Bukan dari tampanmu, fisikmu atau kepintaranmu alasan aku mencintaimu. Tetapi, dari sifat misteriusmu itu yang menjadikan magnet cintaku kepadamu.
Kevin PoV
Aku mendesah berat kemudian tersenyum lebar. Akhirnya aku menyelesaikan novel 950 halaman milikku dalam waktu dua hari. Memang novel ini agak tidak seru karena aku bisa dengan mudah menebak akhir ceritanya, tapi tidak apa. Novel ini pun berbahasa inggris, juga terkadang disematkan bahasa prancis di dalamnya, tetapi bagiku tak masalah sama sekali. Karena memang aku sudah terbiasa membaca novel semacam ini.
Setelah puas aku membaca buku yang baru aku beli kemarin, aku pun menyandarkan kepala ku di atas sofa kamar ku sampai terasa nyaman. Sehabis rasa nyaman menjalar di tubuhku, aku pun memejamkan mata dan mengatur deru nafasku agar tenang.
Tiba-tiba saja kantuk mulai menyerangku bertubi-tubi, hingga aku terbuai olehnya. Tetapi seketika...
Drrrttt... Drrtt...
Aku menggerutu kesal, siapa yang bisa-bisanya menelponku pada jam segini, dan mengganggu acara tidurku. Dia tidak tahu apa kalau ini sudah larut malam. Menyebalkan.
"Siapa?" aku menautkan alisku bertanya, sebenarnya tadi ketika aku ingin mengambil ponsel, aku tidak sempat melihat nama yang memanggil.
"Orang yang paling ganteng kedua di muka bumi ini," celotehnya cepat tanpa nafas yang terputus.
Aku diam sebentar dan memasang wajah datar setelah tahu makhluk yang sedang menelponku. Dan tadi dia bilang orang paling ganteng kedua maksudnya orang yang pertama itu adalah aku.
"Kenapa?" sahutku lagi to the point.
"Lu abis baca kertas tebel yang lu beli kemaren ya?" aku memutar bola mata malas, lagi-lagi ia mengatakan sesuatu dengan asal jeplak.
"Namanya Novel, bukan kertas tebel. Lu kira skripsi," ucapku ketus.
"Yaudah. Terserah. Gue nggak peduli," Rian sekarang membuatku kesal, sekarang aku menyesal telah menjawab panggilan darinya.
"Udah?" ujarku setelah menguap karena kantukku datang lagi.
"Eh review dong bukunya, gue juga mau baca. Lebih tepatnya sih minjem," cicit Rian di ujung panggilan.
"Minjem? Yakin? Nanti muntah lagi baca buku tebel-tebel," godaku untuk melawan rasa kantuk yang sudah menjalar.
"Dih bocah ya minta gue sleding, cepet review!" nada tidak enak keluar dari mulutnya.
"Ok. Jadi isinya itu seru sih, tapi sedikit. Soalnya gue bisa nebak akhir ceritanya. Mungkin, permasalahannya cukup rumit dan bertele-tele, tapi ya ujung-ujungnya sesuai dugaan gue juga. Ternyata, ibu dari pemeran utamanya yang jadi psikopat. Tapi gue takutnya kalau lu yang baca nggak bakal paham, soalnya buku ini berbahasa inggris, terus ada bahasa prancisnya juga." kata ku menceritakan novel yang baru saja aku baca.
"Apa? Bahasa asing? Kagak jadi dah. Bahasa inggris gue aja nilainya 5, gimana mau baca novel kayak gitu? Up dah gue," celetuk Rian lagi.
"Mau gue pinjemin kamus?" aku menawarkan sebagai sahabat yang baik dan pengertian.
"Nggak, makasih."
Aku tertawa di telepon, yang membuat rasa kantukku tiba-tiba menghilang begitu saja.
"Oh ya, Yan. Lu ngapain nelpon gue malem-malem gini?" aku mengalihkan pembicaraan.
"Oh ya, gue hampir lupa. Lu deketin Ratna ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
Genç KurguBagiku ilusi adalah hal yang tak bisa kumiliki, dan bagian dari ilusi itu adalah harapan dan kamu. - Marsha Agnessia Aurellia. Maafkan aku yang tak bisa menjadi orang yang kamu mau, tetapi, sekarang aku telah percaya kalau penyesalan selalu datang t...