"Kita ke mana? Mall? Bioskop? Timezone? Dufan? Ancol? Kemana?"
Sejumlah tempat dilontarkan oleh Dava kepadaku, membuatku menghembuskan napas berat.
Dava mempunyai ide untuk mengajakku ke suatu tempat, katanya untuk menghilangkan rasa bosan, rencananya, Dava ingin jalan-jalan denganku sepulang sekolah besok, karena pasalnya besok pulang lebih awal.
Kakiku masih berlangkah di lantai koridor ini bersama Dava, sambil menatap orang-orang yang berlalu lalang untuk ke parkiran dan pulang, aku berpikir, bagaimana cara menolak ajakan Dava. Karena sebenarnya, aku tidak pernah jalan-jalan dengan teman laki-laki sebelumnya.
"Sha, ditanyain bengong aja!" Dava sedikit menggoyangkan bahuku agar aku memerhatikannya.
"Eh.. apa?" Tanyaku malah linglung.
Dava menghembuskan napas lelah, "kita mau kemana, Sha?"
"Ehmmm...." Aku menggaruk tengkuk ku yang tidak gatal.
Dava memicingkan matanya dan menatapku fokus.
Sementara aku tersenyum seketika, "terserah."
Dava cemberut mendengar perkataanku kemudian ia mengusap wajahnya kasar.
"Woy! Shasa!"
Ketika namaku dipanggil oleh suara yang sangat ku kenali, sontak aku menghadap ke arah belakang, dan ternyata benar dia orangnya.
"Bella!" Jawabku memanggilnya juga, ketika ia sudah di sampingku.
Bella menepuk bahuku kemudian ia membinarkan matanya ketika melihat seseorang yang berada disampingku.
"Demi apa disamping lu ini Dava?" Bisik Bella yang terdengar seperti jeritan tertahan, dan sepertinya Dava mendengarnya, buktinya ia menoleh ke arah Bella tanpa berekspresi apapun.
Merasa diperhatikan, Bella menetralisir ekspresinya, seolah ia tidak mengatakan apa-apa tadi.
Aku tertawa geli melihat kelakukan sahabatku yang satu ini, ternyata Bella salah tingkah.
"Makanya kalau bisik-bisik jangan kenceng-kenceng, salting sendiri kan tuh!" Ledekku melihat wajah Bella yang sudah seperti kepiting rebus.
Bella memukul bahu ku pelan kemudian menempelkan jari telunju di bibirnya.
Melihat kelakuan Bella yang seperti orang kepanasan itu, Dava tertawa ringan yang menyebabkan jakunnya naik turun.
"Santai aja sama gue! Nggak usah kaku-kaku gitu!" Dava tersenyum tipis.
Bella mengangguk kemudian tersenyum saja.
"Kok bisa jalan sama Dava, Sha?" Bisik Bella yang kali ini pelan dan tak dapat didengar Dava.
Aku mengedikkan bahu, bingung harus menjawab apa.
"Maaf Dav, gua kira tadi Shasa jalannya sama Kevin. Kan biasanya mereka berduaan terus he... He... He.." Bella cengengesan sambil menunjukkan huruf V menggunakan jarinya.
Setelah Bella mengeluarkan kalimat itu, entah mengapa keadaan terasa canggung. Aku menghembuskan napas lelahku mengingat Kevin yang telah berubah, dan aku lihat dari ekspresi Dava yang nampak tak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
Teen FictionBagiku ilusi adalah hal yang tak bisa kumiliki, dan bagian dari ilusi itu adalah harapan dan kamu. - Marsha Agnessia Aurellia. Maafkan aku yang tak bisa menjadi orang yang kamu mau, tetapi, sekarang aku telah percaya kalau penyesalan selalu datang t...