Chapter 21 - Coklat menyebalkan

3.2K 154 9
                                    

Bagi orang cemburu itu adalah cinta, tapi bagiku cemburu itu adalah kesakitan.

******

Senyumku melebar tidak henti-hentinya ketika melewati koridor, pikiranku tertuju pada seseorang yang aku nanti-nantikan dari kemarin. Entahlah, rasa bahagia ketika mengetahui dia akan datang ke sekolah hari ini menjalar ke seluruh tubuhku dengan cepat.

Akhirnya rindu ini terbayarkan setelah sekian lama, pikirku.

Eh-- tunggu! Sekian lama!? Padahal ia hanya menghilang sehari dan aku menganggapnya ia tidak bersamaku selama seabad? Sangat lucu, aku sampai tertawa kecil memikirkannya.

Semoga hari ini menghasilkan kesan baik dengannya.

"Eh, senyum-senyum sendiri aja neng!"

Aku terlonjak sebentar ketika suara bariton yang sangat familiar terdengar.

Mataku mengerling malas menanggapinya, jangan sampai karena orang aneh ini, hari ku jadi buruk dibuatnya.

"Lu kenapa senyum-senyum sendiri, Sha?" tanya Dava yang rasa keingintahuannya kumat.

"Udah deh ya, aku mau ke kelas!" kataku dengan nada marah, sebenarnya hal itu aku lakukan agar ia cepat-cepat menjauhiku.

Tapi ternyata ekspetasi ku salah.

Dava malah berpindah tempat, yang tadinya di samping ku, menjadi tepat di hadapanku sambil merentangkan kedua tangannya bermaksud menghadang ku.

Otomatis langkahku terhenti seketika, ah! Aku semakin geram saja padanya.

"Jangan marah-marah nanti makin cantik!" katanya lagi sambil tertawa kecil.

Memang, kalau aku boleh jujur, aku akui Dava tampan, apalagi saat ia tertawa dan tersenyum. Tetapi, sayang, semua itu cepat tertutupi karena kelalukaanya yang tak baik.

"Bel lima menit lagi masuk, Dav," ujarku memelas dengan lelaki berkepala batu di hadapanku ini.

"Lah terus?"

"Nanti kita telat!"

"Nggak usah khawatir, gua punya 1000 alasan kok biar kita nggak dihukum," Dava tersenyum miring, perasaanku jadi tidak enak.

"Apaan sih? Udah ah dikit lagi bel masuk, Dav!" kataku tidak sabaran ingin langsung melaluinya.

"Mending bolos aja, gua pengen bolos nih! Lu mau ikut?" katanya menahan tawa, apa dia baru saja mengajakku? Apa dia tidak waras?

Aku geram sendiri, mungkin kalau aku lebih lama bersamanya, aku akan menjadi serigala yang siap membunuh mangsanya, dan yang pasti akan ku bunuh duluan adalah bad boy di depanku ini.

Dengan memanfaatkan kegesitan ku dan keamarahanku yang sudah membuncah dari tadi, aku pun mulai memanfaatkan situasi.

Disaat dia lengah, aku pun langsung melesat ke cepat kesamping dirinya dan tak lupa juga aku menginjak sebelah kakinya, sehingga ia meringis bak anak kecil.

"Maaf!" kataku sebentar dan langsung kabur secepat mungkin.

"Aww!! Sakit banget anjir!" gerutu Dava seraya memegang telapak kaki beralaskan sepatunya yang mungkin sudah memerah karena ulahku.

******

Bel masuk kemudian berbunyi dengan kencang, sontak aku harus mempercepat langkahku untuk masuk ke dalam kelas, huh! Semua ini adalah ulah Dava, gara-gara dia aku menjadi telat seperti ini.

IllusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang