Jika pergi adalah pilihan yang terbaik, aku tidak akan pergi. Tetapi, aku akan pulang.
*****
Mataku melihat ke arah orang-orang yang sedang sarapan dengan nikmatnya di meja makan besar ini. Aku jadi sedih nanti sore aku akan meninggalkan Yogyakarta dan pulang ke Jakarta. Pasti aku tidak bisa merasakan kehangatan keluarga seperti ini lagi, tidak bisa merasakan udara Jogja lagi, dan aku tidak bisa merasakan ramainya Malioboro lagi. Sebenarnya aku ingin disini lebih lama lagi, tapi apa boleh buat, aku harus meninggalkannya, aku pun juga merindukan keluargaku, pasti mereka menunggu di rumah.
Disisi lain, mulutku sedari tadi tak berhenti untuk tak mengunyah makanan disini, gudeg Jogja yang aku makan ini membuat nafsu makan ku terus bertambah karena rasa gurih dicampur dengan pedasnya sambal krecek yang ada di makanan ini. Tak heran mengapa setiap orang memakannya dengan lahap. Rasanya aku ingin makan ini setiap harinya.
Setelah makan kami selesai, para perempuan pun langsung bergegas untuk menyuci piring yang sudah kotor, sementara laki-laki diharuskan untuk menyiram tanaman di luar penginapan, agar mereka bisa menikmati udara segar katanya.
"Ayo Sha, kita cuci nih piring-piring," ajak Tika yang mendapat anggukan dariku.
Sesampainya kami berdua di wastafel, kami pun berbincang-bincang sebentar.
"Habis ini kita siap-siap Sha, katanya nanti ada permainan gitu yang diadain sama pemilik penginapan ini!" Seru Tika semangat.
Aku membinarkan mataku, "apa? Iya? Wahhh keren tuh!"
Tika mengangguk juga untuk merespon, "mungkin itu bakalan menjadi kenang-kenangan terakhir kita disini."
Nafasku berhembus pelan, benar juga, pasti aku merindukan tempat ini.
******
"Priiiiittttttttt!!!!!"
Suara tiupan peluit dari sang pemilik penginapan yang masih terlihat muda membuka acara kali ini dan membuat suasana nampak hidup dan gembira.
"Baik! Sekarang semuanya sudah berkumpul disini, Permainan akan segera dimulai!!" Setelah sang pemilik meresmikan pembukaan, suara tepuk tangan yang heboh pun mengiringinya dengan semangat.
"Kevin! Menurut kamu permainannya apa ya?" Tanyaku bersemangat kepadanya yang sedari tadi selalu menampilkan wajah cemberut. Aneh, harusnya ia ikut bersemangat juga.
"Au!" Kevin menaikkan bahunya tidak perduli.
"Ihss!" Desisku kesal mendengar jawaban Kevin yang seolah acuh tak acuh, memang tidak bisa apa dia bersikap gembira kepadaku sebentar saja?
"Jadi, kalian semua disini saya kumpulkan untuk memainkan permainan yang biasanya selalu dimainkan oleh para penginap di hari terakhirnya, dan pastinya akan seru dan heboh!!!"
"Apaan emang, Pak?" Sahut sang lelaki yang terlihat seumuran denganku.
"Kita main.... Berlari mengejar mimpi!!"
"Ha? Apaan tuh?" Aku mengerutkan keningku bingung, permainan macam apa itu? Aku tidak pernah mendengarnya.
"Oke, karena saya yakin kalian akan bingung kayak gitu. Bapak akan menjelaskan cara dan aturannya dulu!"
"Monggo, pak!" Suara dari anak-anak yang menjawab terdengar serempak.
Pemilik penginapan itu tertawa sebentar mendengar respon kami, kemudian mulai membacakan cara dan aturan permainannya, "jadi nanti kalian akan membuat tim yang beranggotakan 2 orang saja untuk mencari pita kuning yang bertuliskan tempat penginapan ini yang saya sudah siapkan di sepanjang jalan. Tapi tidak usah khawatir, saya akan kasih sebuah peta jalan untuk menunjukkan dimana pita kuning itu berada, Pita kuning ini ada 10, jadi tim mana yang mengumpulkannya paling banyak, mereka akan menang dan akan mendapatkan hadiah yang spesial dari penginapan ini! Gimana? Ngerti kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
Teen FictionBagiku ilusi adalah hal yang tak bisa kumiliki, dan bagian dari ilusi itu adalah harapan dan kamu. - Marsha Agnessia Aurellia. Maafkan aku yang tak bisa menjadi orang yang kamu mau, tetapi, sekarang aku telah percaya kalau penyesalan selalu datang t...