Step 5 *13

30K 3.9K 62
                                        

Aku tidak henti-hentinya mengucapkan syukur saat aku secara kebetulan bertemu dengan Alice dan Jean! Oh, sebenarnya ada lagi seseorang yang tubuhnya penuh luka lecet.

"Vale kau tampak kacau. Kau benar-benar harus istirahat," pesan Jean prihatin. Aku langsung memperhatikan penampilanku sendiri. Rambut lepek, lengan baju robek, baju kotor dan lembab. Entah apa yang terjadi pada wajahku, baru saja aku mengusap pelipisku, sudah terdapat luka kecil dan pasir-pasir kecil yang menempel pada pipiku.

"Tidak. Kalau aku tidak terus maju, tes ini akan semakin lama selesai," balasku mantap. Iya, daritadi aku tidak istirahat sama sekali. Aku berjalan tanpa penerangan dan tanpa senjataku. Sepatuku kemasukan kerikil saja tetap kubiarkan tanpa niat untuk sekedar membukanya dan membersihkan kerikilnya.

"Apa maksudmu?" tanya lelaki yang setahuku bernama Dave tadi. Aku belum menceritakan pada mereka tentang Step 3 ku, Stella yang palsu ataupun tentang kunci Step 5. Mulailah mengalir semuanya dari mulutku tentang apa yang kualami dan apa yang harus aku lakukan. Aku menceritakannya tanpa berhenti berjalan dan mereka yang Step 3 nya telah selesai hanya mengikutiku tanpa mereka tahu apa yang akan kulakukan. Maksudku sebelum aku menceritakan semuanya pada mereka.

Aku sendiri tidak tahu apa yang kulakukan.

Aku menghela napas saat sampai dibagian akhir, "Dan Lily memintaku untuk ke ujung arena tanpa menjelaskan lebih lanjut apa yang harus aku lakukan disana," ungkapku dengan nada lelah.

Mereka bertiga sontak berhenti melangkah membuatku ikut berhenti dan menatap mereka bingung yang kini sedang menatapku tak percaya.

Apa? Apa yang salah?

"Kau memegang kunci Step 5?" tanya Alice membuatku tanpa sadar menelan saliva. Apa dia akan marah karena aku membuat yang lain menunggu? Walaupun nada bertanya Alice seperti biasa saja tanpa nada protes atau intimidasi sedikitpun tapi entah kenapa membuatku sedikit ngeri.

Aku berdeham sebagai jawaban lalu lanjut berjalan mendahului mereka bertiga yang hening sejenak lalu dapat kurasakan mereka mulai berjalan kembali dari suara langkah kaki mereka.

"Step 3 mu terlalu berat Vale," sahut Jean sambil melirik kearah Smartwatch ku yang layarnya masih berwarna merah tidak seperti punya mereka.

"Yah, mau bagaimana lagi?" bahuku melemas pasrah.

"Tidak apa. Kami akan bantu," ucap Alice menepuk bahuku sementara aku hanya memasang senyum tipis.

"Ya, lagipula kami keliling daritadi juga untuk mencaritahu tentang Step 5. Ternyata kau tahu." Dave mengeluarkan suara.

"Katanya kubah yang menutupi arena itu medan magnet yah?" tanya Jean terdengar ragu-ragu.

"Mungkin. Lily juga bilang begitu padaku," jawabku sambil mengangkat bahu.

"Aku rasa akan ada teka-teki yang harus dipecahkan disana," ujar Dave.

"Nah! Kebetulan sekali ada Alice disini!" ucapku senang sambil merangkul bahunya. Alice hanya melirikku datar lalu menggeleng pelan sementara aku hanya memasang cengiran.

"Bukannya dia bagian self-defense?" Dave mengerutkan dahi bingung.

"Alice juga bisa Riddle," jawab Jean sambil tersenyum. Entah efek cahaya remang-remang atau apa, aku bisa melihat Dave tampak terpaku menatap Jean yang tidak menyadari hal itu.

Aku dan Alice kompak saling melirik.

*

Semua orang yang ada diruang kontrol tercengang saat menyaksikan Vale, si gadis ceroboh itu bisa menghabisi Humanoid Stella dengan tangan kosong. Anna yang ada disana langsung menghela napas dan menjatuhkan diri pada kursinya lalu berdecih.

Little AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang