Game Message *45

18.4K 2.3K 75
                                        

"Jadi kau punya rencana B atau tidak?

Xander mengusap dagunya ragu. "Entahlah, ini jauh dari dugaanku, kukira mereka akan langsung menyetujuinya. Tapi, jika seandainya kalian nekat untuk menjalaninya tanpa bantuan orang dewasa pun... Aku bisa memberi petunjuk samar."

"Benarkah? Apa?"

"Jejak terakhir Vale waktu itu adalah di depan rumahnya, kita mungkin bisa memindai jejak ban di sana yang mengarah ke suatu tempat yang melenceng dari tempat-tempat yang kemungkinan menjadi tujuan Vale. Maksudku... Vale bisa saja tiba-tiba mengganti titik tujuannya begitu memasuki taksi untuk hal lain. Aku cukup tahu tempat-tempat yang disukai Vale, dan lagipula dia sendiri sangat jarang mendatanginya. Karena itu, jika jejaknya mengarah ke tempat yang asing dan mencurigakan, hanya itulah yang patut kita curigai."

"Ide yang bagus. Tahu kekurangannya apa?" Alice tiba-tiba menyahut membuat semua kepala menoleh padanya.

"Jejak ban tidak hanya dari kapsul taksi yang Vale naiki saja?" tebak Light cepat sebelum yang lain sempat membalas Alice.

"Hm, itu salah satunya. Kedua; salju kemungkinan sudah menutupi dan menghapus jejak bannya. Ketiga: kalaupun kita bisa menemukan jejaknya, kemungkinan telah terputus di tengah-tengah akibat jejak lain atau terhapus. Keempat: waktu kita sangat sedikit sementara kita butuh banyak persiapan. Kelima: jika suatu kapsul taksi berkendara dalam kecepatan tinggi, sulit untuk mendapatkan jejaknya. Intinya, masalah jejaknya dan waktu."

Sebagian orang meringis dalam hati atas ketajaman dan ketepatan berpikir Alice walau Xander baru berbicara sekali.

Seharusnya kau jadi wakilku saja, gerutu Light dalam hati memikirkan jika Alice memanglah dibutuhkan untuk saat-saat seperti ini.

"Alice, kau merebut pekerjaan para detektif," bisik Stella setengah cemberut. Tentu saja, apalagi posisi resmi Stella adalah detective. Wajar jika gadis itu tiba-tiba merasa bodoh dan agak tersinggung walau Alice sama sekali tidak berniat apapun.

"Oh, kecepatan berpikir yang baik. Jadi, apa kau punya saran untuk itu semua, Nona Zaviera?" tanya Light. Xander sendiri juga merasa kagum pada balasan Alice tadi. Alice diam sejenak hanya untuk melemparkan tatapan datar ke arah Light yang bertanya dengan nada yang... Sulit menjelaskannya, yang jelas gadis itu tidak menyukai nada bertanya Light.

"Tidak," balas Alice terus terang membuat yang lain mendesah pelan karena sempat berharap Alice yang tanggap mungkin bisa menyampaikan sebuah rencana cemerlang. 

"Jaringan komunikasi terakhir Vale mungkin bisa memberitahu kita. Bukankah kau bilang sempat saling mengirim pesan dengan Vale selama ia dalam perjalanan?" tanya Claire menatap Xander.

"Oh, iya juga," gumam Xander sambil mengeluarkan ponselnya. Kali ini orang-orang yang tadi mengagumi Alice beralih pada Claire. Walau begitu, tidak akan ada yang mengakui buruk atau hebatnya ide Claire barusan.

Ide paling brilian sekalipun jika dipahami dengan baik akan terlihat sederhana. Itulah pola pikir murid-murid Fire Wings yang telah terbiasa diturunkan ke berbagai masalah dan taktik.

"Jaringan komunikasi terakhir ya?" Light mengulangi perkataan Claire dengan tampang berpikir. "Berarti kita harus meretas operator jaringan ponsel yang Vale pakai dan melihat history satelit mereka kemarin." Light melirik Xander yang masih meratapi ponselnya.

"Vale pakai operator apa?" Seolah terikat hubungan batin, Violette menyampaikan pertanyaan Light sebelum lelaki itu sempat bersuara.

"Cybernet," balas Xander apa adanya sampai akhirnya tersadar dan membatin, Hei, tunggu dulu. Memangnya boleh menyebut merk?

Little AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang