Cinta gue ke lu itu bagaikan tulisan di belakang truk 'kutunggu jandamu'
-- Rian
******
Aku menghembuskan nafas lega dan senang karena setelah lamanya perjalanan, akhirnya aku sudah sampai di tempat tujuan.
Sehabis ku berbenah dan menyampirkan tas milikku di belakang punggung, aku pun menuruni tangga bus dengan pelan-pelan. Maklum, tangga bus ini tergolong tinggi dan licin, kalau tidak hati-hati bisa saja kita tergelincir dan berujung mencium tanah coklat yang digunakan sebagai permukaan jalan.
Ketika langkah ku sampai di permukaan jalan, aku bergeser sedikit untuk memberikan jalan kepada siswa-siswi yang akan turun, kemudian aku meninju udara ke atas dengan kedua tanganku, sambil menghirup napas sebanyak-banyaknya, mumpung udara disini bersih dari polusi, lebih baik dimanfaatkan saja untuk paru-paruagar bersih.
Aku memandangi pemandangan disini, sangat sejuk dan indah. Memang disini tidak seperti di Jakarta yang banyak sekali gedung-gedung pencakar langit, kendaraan pribadi yang memadati jalanan, sampai orang-orang yang sibuk lalu lalang dengan kegiatannya masing-masing. Tetapi, disini lebih banyak pohon-pohon yang rindang, udara yang bersih nan memabukkan, dan juga terlihat gunung tak jauh dari sini.
Tetapi, belum puas aku menikmati segala pemandangan yang berada di sini, tiba-tiba muncul suara disampingku dengan nada angkuh.
"Norak!" ujar Kevin yang sudah disampingku, entah dari mana datangnya.
Aku melihat Kevin sebentar, dia sedang menatap lurus kedepan seraya melipat kedua tangannya di atas dada, kemudian ia memejamkan mata secara perlahan diiringi pengambilan oksigen secara rakus, lalu ia menghembuskannya dengan perlahan dan mulai membuka mata lagi.
"Gua tau gua cakep, tapi nggak usah nyiksa mata lu dengan ketampanan gua," ujar Kevin memiringkan senyumnya kepadaku.
Wajahku kemudian menatap ke depan lagi, kenapa aku begitu konyol? Sampai-sampai aku barusan menatapnya dengan sangat dalam.
"Yah tercyduk ya mbak?" tawa Kevin seraya melepaskan kacamata hitam yang daritadi bertengger di atas hidungnya.
Aku pun kemudian menggeleng cepat, lalu berniat lari di hadapannya. Entahlah, melihat setiap kegiatan kecilnya saja, semuanya mampu membuat pipiku memanas.
Why are you so cute, Kevin!?
Tetapi, niatku untuk menjauhi dirinya tertahan sebentar, ketika Kevin menarik satu tanganku tanpa izin.
"Apa?" tanyaku risih.
"Mau kemana?" Kevin pun akhirnya melepaskan pegangannya kepadaku.
"Ngambil koper."
Kevin pun ber 'O' ria.
"Gw ikut dong," setelah Kevin mengucapkan itu, ia pun berjalan mendahului ku.
Dasar! Katanya ikut, tapi ia sekarang malah berjalan duluan.
*****
Sesudah menaruh koper kita di sebuah Villa yang terletak tak jauh dari kebun teh, semua siswa-siswi pun mulai berkumpul di sebuah halaman berbentuk persegi empat di depan kebun teh untuk briefing kegiatan apa yang akan kita jalankan disini.
Disaat Pak Pardi sedang menjelaskan di depan, aku menggigit ujung bibirku diiringin kakiku yang tak bisa diam mengorek-ngorek tanah seperti sedang mencari harta karun disana. Bagaimana tidak? Sekarang aku sangatlah gugup, dari dahulu, jika aku berjalan-jalan ke tempat yang jauh, aku terbiasa di temani oleh orang tuaku dan Bang Revo. Tapi sekarang aku merasa sedang ditengah orang-orang asing. Hatiku jadi tidak enak dibuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
أدب المراهقينBagiku ilusi adalah hal yang tak bisa kumiliki, dan bagian dari ilusi itu adalah harapan dan kamu. - Marsha Agnessia Aurellia. Maafkan aku yang tak bisa menjadi orang yang kamu mau, tetapi, sekarang aku telah percaya kalau penyesalan selalu datang t...