Tidak semuanya yang berusaha kita kejar dengan penuh harap akan menghargai usaha kita.
*****
Akhirnya malam yang aku tunggu-tunggu datang. Malam minggu, malam dimana hari selanjutnya sekolah diliburkan. Dan dimana yang tiap malamnya di jenuh kan dengan tugas-tugas tanpa henti, di malam minggu ini, semua murid bebas untuk bermain dan terbebas dari tugas yang merajalela.
Selain itu juga ada alasan lain yang membuat hatiku senang. Rencananya malam ini Bang Revo akan mengajakku pergi bersama. Entahlah dia kerasukan makhluk halus darimana tiba-tiba baik seperti ini, yang penting aku bisa menghirup udara segar dan bisa melihat pemandangan baru selain perabot-perabot rumah yang setiap hari aku lihat.
Setelah selesai aku bercengkrama di depan kaca untuk memoles lip-tint ku, aku pun melihat hasil bibirku dengan senyuman yang aku cetak. Kurasa sudah cukup, aku pun merapikan kaus putih ku dan memakaikan kardigan agar lenganku tertutup semua. Tidak lupa aku pun mengambil sling bag di atas meja rias untuk menaruh barang-barang yang mungkin diperlukan nanti.
Tok... Tok... Tok...
"Woy, Dek, lama banget lu! Jangan-jangan nih anak lagi ngopi lagi!" kesal Bang Revo dari balik pintu seakan rentenir yang sedang menagih hutang nya.
"Bentar, bentar," sahutku kemudian berjalan ke arah pintu untuk membukanya dan langsung melihat wajah Bang Revo yang ditekuk, sedangkan aku menyunggingkan senyum dengan memperlihatkan deretan gigi ku yang putih.
"Emang berapa lama sih nunggunya?" tanyaku cengengesan saat melihat air wajah yang ditampilkan Bang Revo.
"Tujuh menit dua puluh detik," jawab Bang Revo setelah melirik jam tangan yang tergantung di lengannya.
"Cantik butuh proses, bang," aku tertawa kecil.
"Heran sama cewek, suka banget dandannya lama, padahal hasilnya gitu-gitu aja," Bang Revo mencak-mencak tidak jelas.
"Apa!? Jadi aku nggak ada hasilnya?" tanyaku setengah berteriak.
"Nggak kok, maksudnya tetep cantik," giliran Bang Revo yang cengengesan.
Aku memicingkan mata untuk melihat apa yang dikatakannya jujur atau tidak.
"Udah ah! Ayo jalan! Keburu Mall-nya tutup!" tanpa basa-basi lagi, Bang Revo menarik ku dan menyeretku untuk naik ke mobil. Dan dengan kasar.
Aku membuka mobil dengan cepat saat Bang Revo melepaskan tangannya di depan pintu samping pengemudi mobilnya. Sambil menekuk wajahku, aku duduk disamping Bang Revo yang juga sudah duduk di kursi pengemudi. Kasar sekali tadi perbuatan Bang Revo. Dikira tangannya itu halus dan lembut seenaknya mencengkram ku begitu saja.
"Nih anak kenapa lagi sih?" Bang Revo menggerutu pelan melihat perubahan ekspresi ku.
"Dikira nggak sakit apa ditarik-tarik kayak tadi?" sahutku mengungkapkan suara hatiku yang dari tadi aku tahan.
Bang Revo terdiam sejenak, kemudian ia tertawa keras.
"Yailah, gitu doang? Lemah amat sih jadi cewek.""Ih ngeselin ya?" aku melotot melihat Bang Revo yang masih tertawa.
"Ditarik tangannya gitu udah kesakitan, apalagi kalau nanti udah ditarik hatinya, gimana ya?" Bang Revo tersenyum miring.
"Maksudnya?"
"Ah tau ah, udah malem, keburu Mall tutup!"
Tanpa ba-bi-bu lagi, Bang Revo segera melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang keluar dari pekarangan rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
Teen FictionBagiku ilusi adalah hal yang tak bisa kumiliki, dan bagian dari ilusi itu adalah harapan dan kamu. - Marsha Agnessia Aurellia. Maafkan aku yang tak bisa menjadi orang yang kamu mau, tetapi, sekarang aku telah percaya kalau penyesalan selalu datang t...