Extra chapter terakhir ya😊
Semoga kalian sukak😘😭
******
Shasa PoV
Aku menatap dengan tatapan kosong ke arah gundukan tanah dihiasi bunga-bunga segar pertanda masih baru.
Terlihat Kevin mengusap batu nisan di depannya yang terukir dengan tulisan Meysa Andriana Binti Suryo Cipto Purnama. Pandangannya pun melemah melihat kuburan yang tepat ada di depannya. Sepertinya hatinya sangat hancur mengetahui orang yang selalu ada dan mengerti tentang dirinya harus meninggalkan Kevin untuk selamanya dan tanpa sepengatahuannya.
"Meysa, maafin gue ya.." lirih Kevin yang mati-matian menahan air matanya sendiri. Sementara aku mengusap punggung Kevin agar ia bisa mengikhlaskan semuanya.
Sungguh, sebenarnya aku juga sangat terpukul atas meninggalnya Meysa. Aku merasa, aku yang paling bersalah disini, karena diriku Meysa mengorbankan nyawanya sendiri. Bahkan seharusnya aku yang ada di posisi Meysa sekarang.
Aku menatap ke arah Kevin yang sepertinya sangat terpukul telah berpisah dengan saudara tercintanya itu.
"Vin, jangan nangis.." ucapku menatapnya, sungguh rasanya aku ingin menangis juga jika melihatnya seperti itu.
Kevin menatapku balik kemudian mengembangkan senyumannya walaupun tipis, "gue nggak nangis kok."
Aku menghembuskan napasku berat kemudian menundukkan kepala, "maafin aku ya Kevin, karena aku nggak bisa nyebrang, Meysa jadi ngorbanin nyawanya sendiri."
Kevin terdiam mendengarnya. Sepertinya memang ia kesal kepadaku.
Aku menatapnya lagi, "maafin aku, Vin, karena aku kamu jadi kehilangan sepupu kamu."
Kevin mulai menghembuskan napasnya berat, "semua ini bukan salah lu, Sha."
"Tapi.." lirihku lagi bingung.
"Gue yakin Meysa udah tenang di alam sana, pasti dia udah bahagia, Sha, Jadi, jangan nangis lagi, oke?" Ucap Kevin lagi dengan singkat.
Entah kenapa mendengar kata-kata Kevin yang sedikit ini rasanya hatiku perih mendengarnya. Apalagi ekspresi Kevin yang nampak tidak bahagia.
"Aku seneng kamu bisa sehat lagi, Vin. Aku seneng ngeliat kamu bahagia," jelasku yang melihat sisi baiknya.
Kevin mengangguk sekilas, "gue juga seneng."
"Kevin, kamu marah ya sama aku?" Tanyaku menatapnya serius, sungguh, di dalam matanya tidak ada tanda-tanda cinta lagi seperti biasanya ia menatapku.
Kevin ini kenapa? Tolong jelaskan!
"Makanya kalau nggak bisa nyebrang, nggak usah sok-sokan ninggalin gue!" Jawab Kevin yang nampak ketus.
Aku menekuk wajahku kesal mendengarnya, jahat sekali dia ini mengatakan diriku seolah aku ini balita yang tidak bisa menyebrang.
"Yaudah iya!" Jawabku super ketus.
Kevin tertawa sedikit, kemudian dia berdiri dari jongkoknya dan langsung berjalan meninggalkanku.
Keningku mengkerut melihatnya melenggang santai meninggalkan diriku, dia ingin kemana? Mengapa dia meninggalkan ku begitu saja?
"KEVIN, MAU KEMANA!???" Teriakku yang sedang mengikuti jalannya dari belakang.
"Ke Mall!" Seru Kevin singkat.
Alisku naik satu mendengarnya, untuk apa ia ke pusat perbelanjaan itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
Teen FictionBagiku ilusi adalah hal yang tak bisa kumiliki, dan bagian dari ilusi itu adalah harapan dan kamu. - Marsha Agnessia Aurellia. Maafkan aku yang tak bisa menjadi orang yang kamu mau, tetapi, sekarang aku telah percaya kalau penyesalan selalu datang t...