Chapter 17 - Bus

3.8K 203 3
                                    

Entahlah, sekarang aku takut kehilangan seseorang yang bahkan bukan milikku.

- Marsha Aurellia Agnesia

*****

"Queen?"

Aku melihat Kevin yang tersenyum dengan tatapan aneh. Entahlah, seolah tersihir dengan perkataan sebelumnya, langkahku yang sedari tadi mau meninggalkannya langsung membeku di tempat. Apalagi, kalau bicara soal jantung, ia pun berdetak seolah-olah mau keluar dari tempatnya.

Sebenarnya nama itu biasa saja, tapi, jika diartikan adalah seseorang yang menguasai.

Apa itu artinya aku menguasai hati Kevin? Eakkk.

"Boleh nggak?"

Suara Kevin menyadarkan ku dari dunia khayalanku sendiri, aku tersadar dalam sekejap, dan langsung melihat wajah Kevin yang sedang menatap wajahku dengan teliti, seolah jika tidak ditatapi, wajahku akan hilang dalam hitungan detik.

Aku melihat Kevin sebentar, kemudian tanpa sadar aku mengangguk-nganggukan kepalaku dengan cepat kemudian tersenyum.

"Boleh-boleh!" ujarku kegirangan.

Kevin tertawa melihat sikapku yang mungkin baginya lucu, padahal itu di luar sadar ku. Tapi tak apa, aku suka.

"Tapi, kamu kan manggil aku 'Queen', aku manggil kamu 'Mr.sibuk'. Nggak cocok banget!" seruku mengoreksi.

"Terus apa?" Kevin menautkan alisnya.

Aku tersenyum, kemudian mengucapkan nama yang sudah tertera di kepalaku.

"King."

Setelah mendengar nama panggilan yang aku lontarkan, Kevin langsung menyemburkan tawanya dengan sangat geli, kemudian ia mulai mengacak-ngacak rambutku, kebiasaan.

"Boleh-boleh!" kata Kevin mengikuti kata ku tadi, setelah mendengar nama panggilannya dariku.

Aku dan Kevin kemudian tersenyum bersama-sama. Entah, apa yang membuat Kevin tersenyum, aku tidak tahu. Yang aku tahu, aku menyukai tatapan teduhnya dan senyuman yang terpatri di wajahnya itu.

"Oh ya, lu nggak dicariin Bang Revo, kelamaan gini!?" ujar Kevin menyelesaikan senyumannya kemudian ia melirik jam tangannya sebentar.

Aku menggeleng pelan,
"Aku naik ojek online, Bang Revo lagi sibuk."

Kevin menghela napas berat,
"Yah! Gua nggak bisa nganterin, habis ini gua mau latihan nyanyi lagi sama Ara."

Terlihat dari wajah Kevin mengungkapkan kekecewaan. Sementara aku menekuk wajahku sesaat, mengapa setelah pulang pun ia tetap masih latihan bernyanyi? Apa dari pelajaran pertama sampai akhir tidak cukup bagi mereka?

Pasti adik kelas itu kesenangan berlama-lama bersama Kevin seharian.

Aku menggeleng cepat,
"Nggak papa kok, aku bisa pulang sendiri."

"Beneran? Kok wajahnya di tekuk gitu? Cemburu ya?"

Kevin mulai menggodaku dengan menoel pipiku sedikit.

"Nggak kok, ngapain banget cemburu! Toh, emang aku anak kecil yang nggak tau rumah sendiri."

"Nyebrang aja lu nggak bisa!"

IllusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang