Chapter 38 - Hai Yogyakarta!

3.1K 184 8
                                    

Sebesar-besarnya rasa benci yang tertanam di hati, pasti rasa itu akan menghilang begitu saja jika ditutupi oleh sebuah cinta yang tulus.

*****

"Ayo Vin, Sha, kita ke penginapan temen ibu dulu," ajak Bu Dewi setelah ia dan Kevin menghampiri ku di tempat duduk tunggu ini.

Kepalaku menggaguk saja mengiyakan, rasanya badan ini sangat lelah dan butuh mandi untuk merilekskannya.

"Bu, saya jalan dulu ya," kataku kepada ibu yang sebelumnya aku ajak mengobrol.

Ibu itu mengangguk senang, sama halnya dengan anaknya yang melambaikan tangannya kepadaku juga.

"Sini Vin koper aku," kataku meminta koper merah muda milikku, aku kasian dia membawa dua koper, pasti dia merasa sangat lelah.

"Nih, capek gue bawain!" Sebal Kevin seraya memberi koperku dengan kasar.

Sebenarnya ingin sekali mulutku ini menyumpahi Kevin, memangnya tidak bisa dibalikinnya dengan baik-baik saja?

"Makasih!" Jawabku dengan sebal juga.

"Hm." Singkat Kevin.

******
Di perjalanan, aku agak sedikit pusing. Entah sejak kapan ini terjadi, tetapi aku sudah merasakannya saat ingin menaiki mobil Kijang milik teman Bu Dewi ini.

Sedari tadi aku memijat pelipisku dengan gerakan lamban, sementara mataku menutup untuk merilekskan otakku yang rasanya ingin meledak. Belum lagi bayangan hitam yang sering bergentayangan di mataku, seakan-akan rasanya ingin saja aku pingsan.

Kevin yang merasakan pergerakan ku yang tidak nyaman, akhirnya dia menoleh ke diriku, kemudian dia menaikkan alisnya bingung.

"Kenapa lo?" Tanya Kevin.

Aku menggelengkan kepalaku, "nggak papa, cuma pusing aja."

Bu Dewi yang duduk di depan samping seseorang yang menyetir menengok ke arahku, "kamu nggak enak badan ya, Sha?"

"Nggak papa bu, bentar lagi pusingnya hilang kok," aku yakin ini adalah gejala yang sebentar sembuhnya.

"Istirahat aja Sha, masih agak lama kok ke penginapannya," usul Bu Dewi.

"Yailah! Tadi di pesawat udah tidur, bu! Malah ampe ngorok lagi," cerca Kevin memutar bola matanya malas.

Sontak aku membulatkan mataku, apa-apaan Kevin ini? Mengapa dia mengatakan hal yang menjelek-jelekkan diriku di depan Bu Dewi? Bikin malu saja.

Ngomong-ngomong aku tidak pernah mengorok sejak tidur, pasti dia mengada-ngada.

"Emang aku ngorok!?" Kesalku kepada Kevin.

"Iya, mana gede banget lagi, sampe semua orang yang ada di pesawat kedengeran!"

"KEVIN!" teriakku spontan seraya memukul bahunya untuk melampiaskan emosiku yang membuat Kevin tertawa terbahak-bahak.

"Udah-udah! Kevin kamu jangan gitu lagi, kasian Marsha!" Nasehat Bu Dewi diselingi tawanya.

Aku melihat Kevin dengan tatapan garang, awas saja jika dia mengada-ngada lagi.

"Ibu, kita nggak makan dulu gitu bu? Heheheh," usulku kepada Bu Dewi, karena tak bisa kupungkiri perutku rasanya berbunyi terus dan minta diisi, makanya kepalaku samping pusing seperti ini.

"Lah tadi katanya pusing, sekarang malah ngajakin makan, situ kenapa?" Tanya Kevin.

"Biarin aja, kan aku udah laper," ujarku tidak perduli.

IllusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang