Waiting for Response *48

17.9K 2.1K 119
                                    

Bukan rahasia lagi jika Rane yang sudah pendiam itu semakin pendiam sejak di helikopter sampai ketika mereka diturunkan di pangkalan militer dan digiring ke asrama. Menjadi orang yang telah diputuskan untuk memerankan si 'Yang Terpilih' dan gagal sebelum bermain karena ini semua, tentu membuat teman-temannya diam-diam penasaran akan reaksinya. Rane mengurung diri di salah satu kamar pangkalan militer di saat yang lain memilih untuk berkumpul dan berdoa. Bukan hanya Rane saja yang melakukan itu, beberapa murid juga memilih menyendiri sejenak.

Murid-murid Fire Wings yang selamat itu memegang lilin di tangan masing-masing dan berdoa di beranda pangkalan dengan aura yang paling suram yang pernah mereka hasilkan. Mendoakan teman-teman mereka yang terinfeksi, terluka parah, maupun Vale. Claire memegang liontin kalung Vale yang kini ia kenakan sambil memejamkan mata. Ia menggigit bibirnya yang bergetar ingin terisak. Menghela napas sembari menunduk, matanya kembali terbuka, menatap sendu rerumputan yang diinjaknya.

"Kalau sudah begini, lalu apa?" bisik Claire pada Xander tanpa berani menatapnya. Lelaki itu tersenyum kecut di sebelahnya. Matanya masih menatap lautan bunga yang tersusun di depan sana yang diletakkan oleh anggota-anggota pasukan militer dengan perasaan turut berduka.

"Mungkin kita dipulangkan secepatnya. Tidak bisa menyentuh kasus apapun lagi," gumam Xander kecil. Lelaki itu menekan sudut dalam matanya dengan lengan mantelnya kala merasakan air matanya hendak jatuh. Sebagai remaja lelaki yang ceria dan kuat, Xander sudah sangat jarang menangis. Ini pertama kalinya setelah sekian lama sejak ia menangis terakhir kali atas kepergian temannya. Dan malam ini ia kembali melakukannya walau tidak terlalu kentara. Baik karena nyawa teman-temannya yang terancam akibat virus X, maupun sepupu dekatnya--Vale.

Semuanya selesai berdoa. Murid-murid kembali ke dalam bangunan dengan gerakan lesu dan sebagian masih menangis dalam diam sambil menutup matanya dengan lengan baju, sesegukan. Walau sejak awal tahu jika misi mereka memang berbahaya, tapi tak pernah benar-benar menyangka jika akan ada murid Fire Wings yang menjadi korban virus X. Mereka tidak menyangka akan menjadi target empuk para kriminal negara kecuali begitu mengetahui hal yang sebenarnya dari Vale.

Mereka berjalan menuju ruang makan begitu orang-orang di sana meminta mereka untuk makan malam segera. Tidak semuanya menurut, sebagian murid memilih untuk berjalan gelap-gelapan di luar bangunan untuk mencari udara segar dan menenangkan pikiran. Mungkin beberapa juga karena ingin melihat pasukan-pasukan yang tengah berlatih di lapangan malam-malam begini, dalam hati mereka mulai merasa rindu dengan latihan malam ketika akademi masih utuh dulu.

Bersama dengan temannya yang lain, Xander dan Claire berjalan bersama mencari ruang makan dengan jalan yang lambat. "Menurutmu bagaimana respon semua orang tua murid jika tahu ... uhm." Claire tidak berani melanjutkan ucapannya namun Xander yang sebagai lawan bicaranya tentu tahu maksudnya.

"Entahlah. Mungkin akademi akan dituntut atau semacamnya. Tidak bisa ditebak juga." Xander terkekeh kecil mengabaikan bagian bawah matanya yang sedikit sembap. Tiba-tiba seseorang lewat dengan terburu-buru dan tidak sengaja menabrak bahunya di tengah obrolannya bersama Claire.

"Maaf," ucap Rane sambil mengeratkan pegangan pada Holopad-nya yang sedang aktif. Dari arah datangnya, lelaki itu jelas baru saja dari asrama. Xander baru ingat jika Rane tadi tidak terlihat saat doa bersama. Tidak ada tanda-tanda telah menangis, namun raut datar Rane yang sedikit melunak tidak bisa berbohong jika ia turut berduka.

"Hei, bung. Kau tidak mau makan dulu? Mau kemana?" tanya Xander langsung melihat arah pergi Rane yang berlawanan dari ruang makan sesuai petunjuk orang-orang di sana. Claire ikut menatap Rane bingung. Lelaki bersurai cokelat itu melirik samar sekitarnya terlebih dahulu membuat Claire dan Xander jadi ikut melakukan hal yang sama.

Little AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang