Seluruh isi chapter ini adalah flashback di chapter 62.
Happy reading🤗
*****
Tuttt tuttt tutttt
Shasa mengerjap sebentar merasakan benda bergetar di tas miliknya. Dan dengan cepat Shasa pun mengambilnya dan langsung melihat nama yang memanggilnya.
Om Vano is calling..
Jantung Shasa berdetak dengan kencang melihat nama itu di telepon, ada apa Om Vano menelponnya? Apa ada urusannya dengan Kevin?
Dengan gesit Shasa pun langsung menempelkan benda itu di telinga kemudian menantikan suara Om Vano di seberang sana.
"Hallo Om, ada apa?"
"Marshaaaaaaa!!!"
Shasa mengerutkan keningnya bingung, mengapa Om Vano memanggil dengan berteriak seperti itu? Ada apa ini!?
"Kenapa Om?" Tanya Shasa ikut panik.
"Kevin, sha.. Kevin!!!!!"
"KEVIN KENAPA OM!?" Teriak Shasa, untung saja di kelas ini hanya menyisakan beberapa orang saja jadi ia tidak akan malu jika berteriak seperti itu.
"Dia..."
Setelah Om Vano mengatakan hal yang buruk tentang Kevin, dengan cepat Shasa pun langsung menutup sambungan telepon dengannya dan langsung membereskan buku, lalu lari secepat mungkin untuk ke rumah sakit.
Sungguh, Shasa tidak ingin terjadi sesuatu dengan Kevin!
"Sha, kemana lu!?" Teriak Bella yang terkejut saat ia berpapasan di pintu kelas.
"Woy Shasa lu kemana!? Kok lari gitu!?" Tambah Meysa yang samar-samar terdengar di telinga Shasa.
Tetapi Shasa mengindahkan mereka saja, ia berencana, nanti saat sudah sampai di rumah sakit Shasa pasti akan menghubungi mereka.
Kalau sekarang, sampai dengan cepat ke rumah sakit adalah prioritas utama Shasa.
Napas Shasa tersengal-sengal saat ia berhenti di pinggir jalan raya yang besar ini.
Ia meneguk salivanya melihat ke arah seberang, nyalinya langsung saja menciut ketika melihat kendaraan-kendaraan yang sepertinya sedang melaju kencang.
Bagaimana ini? Shasa tidak pandai menyebrang!
Tetapi, jika Shasa tidak sampai ke tempat Kevin dengan cepat, bagaimana ia bisa menemuinya?
Perempuan itu menutup matanya dengan teguh seraya menyemangati diri sendiri untuk menyebrang. Ia pasti bisa!
Dengan langkah pelan, Shasa pun mulai melirik kesana-kemari sambil melihat jalan yang sudah kosong.
Kata orang, begitulah cara menyebrang.
Dan saat Shasa sudah sampai ditengah. Ia langsung membulatkan mataku dengan sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
Teen FictionBagiku ilusi adalah hal yang tak bisa kumiliki, dan bagian dari ilusi itu adalah harapan dan kamu. - Marsha Agnessia Aurellia. Maafkan aku yang tak bisa menjadi orang yang kamu mau, tetapi, sekarang aku telah percaya kalau penyesalan selalu datang t...