Run *32

23.7K 2.7K 110
                                    

"Ini buruk. Bukannya menemukan jejak, tim kami malah mendapatkan sesuatu yang tidak beres dan sama sekali tidak berhubungan dengan penyelidikan ini," jelasku sambil mengaduk-aduk yoghurt tanpa berniat memakannya. Walaupun seharusnya jam makan siang sudah lewat 15 menit yang lalu, masih saja banyak murid yang memilih duduk dan berbincang di ruang makan.

"Kita bahkan tidak tahu siapa pemilik Terminator kadal itu," sahut Zi sambil bersedekap malas. Beberapa kakak kelas tim pemantau semalam sengaja menggeser bangku mereka ke meja ini untuk mendengar curahan hati kami yang masih kecewa karena penyelidikan semalam tidak membuahkan hasil yang berarti. Kalau semalam saja sudah begitu, maka penyelidikan sebentar malam juga akan sulit bagi tim ketiga karena tidak memiliki petunjuk apapun.

"Bukankah kalian memecah menjadi tiga tadi malam?" tanya seorang lelaki yang kutebak merupakan tim pemantau tim kedua semalam.

"Ya, memang. Ajaib sekali ketika jejak ban mereka putus begitu saja tanpa meninggalkan serpihan apapun di sekitar sana," jawab Stella sambil memperlihatkan video hasil rekamannya semalam bersama Alex yang bersamanya. Semua orang tiba-tiba mendekat untuk melihat rekaman Stella yang serba night vision. Aku tahu karena hampir semua video Stella direkam saat malam hari, kau pasti tahu tujuannya.

"Ini janggal sekali. Tidak meninggalkan bekas apapun," komentar salah satu kakak kelas perempuan. Kalau aku tidak salah ingat, dia yang paling terkenal di akademi karena nyaris ahli di semua bidang dan skill-nya tidak main-main. Dia merupakan bagian dari tim Alpha. Aku benar-benar percaya dengan gosip itu ketika melihatnya beraksi di ruang latihan setiap malam. 

"Bagaimana denganmu dan Kanzaki?" tanya Alice pada Zi.

"Entahlah, kami berdua tidak tahu itu memang jejak mereka atau hanya sampah biasa. Tapi kami menemukan magazine dan tiga selongsong peluru. Sudah kami serahkan ke lab untuk diteliti lebih lanjut." Zi menautkan kedua tangannya di atas meja. Sebenarnya jarang sekali jika harus melihat Zi dalam mode serius, di saat serius pun dia masih bisa bercanda. Kalau dia serius begitu, aku baru bisa percaya jika dia senior walau kami seumuran.

"Bagaimana dengan Valerie dan kapten?" tanya Stella membuatku tersentak kecil. Semua orang yang berkumpul di meja langsung menatapku, sementara aku berpura-pura memakan yoghurt-ku untuk menutupi salah tingkahku.

"Yaah... seperti yang kalian tahu. Kami menemukan anak itu," jawabku. "Dia tiba-tiba non-aktif ketika baru akan menjawab pertanyaanku." Aku berdengus kecil mengingat ia baik-baik saja ketika didekati Rane, dan juga ketika memelukku.

"Apa hacker tidak melihat data hasil rekaman CCTV Central Park di hari sebelumnya? Siapa tahu saja kita bisa tahu bagaimana dia muncul." Aku menatap para tim pemantau semalam dengan penuh harap.

"Sudah. Sayangnya CCTV di hari sebelumnya tidak merekam apapun alias non-aktif," jawab Violette membuat dahiku mengerut.

"Mungkin ada yang meretasnya tepat sebelum anak itu tiba-tiba muncul." Jean beropini dengan ragu.

"Kami juga sempat berpikir begitu. Mungkin saja si peretas berhubungan dengan... Siapa namanya? Eve ya?" Salah seorang kakak kelas bertanya. Aku hanya mengangguk mengiyakan. Semuanya sempat terdiam dan dering ponselku membuat kami tersentak.

Aku buru-buru mengeceknya. "Ah, aku permisi dulu ya." Aku menggunakan mantelku dengan cepat. Mereka menatapku datar.

"Kau mau ke mana?" tanya Jean cemas. Aku tahu, semua orang pasti tiba-tiba memikirkan saat penyeranganku oleh Black Eagle.

"Keluar, markas hari ini dibuka," jawabku seadanya.

"Light bilang tidak boleh keluar sendirian," ingat Violette dengan wajah polos.

Little AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang