Warning!
Chapter ini sangat panjang dan menguras emosi borr!! Jadi siapin diri kalian oke👌
Happy reading!
*****
Jikalau malaikat pencabut nyawa datang kepada kita lalu meminta salah satu dari kita untuk dijadikan mangsanya, aku akan rela menyerahkan diriku. Karena, bagiku, kehidupanmu adalah kehidupanku juga.
*****
Setelah berusaha mati-matian untuk meminta alamat rumah sakit Kevin kepada wakil ketua kelas atau bisa disebut sepupu Kevin, Meysa. Akhirnya ia memberikannya dengan terpaksa.
Dan daripada itu juga, aku berada disini.
Tanganku melambai-lambai di pinggir jalan ketika melihat taksi, tetapi, seakan enggan, taksi itu pun tak berhenti jua.
Aku menghela napas berat, bagaimana ini? Sebenarnya aku bisa saja menggunakan aplikasi ojek online tapi ponselku sedang mati, karena tadi malam aku tidak sempat untuk mengecasnya.
Kalian pasti tau lah alasannya!
Kalau tidak tahu, tanyakan saja pada tisu yang berserakan di kamar ku.
Aku melihat arloji di pergelangan tanganku, waktu sudah setengah lima dan aku masih berdiri disini. Oh hell! Dimana angkutan umum yang biasanya mencari penumpang? Mengapa disini sepi sekali.
Sebenarnya aku ingin sekali naik angkot, tetapi aku jadi ingat pesan mama,
"Kamu jangan naik angkot ya kalau mau kemana-mana, kamu kan nggak tau jurusan angkot itu apa aja. Nanti kalau kamu diculik terus penculiknya minta tebusan gimana? Mama nggak ada duit, Sha!"
"Tinnn!!! Tinnn!!!"
Suara pesan Mamah membuyar seketika di otakku. Aku terbelalak kaget ketika mendengar suara deru motor yang mendekati ku, otomatis langkahku mundur untuk melihat biang keonaran tersebut.
"Hay! Kita ketemu lagi!"
Aku mengerutkan kening, siapa pria ini? Aku tidak bisa melihat wajahnya karena tertutup helm, dan aku juga tak bisa mendengar suaranya dengan jelas karena suara deru motor yang lalu lalang sangat memekakan telinga.
"Apa anda bisa melepaskan helm-nya?" tanyaku sopan.
Pria itu kemudian mengangguk, dan sedetik kemudian aku langsung mengerlingkan bola mata malas.
"Ngapain disini?" tanya Dava sok ganteng.
"Kamu juga ngapain disini?" tanyaku sok galak.
"Gua nungguin lo," jawab Dava sambil menyisir rambut jambulnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/113943531-288-k502735.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
Roman pour AdolescentsBagiku ilusi adalah hal yang tak bisa kumiliki, dan bagian dari ilusi itu adalah harapan dan kamu. - Marsha Agnessia Aurellia. Maafkan aku yang tak bisa menjadi orang yang kamu mau, tetapi, sekarang aku telah percaya kalau penyesalan selalu datang t...