Tolong, jangan tinggalkan aku untuk kedua kalinya. Itu saja.
*****
"Gua minta..."
Jantungku berdetak cepat mendengarnya. Sebenernya Dava ingin apa?
"Gua minta lu minum wine ini sampai habis!"
Ujar Dava seraya menyodorkan botol wine itu kepadaku dengan senyuman jahatnya.
"LO UDAH GILA!?" teriak Meysa yang makin berapi-api.
Mataku membulat sempurna mendengarnya, apa aku tidak salah dengar? Dava menyuruhku meminum minuman haram itu? Sungguh, seumur hidupku saja menyentuh minuman itu tidak pernah.
"Aku nggak mau!" Kepalaku menggeleng cepat. Aku tidak mau meminum minuman keras itu.
Dava tersenyum kecut, "oh yaudah, lu nggak bakalan ketemu Kevin, gampang kan?"
"Sayang ya, udah jauh-jauh kesini, eh malah nggak ketemu pangerannya," tambah Kak Luna dengan nada kecewa seraya memainkan kuku lentiknya itu.
"Emang nggak ada cara lain apa!?" Sentak Meysa yang nampak geregetan dengan tingkah mereka berdua.
Kak Luna menatap Meysa dengan tatapan geram, "nggak."
Aku menatap ke arah Meysa, sungguh, sebenernya aku tidak ingin meminum itu. Tapi jika aku tidak menurutinya, bagaimana dengan nasib Kevin? Aku takut Dava akan berbuat sesuatu yang tidak diinginkan kepada Kevin.
Meysa melihatku dengan sebuah gelengan kepala. Oh aku jadi tambah bingung dengan keadaan ini.
"Gue cuma mau ngingetin, kalau jawabannya nggak, jangan harap Kevin akan baik-baik aja, ya?"
Peringatan Dava tersebut membuat diriku tersentak seketika. Oh tuhan apa yang harus ku lakukan?
Aku sangat tidak ingin meminum wine itu, apalagi setengah botol seperti itu.
Tapi, di sisi lain, aku sangat merindukan Kevin, dan aku tidak ingin terjadi apa-apa dengan Kevin.
Aku mengambil napasku dan membuangnya untuk memikirkan jawaban yang harus kuambil.
"Oke, a-aku mi-minum!" Jawabku agak ragu-ragu. Aku tidak pernah membayangkan aku harus membuat keputusan ini.
"Shasa! Lu ngomong apaansi!?" Meysa nampak tidak terima atas jawabanku.
Aku tersenyum ke arah Meysa untuk memastikan aku tidak apa-apa.
"Jangan gila, Sha!" Meysa memperingati lagi.
"Kayaknya ini keputusan terbaik, Mey," jawabku.
Ini semua demi Kevin.
Kevin saja rela mengorbankan semua hartanya untuk Dava agar menjagaku, nengapa aku tidak melakukan hal yang sama?
"Wah dengan senang hati! Nih ha-bi-sin!" Tutur Dava senang sambil menyerahkan botol minuman itu ke arahku.
Aku menatap botol itu setengah takut, sudah berkali-kali aku memantapkan hatiku untuk meminumnya, entah mengapa rasanya sangatlah berat.
"Ambil! Tunggu apalagi!" Kak Luna mulai tidak sabaran.
"Lo bisa diem nggak sih!?" Bentak Meysa ke arah Kak Luna yang membuat Kak Luna tertawa meremehkan.
Dengan perlahan, aku pun memanjangkan tanganku dan mengambil botol itu.
Mataku membulat besar ketika botol itu sudah di tanganku, sungguh, firasat ku jadi tidak enak sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
Ficção AdolescenteBagiku ilusi adalah hal yang tak bisa kumiliki, dan bagian dari ilusi itu adalah harapan dan kamu. - Marsha Agnessia Aurellia. Maafkan aku yang tak bisa menjadi orang yang kamu mau, tetapi, sekarang aku telah percaya kalau penyesalan selalu datang t...