Family Time *41

20.8K 2.3K 146
                                        

Senyumku terpatri sempurna. Sangat yakin baru saja mendengar nada gembira ayah ketika aku memberitahunya akan pulang dan merayakan natal bersama. Melalui Mr. Vector, ia mengaku telah mengetahui tentang pembubaran itu. Ayah bahkan tahu jika aku sempat dibawa dan membocorkan informasi yang kusimpan agar Fire Wings tidak dibubarkan.

"Ayah yakin, ibumu juga akan bangga jika mendengar hal ini. Kau sempat diberi kepercayaan yang besar. Tidak masalah soal gagal, itu jelas bukan salahmu."

Jujur saja, aku tidak pernah mendengar ayah seterang-terangan ini dalam menyampaikan rasa bangganya padaku. Kadang ayah terlalu kaku dan tegas padaku hingga aku lebih dekat dengan ibu. Peganganku pada ponsel mengerat sambil menahan senyum sebelum dianggap tidak waras oleh murid lain yang lewat.

"Iya." Aku berdeham cukup kencang. "Aku juga akan pulang sebentar siang karena markas hari ini dibuka." Ujung kakiku bergerak-gerak ke kiri-kanan, badanku bersandar pada kusen pintu kamar, sementara tangan kiriku berada di belakang tubuhku. Claire sedang tidak ada di kamar, ia mungkin sedang latihan? Aku tidak tahu.

Omong-omong ini sudah hari kedua. Satu hari lagi, dan kami semua tamat, sampai jumpa Fire Wings.

"Sebentar siang? Oh, tentu. Kebetulan ada sesuatu yang ingin ayah tanyakan."

"Kenapa tidak sekarang saja?" Mataku mengerjap bingung. Ayah tidak pernah mengulur waktu hanya untuk menanyakan sesuatu padaku. Yah, itu karena semua pertanyaan ayah memang sepele. Tidak memerlukan keadaan sepi dan serius untuk menanyakannya.

"Tidak. Ayah ingin menanyakannya secara langsung. Omong-omong ayah sudah membersihkan kamarmu kemarin, jadi kau tidak perlu beres-beres ketika pulang."

Demi apa? Membersihkan kamarku?! Betapa sebuah keajaiban dunia!

"Eh? Benarkah?!--maksudku, astaga... seharusnya ayah tidak perlu repot-repot. Lagipula ada robot bersih-bersih di rumah," balasku nyaris kelepasan. 

"Ayah tidak tahu cara menggunakan benda itu. Sepertinya sudah rusak." Nada suara ayah terdengar masam dan sedikit malas.

Rusak? Memang rusak karena waktu atau jangan-jangan rusak karena ayah tidak tahu cara pakainya? Wah, aku benar-benar harus pulang.

Aku menghela napas panjang. "Robot bersih-bersih itu cukup mahal. Lain kali biar aku saja yang pakai, sebentar lagi juga aku sudah tinggal di rumah."

"Ya, baiklah. Ayah akan membuat hidangan makan siang untuk kita. Xander dan yang lain juga bilang akan kemari beberapa menit lagi."

Bagus! Akan ramai pastinya. Tunggu. Ayah bilang hidangan?

"Uhh... Aku akan membawakan makanan penutupnya dari toko kue langganan ibu yang dulu." Demi menutupi rasa di lidah jika sewaktu-waktu masakan Ayah terlalu banyak garam lagi.

"Ide bagus. Baiklah, kau siap-siap sana. Ayah masih sibuk memas--"

"Ayah sudah tahu cara menyalakan kompor?" karena itu tidak sama dengan mencabut pin granat.

"Apa maksudmu?" Ayah terdengar tersinggung membuatku panik. Bukan begitu maksud--"Tentu saja tidak."

"Ayah meminta tetangga sebelah untuk melakukannya."

Aku benar-benar harus pulang. Tidak ada percakapan yang begitu penting selanjutnya, hingga akhirnya aku menutup telepon dan berbalik ke kamar.

"WOAH!"

Pekikan kecil itu tidak bisa dibilang kecil lagi ketika menarik perhatian sebagian orang yang lewat. Punggungku menabrak pintu secara spontan. Sisi baiknya, aku tidak langsung jatuh dalam keadaan terduduk.

Little AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang