"Aku murid."
Selama beberapa detik, tidak ada jawaban. Hanya suara putus-putus dan ketukan kecil yang berasal dari loud speaker di atas tiang.
"Kelas dan namamu?"
Aku sedikit bingung bagaimana harus menjawabnya karena seharusnya hari ini adalah kenaikan kelas bagi anak kelas satu.
"A-1B. Valerie Alexandra Livian."
Walau begitu, aku tetap menyebutkan jawaban yang pasti. Mendengar suara-suara tidak jelas itu kembali, membuatku berpikir bahwa jaringan juga ikut rusak, speaker-nya tidak pernah bermasalah seperti itu sebelumnya.
"Diterima. Silahkan menuju ke bangunan belakang asrama."
Bangunan? Reruntuhan semua.
"Ya, terimakasih," balasku lalu berjalan menuju bagian belakang asrama dengan diselimuti rasa takut.
Ini benar-benar Distopia astaga. Aku menelan ludahku kasar melihat sekelilingku yang hancur dan beberapa bagian terbakar kecil, ditambah lagi hanya ada aku di tanah luas ini membuat tempat ini sunyi dan seram. Langit seolah ikut bekerja sama untuk menciptakan suasana kiamat saat ini.
Padahal saat aku berangkat tadi, langit lumayan cerah dan begitu sampai, hanya langit kelabu dengan suara amarahnya yang sesekali terdengar bersama kilatan petir.
Tidak tahan melihat itu semua, aku memilih untuk berlari cepat sambil menunduk agar tidak melihat pemandangan itu. Rambutku yang aku ikat, berkibar bersama baju dan rok yang kukenakan. Ransel yang ku gendong bergerak-gerak sesuai pijakan kakiku pada tanah.
Cuaca sedikit tidak bersahabat. Terbukti dari angin yang mulai berhembus kencang dan menerbangkan beberapa puing kecil dari bangunan asrama di depan sana. Aku sedikit memicingkan mata agar tidak terkena debu.
Begitu sampai sekitar beberapa meter di depan bangunan asrama yang sudah tidak utuh itu, aku berhenti berlari dan terdiam menatap nanar lurus ke asrama. Seharusnya, tepat di depanku adalah jalan masuk menuju asrama di kiri kanan. Dan di depanku seharusnya jalan masuk menuju taman belakang asrama.
Aku memilih untuk mengambil jalan memutar daripada harus melewati puing-puing reruntuhan itu. Lewat kanan, aku berputar ke belakang menuju taman asrama sambil berlari kembali.
Kuperlambat lariku begitu sudah masuk ke taman belakang sambil melihat sekitarku dengan bingung.
"Lalu apa?" gumamku pada diriku sendiri. Satu hal yang mengagumkan sekaligus mencurigakan adalah... Air mancur di sana masih terlihat cukup baik dan hanya rusak sedikit. Aku bukan berharap air mancur dengan alas persegi itu ikut hancur, hanya saja aneh.
Hampir saja aku tersandung ke belakang karena terlonjak mendengar suara desing yang pelan. Kepalaku menoleh ke segalal arah dengan bingung sampai akhirnya mataku menatap datar ke satu arah.
Ternyata memang mencurigakan.
Kalau begitu sih, musuh bisa mengetahui ada sesuatu di sana.
Alas persegi air mancur itu tampak terangkat dengan penyangga besi sekitar beberapa centi kemudian bergeser ke kanan menciptakan lubang kotak pada tanah. Tak berhenti sampai di sana kejutannya, tiba-tiba suara gema dentuman bersamaan dengan cahaya putih yang berasal dari sana.
Aku segera mendekati lubang itu dan mengintip ke bagian bawahnya.
Ada tangga.
Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung meloncat turun ke anak tangga paling atas. Dinding di kiri kananku tampak memancarkan cahaya putih yang tidak terlalu terang dan sangat menenangkan. Di bawah sana, tangga menurun entah membawaku pada apa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Little Agent
Khoa học viễn tưởngBerawal dari ayahku yang memasukkan ku ke sekolah khusus yang mengajarkan murid nya untuk menjadi seorang agent. Mendapatkan misi pertamaku yang tergolong ringan. Sampai suatu saat krisis melanda karena sebuah organisasi gelap melancarkan aksi Biot...