"Kalian saling kenal?" Tanya Papa yang akhirnya sanggup bicara.
"Iya, Om Vano ini Papanya Kevin!"
Sontak setelah mendengar penuturan dariku, Papa dan Mama tampak membuka mulutnya tidak percaya.
"Wah ternyata anak kita saling dekat ya!" Om Vano tetap tertawa, sementara Papa dan Mama masih terlihat syok mendengarnya.
Aku menghembuskan napas melihat ekspresi Papa, Mama, dan Bang Revo yang terlihat tak enak. Sepertinya mereka masih tak bisa melupakan perlakuan Kevin yang buruk dari Bang Revo dulu. Padahal aku saja yang diperlakukan seperti itu biasa saja, tapi tetap saja Bang Revo keukeuh karena melihatnya dengan mata kepala sendiri. Hm, coba saja mereka tidak salah paham seperti ini.
"Hey kalian kenapa? Nggak usah syok gitu! Saya suka kok sama Marsha ini! Dia anak yang cantik!" Terlihat, pasti Om Vano mengira kalau orang tuaku tidak enak dengan anaknya yang dekat denganku.
Papa dan Mama nampak menormalkan ekspresinya kembali dan langsung tersenyum.
"Iya bagus kalau seperti itu!" Papa nampak tersenyum singkat.
Aku melirik ke arah istri atau ibu tiri Kevin ini, seperti dahulu, ia masih tak suka denganku, entah ada apa dengannya, apa ia tidak pernah bahagia? Wajahnya selalu saja terlihat masam.
"Kenalan juga sama istri Vano juga, Sha. Eh kayaknya udah tahu ya?" Papa berusaha menghilangkan kecanggungan.
"Saya sudah kenal," ujar ibu tiri Kevin ini dengan nada sombong, sungguh dirinya sangat tak sopan.
Papa nampak tersenyum menanggapinya, Papa tidak tahu saja sifat aslinya.
"Oh ya Om, Kevin mana? Dia ada disini kan?" Tanyaku dengan semangat kepada Om Vano, jika Om Vano menyelenggarakan kerjasama ini berarti ia juga mengundang anaknya juga kan seperti Papa?
"Sha!"
Mataku melirik Bang Revo yang tampak seperti menegurku, sepertinya ia tidak suka aku menanyakan hal itu.
"Sayangnya Kevin nggak hadir Sha, nanti deh Om sampein salam kamu ke dia," Om Vano berusaha menghiburku.
"Yah sayang ya, Om," aku memberengut sedih, coba saja Kevin dapat hadir disini juga.
"Eh tapi tunggu sebentar, Om mau manggil tamu penting dulu!" Om Vano memberi kelima jarinya mengisyaratkan kami untuk menunggu. Maksudnya apa?
"Hallo..?
"Masih di jalan..?
"Cepat, anaknya Fredo ada disini!
"Oke ditunggu!"
Setelah Om Vano menelepon entah siapa, ia kembali lagi dengan kami.
"Siapa, Van?" Tanya Papa yang nampak bingung.
"Rekan kerja kita juga," istri Om Vano tertawa kecil.
"Rekan kerja?" Papa mengerutkan kening.
"Iya, dia ikut bantu perusahan Phorpenes juga."
"Oh," Akhirnya Papa dan Mama tertawa, entah mereka menertawakan apa.
*****
Aku dan Bang Revo masih duduk di bangku kami sambil melihat Papa, Mama dan Om Vano bersama sang istri sedang menggunting pita diatas panggung sebagai tanda kalau mereka sah untuk bekerjasama.Aku jadi senang melihatnya, pasti kekesalan keluarga ku dengan Kevin akan mereda karena kerjasama ini.
"Jangan senang dulu kamu, itu cuma kerjasama," bisikan gaib dari Bang Revo membuat diriku meliriknya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
Ficção AdolescenteBagiku ilusi adalah hal yang tak bisa kumiliki, dan bagian dari ilusi itu adalah harapan dan kamu. - Marsha Agnessia Aurellia. Maafkan aku yang tak bisa menjadi orang yang kamu mau, tetapi, sekarang aku telah percaya kalau penyesalan selalu datang t...