Kamu tahu bedanya hati aku sama dunia?
Dunia itu sempit, kalau hati aku luas buat kamu😂*****
"PENGUMUMAN!! PENGUMUMAN!! UNTUK KELUARGA REVO SI GANTENG INI HARAP BERKUMPUL SEMUA DAN MENDENGARKAN CURHATAN-- EH! MAKSUDNYA PENGUMUMAN YANG AKAN DISAMPAIKAN OLEH SANG KEPALA KELUARGA INI!! SEMUANYA HARAP DENGARKAN, TERUTAMA KAMU MARSHA AURELIA AGNESIA!!"
Suara Bang Revo di malam hari, membuat suasana di ruang keluarga ini gaduh seketika, mau apa dia berteriak dan memukul-mukul panci dengan sodet seperti itu? Apa ia mau membangunkan tetangga?
"Apaan sih Bang Revo? Orang Papa, Mama, aku udah disini semua, nggak usah teriak-teriak kali!" Sebalku dengan Abang tak tahu malu ini.
"Nah makanya abang berisik gini, biar suasana makin rame," Bang Revo cengengesan seraya menujukkan kedua jarinya membentuk huruf 'V'.
"Ada-ada aja kamu, Revo," Mama tertawa seraya menggelengkan kepalanya, Mama itu ngidam apa ya selagi hamil Bang Revo? Sampe anaknya seperti ini.
"Yasudah untuk mempersingkat waktu, saya persilahkan untuk sang kepala keluarga untuk memberikan pengumumannya yang sangat tidak penting-- eh! Maksudnya yang sangat penting ini, waktu dan tempat dipersilahkan," ujar Bang Revo seperti MC diacara formal, membuat Papa malu melihatnya.
"Oke jadi gini, besok malam Papa akan mengadakan perayaan kerjasama perusahaan Papa sama perusahaan Phorpenes di gedung, jadi kalian siap-siap, oke?" Papa tersenyum-senyum sendiri saat mendengarkannya.
"Gitu doang, Pa? Aku kira ada apa sampe Bang Revo kayak orang hutan gitu malem-malem," aku memutar bola mata malas.
"Hey kamu Shasa! Seenaknya saja bicara sama Papa seperti itu, kamu akan kena hukuman sehabis ini!" Ancam Bang Revo sambil menunjukku dengan sodetnya.
"Ancaman apaan sih bang?" Decakku malas merespon abangku yang tidak waras ini.
"Ancamannya besok nggak boleh berangkat bareng kakak!"
Aku mengerutkan kening, apa-apaan Bang Revo ini, ia ingin aku telat?
"Abang mau aku telat apa!?" Aku tak terima.
Sementara Mama menghembuskan napas, seperti ingin menyerah mengurusi anak sulungnya ini.
"Revo, kamu bicara apa?" Papa nampak lesu melihat Revo.
"Dia harus kena hukuman, Pa!" Rengek Bang Revo.
"Terus aku bareng siapa dong!?
"Bareng Dava lah!"
*****
Setelah ancaman-ancaman dari Bang Revo kemarin malam yang menyuruhku untuk berangkat bersama dengan Dava, akhirnya aku berani untuk meminta Dava mengantarkan diriku ke sekolah. Sebenarnya aku tak enak jika menyuruh orang seperti ini, tapi mau bagaimana lagi, ini semua karena perintah aneh Bang Revo, kalau tidak dipenuhi, bisa telat aku jika aku menaiki angkutan umum ke sekolah, ditambah lagi aku tak mengerti cara menaiki angkutan itu.
Dava : aku udah nunggu di ruang tamu
Aku menghembuskan napas lemah, kemudian dengan sesegera mungkin aku mengecek seragam ku kembali untuk memastikan sudah rapi atau tidak, tak lupa dengan almamater yang aku masukkan ke tas. Hari ini ada upacara jadi semua murid diwajibkan memakai almamaternya masing-masing.
Langkah kakiku menuruni tangga satu persatu, dan langsung disuguhi pandangan Dava yang sedang berbincang ringan dengan Bang Revo dan Papa, sementara Mama sedang menyiapkan makanan di dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
Teen FictionBagiku ilusi adalah hal yang tak bisa kumiliki, dan bagian dari ilusi itu adalah harapan dan kamu. - Marsha Agnessia Aurellia. Maafkan aku yang tak bisa menjadi orang yang kamu mau, tetapi, sekarang aku telah percaya kalau penyesalan selalu datang t...