Kami semua di bawa ke 'lapangan' yang dimaksud, benar benar lebih mirip arena pelatihan yang tertutup, aku kira akan di tes di ruang terbuka. Ada senjata api dan sasaran beberapa meter di depan nya, komputer yang terjejer rapi, itu cocok dengan Violette. Lab, untuk mereka yang ahli di bidang sains. Arena beladiri, untuk yang ahli di beladiri tentu saja. Sesuatu yang berhubungan dengan bongkar pasang alat alat teknologi canggih, ah... aku tidak tahu apa itu mungkin untuk yang ahli dibidang IT? Dan.. .oh! Ada semacam TKP buatan. Entahlah, tampak mencolok sendiri di antara yang lain. Mungkin itu untuk mereka yang ahli dengan riddle.
Aku sempat mendesah kecewa, seharusnya aku tau disini menggunakan senjata bidikan canggih, bukannya busur. Tidak ada panahan disini, lalu aku harus memilih apa?! Aku baru beberapa kali menggunakan handgun, well... walaupun aku pernah beruntung karena menembak dengan akurat, percayalah itu hanya keberuntungan saja. Keberuntungan yang membuat ayah ku bangga, Aku tidak yakin bisa seberuntung itu lagi saat ini.
Kami semua duduk di ruang tunggu, menunggu untuk di panggil. Astaga, aku benar benar gugup. Aku bahkan bisa merasakan getaran samar-samar dan keringat pada tanganku.
Bagaimana bisa aku membidik kalau begini? Entah bagaimana Violette bisa nampak sangat santai, di sampingku.Ah, tentu saja. Dia memang ahli dalam bidangnya sendiri.
"Kau tahu, di arena tes tidak ada yang menggunakan busur. Kau yakin akan menggunakan handgun?" tanya Violette prihatin dengan keadaanku. Matanya tampak menatapku dari atas sampai bawah. Sedikit banyak, aku bisa merasakan siratan khawatirnya.
"Habisnya aku tidak bisa yang lain lagi, beladiri aku sempat mempelajarinya. Tapi aku tidak pernah duel, hanya mempelajari dasar saja," jawabku lesu lalu menghela napas. Aku punya pengalaman buruk dengan Hacking, tidak ahli di bidang sains, apalagi mesin-mesin canggih entah apa namanya itu, oh aku baru ingat! Telematic mungkin? Lalu... Riddle? Jangan ditanya, tidak mungkin.
Violette memberiku semangat yang sejujurnya tidak bisa mengurangi kegugupanku sama sekali, walau begitu aku tetap membalasnya dengan senyuman kecil untuk menutupi keadaanku yang menyedihkan. Satu per satu murid mulai di panggil ke arena tes, sampai akhirnya Violette dipanggil duluan yang membuat ku semakin khawatir. Kini tersisa aku dan beberapa murid di ruang tunggu. Seorang gadis berambut panjang cokelat yang diikat tinggi menghampiriku, dia juga anak baru yang akan di tes.
"Hei," Sapanya sambil menatapku.
"Oh... Hai." aku merasa agak canggung. "Valerie Alexandra Livian. Vale," ucapku padanya walau aku merasa agak aneh saat mengucapkannya. Ugh... Kenapa namaku panjang sekali?
"Alice Zaviera," balasnya sambil mengambil tempat di sebelahku, tempat duduk Violette sebelumnya.
Tadinya aku sempat sedikit terkejut saat ia menyapaku, saat menunggu daritadi dia cenderung datar dan dingin. Entahlah, auranya seperti itu. Aku selalu ragu untuk berhubungan dengan tipe orang seperti ini karena aku sendiri bukan orang yang asik dan pandai mencairkan suasana.
"Kau akan mengambil tes apa?" tanyanya sambil menatap lurus dan datar pada pintu ruangan arena.
"Sepertinya senjata api?" jawabku penuh keraguan. Apa tidak apa-apa aku memilih tes senjata api?!
"Sepertinya?"
"Yah... aku sebenarnya lebih mendingan dalam memanah walau hasilnya biasa saja. tapi tidak ada panah di arena tes. Jadi aku akan menggunakan senjata api saja, setidaknya masih berhubungan dengan soal membidik." aku menghela napas kasar dan balik bertanya, "bagaimana denganmu?"
"Beladiri. Walau tadinya aku berpikir untuk mengambil teka-teki," jawabnya dengan nada datar.
"Valerie Alexandra Livian dipersilahkan masuk ke arena tes."
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Agent
Science FictionBerawal dari ayahku yang memasukkan ku ke sekolah khusus yang mengajarkan murid nya untuk menjadi seorang agent. Mendapatkan misi pertamaku yang tergolong ringan. Sampai suatu saat krisis melanda karena sebuah organisasi gelap melancarkan aksi Biot...