"Kau tidak mau mengecek Eve?" Aku menoleh bingung ke arah Violette lalu berpikir sejenak. Eve... Huh?
"Eve itu siapa?" tanyaku. Semuanya langsung menatapku seolah aku baru saja menampar mereka satu per satu menggunakan sepatu. Apa? Ada apa?
"Kau lupa pada anak itu? Yang kau temukan saat investigasi?" tanya Zi tak percaya. Aku tercenung sebentar lalu tertawa hambar. Sepertinya aku memang buruk dalam menyimpan memori yang penting-penting dengan baik. Sisi baiknya aku tidak perlu dibayangi oleh hal-hal yang kuben... Nah, sekarang aku jadi ingat semuanya.
"Oh, dia. Terlalu banyak yang harus aku lakukan, jadi aku melupakannya. Lagipula bukankah dia sudah menjadi urusan para anak IT?" Aku balik bertanya sambil mencomot cemilan di tangan Zi dengan mata yang tetap mengarah pada TV di lobi. Sebenarnya program acaranya sama sekali tidak menarik, namun tetap saja kujadikan peralihan.
Stella berdecak dramatis sambil menggeleng prihatin. "Kau memang kakak yang buruk." Aku melempar lirikan bingung yang singkat.
Kakak? Aku ini anak tunggal. Bahkan Ashley dan Dash sekalipun sama sekali tidak cocok menjadi adikku. Maksudku terkadang kami terlihat tidak jauh berbeda karena si kembar tak jarang terkesan mempunyai mulut dan pikiran yang dewasa. Aku rasa itu karena sikap mereka yang sama-sama sinis (dan terkadang sarkastik). Kau tahu apa yang ia katakan? "Hanya karena kau setahun di atasku bukan berarti kau harus bersikap sok dewasa seolah kau ini 30 tahun lebih tua dariku." dan Ashley mengucapkan itu pada Mia ketika ia menasehatinya.
"Seingatku aku tidak punya adik." Aku tiba-tiba tersedak setelah mengatakannya. Uhk! Sial.
"Nah, sekarang kau kena karma." Aku sontak melotot ke arah Violette sementara ia hanya memasang ekspresi datar sambil menggeleng.
"Eve? Lalu siapa nama gadis yang satunya?" tanya Jean kontan kami semua kompak menatapnya tak mengerti. Jean tergelak dan memasang ekspresi seolah mengatakan ada-apa?
"Kami hanya membawa satu gadis," ucapku yang dibalasi anggukkan oleh Zi dan Stella, mengingat kami satu tim saat investigasi. Jean tertegun. Kami saling beradu ekspresi bingung.
"Lalu siapa gadis yang mengikutimu ketika pulang?"
Eh?! Dia bilang apa? Langsung saja aku tertawa paksa sambil memasang wajah canggung-semi-kesal. "Jean, kau ini bicara apa?"
"Maksudmu ada sesuatu yang mengikuti Vale?" tanya Alice membuatku menjerit keras dalam hati. Alice! Kau blak-blakan sekali!
Jean mengerjap lalu buru-buru menggeleng sambil tersenyum canggung. "Ah, t-tidak. Lupakan saja pertanyaanku tadi." Ia mengibaskan tangannya seolah memberi kode agar kami mencari topik baru saja kali ini.
"Ada yang mengikuti Vale?" Zi melebarkan matanya dengan wajah riang tanpa sebab.
"Hanya Jeannie yang melihatnya?" lanjut Stella dengan ekspresi yang sama. Tiba-tiba saja aku tergoda untuk menyumpal mulut keduanya dengan seluruh makanan ringan di vending machine di pojok sana. Pasti butuh waktu lama untuk mereka mengunyah dan bisa membuat suasana tenang barang sedetik.
"L-lupakan saja, haha." Jean tampak gelagapan dan tidak nyaman. Aku ikut tertawa canggung sambil memasukkan keripik kentang lainnya ke mulut. Bagaimana bisa aku lupa jika itu ada sangkut pautnya denganku?
Stella dan Zi saling melirik. Semuanya pasti bisa melihat kilatan jahil di mata mereka dan seringai kecil yang tersungging di sana. Aku sedikit memicing ke arah mereka sambil mengunyah dengan pelan dan lambat. Sungguh mencurigakan. Kulirik raut wajah Violette, Alice, dan Cloudy yang hanya diam sambil mengernyit. Air muka Jean yang paling kentara sedang gugup.

KAMU SEDANG MEMBACA
Little Agent
Ciencia FicciónBerawal dari ayahku yang memasukkan ku ke sekolah khusus yang mengajarkan murid nya untuk menjadi seorang agent. Mendapatkan misi pertamaku yang tergolong ringan. Sampai suatu saat krisis melanda karena sebuah organisasi gelap melancarkan aksi Biot...