Jangan pikirin rindu, pikirin Kevin aja hehe
*****
"SHASA!"
Aku memandang Meysa dengan panik, mengapa Meysa berteriak seperti itu?
"Apa?" Tanyaku.
"Diangkat!"
Mataku membulat besar, apa katanya? Diangkat!? Bagaimana mungkin?
Aku melihat Meysa yang sedang berusaha mendengarkan suara yang ada di ujung telepon dengan tatapan serius.
"Hallo, Kevin!? Ini lu kan?"
"Kevin!!!!"
"Kevin, denger gue nggak? Lu dimana?"
"Woy jangan bikin gue panik!"
"KEVIN FERNANDO ALINSKIE, DENGER GUE NGGAK!!!!!???"
"WOY ESMERALDA!!!!"
Meysa berteriak dengan kencang di teleponnya, seolah orang yang sedang dihubungi Meysa tidak mendengarnya.
Dahiku mengkerut dalam menyaksikannya, apa tidak ada yang menjawab di telepon Kevin? Tapi, mengapa sambungan telepon dari Meysa bisa diangkat?
"Ck!" Meysa akhirnya berdecak sendiri dan menjauhkan telepon dari telinganya. Sepertinya ia kesal.
"Gimana, Mey?" Tanyaku kepada Meysa dengan tatapan berharap.
Meysa menghembuskan napasnya kemudian ia menggeleng pelan.
"Kenapa, Mey? Diangkat nggak?" Tanyaku lagi.
"Diangkat Sha, tapi gue nggak bisa denger apa-apa tadi."
"Ha? Nggak denger apa-apa? Kok tadi bisa diangkat?" Aku masih bingung.
"Gue nggak tahu," Meysa mengedikkan bahunya tidak tahu.
Aku menundukkan kepalaku lemah. Mungkin benar, Kevin tidak mau berhubungan lagi denganku.
Pasti Kevin berpikir jika ia menghubungi Meysa, Meysa akan memberi tahu diriku informasi tentang dirinya, dan aku akan mengganggu Kevin lagi
Karena jelas-jelas aku sudah mengatakan cintaku kepadanya, dan sepertinya ia tidak mempunyai perasaan yang sama denganku.
Pasti Kevin akan risih didekatku"Yaudah Sha, nggak usah dipikirin! Mungkin bener Kevin butuh waktu sendiri," Meysa tersenyum berniat menghibur diriku.
Aku mengangguk saja, benar katanya! Lebih baik aku tidak memikirkan Kevin sampai sedalam ini, aku harus fokus untuk olimpiade besok, karena itu adalah tanggung jawabku sebagai siswa di sekolahku. Toh aku juga tidak ingin usahaku untuk belajar bisa goyah hanya karena Kevin.
"Yaudah, kita belajar aja Sha, Fighting!" Ajak Meysa dengan semangat.
******
Salivaku ku teguk dengan kasar ketika melihat gedung universitas Gajah Mada Yogyakarta yang sudah terlihat di depan mataku ini.Walaupun ini sudah menjadi kedua kalinya disini, tapi tetap saja jantungku berdegup dengan kencang melihatnya, apalagi sekarang adalah waktunya olimpiade. Sungguh, rasa gugupku sedang melanda hati dan pikiranku habis-habisan.
Tetapi, berbeda dengan Meysa. Ia nampak semangat dan girang melihat Universitas ini. Ah, coba saja aku bisa bersikap sama seperti Meysa.
"Ayo, Sha masuk!" Ajak Meysa untuk memasuki Universitas ini dengan semangat.
Tetapi, entah mengapa aku masih diam di tempat, sungguh, rasanya badanku kaku untuk masuk kedalam tempat seperti perang ini.
Merasa aku tetap diam, Meysa melihat ke belakang kemudian tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
Teen FictionBagiku ilusi adalah hal yang tak bisa kumiliki, dan bagian dari ilusi itu adalah harapan dan kamu. - Marsha Agnessia Aurellia. Maafkan aku yang tak bisa menjadi orang yang kamu mau, tetapi, sekarang aku telah percaya kalau penyesalan selalu datang t...