Mulmed : Kevin Fernando Alinskie
******
Aku membencinya. Iya, aku benci dengannya, karena telah mudah membuatku jatuh cinta.
*****
"Aku mencintaimu juga."
Perasaan itu muncul lagi. Perasaan tak menentu yang susah untuk diekspresikan karena sudah tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Hatiku sudah melambung jauh keatas olehnya. Perutku juga sudah terasa seperti ada yang menari-nari didalamnya. Pipiku terasa memanas, mungkin kalau didepanku ada cermin, aku sudah melihat pipiku seperti kepiting rebus.
Mengapa Kevin merayuku seperti ini dihadapan orang-orang. Dia tidak tahu apa dia telah membuatku malu dan tidak menentu sekarang.
"Shut up!" perintah Ms. Evi kepada murid-murid yang heboh.
Dengan sekali teriakan Ms. Evi, pun semua murid-murid yang bersiul tadi seketika menjadi hening dan sunyi. Tidak ada lagi kebisingan yang melanda kelas ini.
"Kevin, duduk!" Ms. Evi menunjuk bangku sebelahku.
"Siap bu, eh Miss!" jawab Kevin salah ucap. Yang mampu membuat Ms. Evi mengeluarkan mata elangnya.
Tanpa aba-aba lagi, Kevin pun berjalan menghampiriku. Dan benar saja tebakanku kali ini, sekarang siswi-siswi dikelas melirik diriku dengan tajam seperti ingin membunuh. Aku saja sampai bergidik ngeri melihatnya.
Ini semua karena ulah Kevin, coba saja Kevin tidak mengeluarkan gombalan mautnya didepan mereka semua. Pasti kejadian seperti ini tidak terjadi.
Kevin pun duduk dengan wajah yang berseri-seri disampingku. Entah apa yang ada dipikirannya aku tak tahu.
"Nggak usah gombal!" kataku entah kepada siapa.
"Gua serius yang tadi," Kevin melihatku dengan serius.
"Ih, diem aja deh! Nggak boleh ngomong sama aku!" kesalku tidak tahan lagi jika diperlakukan seperti ini olehnya.
"Kok nggak boleh ngomong sama lu?" lawan bicaraku menaikkan alisnya.
"Aku lagi malu! Kamu nggak boleh ngomong sama aku!" aku memalingkan wajah kedepan seraya menangkupkan wajahku agar tidak terlihat pipiku yang sedang memerah.
Kevin tertawa melihat ku salah tingkah. Aku pun sama seperti itu, ketika dia tertawa hatiku semakin menjadi-jadi. Aku merasa ingin meledak ditempat ini sekarang.
"Hei," Kevin mencari-cari wajahku.
"Nggak usah malu! Kan gue manusia," ujar Kevin setelah aku memalingkan wajah lagi padanya.
"Manusia apa? Manusia jadi-jadian?" aku mulai memecahkan suasana dengan gurauan agar tidak canggung.
"Terus kenapa lu suka sama manusia jadi-jadian?" Kevin tersenyum miring.
"Suka? geer amat."
"Oh ya, kan cinta ya?" Kevin tertawa lagi.
Aku memutar-mutarkan bola mata entah kemana. Jantungku memompa seakan lebih cepat. Dan lagi lagi dengan biang dari semua ini, yang tak lain dan tak bukan adalah seorang Kevin Fernando Alinskie. Mengapa ia senang menggodaku? Apa merayuku sudah menjadi kegemarannya saat ini?
"Shasa, Kevin! Shut up!" Ms. Evi berhasil mengejutkanku. Bahkan lebih kencang dari sebelumnya.
Kevin pun juga sama, ia pun ikut mendongak melihat Ms. Evi yang sudah menajamkan mata bak elang diiringi tangannya yang memegang pinggang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
Teen FictionBagiku ilusi adalah hal yang tak bisa kumiliki, dan bagian dari ilusi itu adalah harapan dan kamu. - Marsha Agnessia Aurellia. Maafkan aku yang tak bisa menjadi orang yang kamu mau, tetapi, sekarang aku telah percaya kalau penyesalan selalu datang t...