke universitas di depan kami ini.

Salivaku ku teguk dengan kasar, rasanya seperti gelanyar aneh yang tiba-tiba menyerang tubuhku. Benar kata orang-orang, aku ini adalah orang yang sangat pemalu.

"Cepetan! Mau masuk nggak!?" Kesal Kevin yang berbalik menatapku.

Mulutku memberengut menyikapi sikap Kevin itu, ia adalah orang yang sangat terburu-buru.

Dengan langkah yang dihentakkan, aku pun menyusul Kevin, bahkan mendahului Kevin agar tahu rasanya jika dijutekkan seperti itu.

"Lah bocah ngapa yak," terdengar suara samar-samar dari belakangku, dan pasti itu adalah Kevin.

*****
"Untuk para peserta technical meeting olimpiade fisika, harap berkumpul di aula dua. Sekali lagi untuk para peserta technical meeting olimpiade fisika, harap berkumpul di aula dua, terimakasih."

Setelah terdengar pemberitahuan dari pengeras suara yang terdapat di ruang tunggu peserta technical meeting ini, entah mengapa jantungku berbedar dengan kencang saat itu juga, rasanya kegugupanku bertambah besar lagi.

Mataku melihat beberapa orang yang berdiri dari ruang tunggu ini, termasuk Kevin yang sudah bersiap-siap merapikan almamater sekolah yang ia pakai.

Dengan firasat yang tak enak, aku pun mengikuti Kevin dari belakang seraya memanjatkan doa kepada sang pencipta agar hatiku diberikan ketenangan.

"Untuk para peserta diharapkan duduk di bangku yang telah dipersiapkan," ucap salah satu orang yang berada di depan, sepertinya ia adalah pembawa acara technical meeting ini.

"Ditengah aja yuk," ajak Kevin sambil mempercepat langkahnya dari sebelumnya.

Setelah kami berhasil duduk di bangku peserta, kami pun bersiap-siap mengambil buku dan alat tulis untuk mencatat hal-hal yang penting agar tidak lupa di kemudian harinya.

*****
"Baiklah untuk mempersingkat waktu, marilah kita mulai technical meeting olimpiade fisika ini."

Suara gemuruhan tepuk tangan dan antusias para murid memenuhi ruangan setelah pengumuman jika acara akan dimulai.

"Baik sebelum itu, kami akan mengabsen sekolah yang akan mengikuti olimpiade ini,.."

Setelah beberapa menit berlalu untuk mengabasen sekolah-sekolah yang hadir pada pertemuan ini, acara pun dimulai dengan membacakan aturan-aturan dan syarat-syarat yang harus dilakukan para murid saat olimpiade.

IllusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang