"Alpha ... A-10?"
"Tapi ... apa maksudnya mengirim pesan seperti ini?" tanya Stella cemas. Ia menggigiti kuku ibu jarinya, entah ketakutan atau khawatir. Padahal biasanya ia terlihat santai dan jarang memperlihatkan ekspresi seperti itu ketika sibuk menjalani aktivitas khususnya (memburu hantu) bersama sang partner--Zi. Namun tak ayal memang, apa yang sang Kapten Alpha tampilkan di layar membuat mereka merinding sekaligus kebingungan.
"Jangan-jangan dia lupa cara mengetik di keyboard," gumam Zi aneh. Namun ia segera mengenyahkan pikiran tersebut saat membaca bagian bawah pesan.
NJN. Dh Notqq Vgdqz, Rvdo Ktw Czgk Kgzvnz.
Initial of Alpha A-10.
"Ini pesan sandi. Jika dipecahkan kita bisa mendapat pesan yang sesungguhnya," jelas Light lalu bersedekap menatap layar dengan kepala yang sedikit dimiringkan. Beberapa murid langsung ber-oh ria seolah baru mengingat sesuatu sambil menjentikkan jari.
"Oh! Tipe sandi caesar ya? Berarti mudah saja memecahkan sandi ini!" seorang murid terlalu cepat dan bersemangat. "Kita semua tanpa perlu diajari juga pasti sudah langsung mengerti cara memecahkan dan membuatnya."
"Ini juga sudah jelas dari Alpha A-10," kata Zi menatap layar lamat-lamat dan bersedekap di tembok. Tampak rambut kemerahannya yang masih sedikit basah, baru selesai mandi langsung buru-buru mendatangi gedung belakang begitu membaca broadcast dari Light. Di kepalanya bahkan masih dilindungi oleh handuk putih berukuran sedang.
"Benarkah? Bagaimana jika sebenarnya ini hanya akal-akalan Black Eagle setelah memaksa Vale untuk buka mulut soal apapun tentang akademi?" tanya Kanzaki skeptis sambil melirik Zi dengan sebelah alis yang terangkat. Kendati terdengar menurunkan harapan kebanyakan murid di sana, namun tidak ada yang menyangkal opini Kanzaki yang memang kemungkinannya besar.
"Yah, apalagi kita sudah melihat secara langsung bagaimana kepalanya ditempel bom," timpal Hans membuat yang lain setuju dalam diam.
"Tapi kau yakin stiker bomnya memang asli?" tanya Alice. Ia bertanya tanpa menatap ataupun melirik Hans, matanya masih terpaku pada layar monitor lebar di salah satu ruangan gedung belakang yang dipinjamkan oleh pihak bersangkutan setelah Rane meminta izin. Walaupun pengirim broadcast tak lain adalah Light sendiri, namun pertemuan malam ini adalah akar dari Rane.
"Dilihat dari hologram dan kode produksi yang kudapat dari hasil rekaman cadangan, bomnya memang asli. Itu stiker bom produksi Rusia yang baru diluncurkan tahun lalu," timpal salah seorang murid IT.
"Bagaimana cara mereka mendapatkan bom produksi luar?" tanya Zi bingung. "Bukankah mereka seharusnya bersifat rahasia dan tertutup?"
"Menyabotase paket dan mencuri virus dari Lab Rahasia Negara saja bukan masalah besar bagi mereka," balas Hans sedikit
malas mengingat proyeknya bersama Cloudy harus dibongkar ulang setelah susah payah dibuat dan direncanakan. Cloudy ... Sayangnya gadis itu kini harus menjadi salah satu murid yang terbaring kaku di balik kapsul pembeku sampai Antivirus benar-benar diproduksi.Terjadi hening sejenak, semuanya larut dalam pikiran masing-masing.
"Bukankah ada teknologi silikon yang biasanya digunakan untuk menyamar ketika misi?" tanya Alex. Orang-orang yang tadinya melamun langsung menatap ke arahnya, tidak butuh waktu lama tentunya untuk mengerti maksud lelaki itu.
"Maksudmu ... Vale bisa saja ditiru?" tanya Smith kurang yakin.
"Itu benar!" sahut sebuah suara tiba-tiba yang berasal dari ambang pintu. Murid-murid yang bukan dari tim Alpha dan Beta kontan saling melirik bingung sekaligus aneh menatap siluet seseorang di sana. Hanya bayang-bayang gelap akibat ruangan yang digunakan memang lampunya sedang rusak dan hanya cahaya temaram dari layar di depan sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Agent
Science FictionBerawal dari ayahku yang memasukkan ku ke sekolah khusus yang mengajarkan murid nya untuk menjadi seorang agent. Mendapatkan misi pertamaku yang tergolong ringan. Sampai suatu saat krisis melanda karena sebuah organisasi gelap melancarkan aksi Biot...