Part 4

4.5K 174 1
                                        

Lalu lalang pengunjung terlihat memenuhi sebuah pusat perbelanjaan terpopuler di kota itu. Tak jelas kemana arah para manusia itu akan pergi. Mereka berjalan random kemanapun langkah kaki mereka membawanya.

Banyak kios para penjual ramai disinggahi oleh pengunjung yang memang berniat untuk membeli atau hanya sekedar melihat-lihat.

Suasana tak berubah setelah beberapa jam berlalu. Meskipun hari itu telah malam, namun di dalam sana waktu seakan berhenti. Tak tampak perubahan siang menjadi malam ataupun sebaliknya. Benar-benar surga bagi para pecinta belanja.

Gemerlap barang mewah dan mahal sama sekali tak menyilaukan mata seorang perempuan yang sedang berjalan santai diantara para pengunjung yang berlalu lalang. Tatapannya sesekali memandang jam di tangannya yang telah menunjukan pukul 10 malam, dan kembali beralih melihat layar handphone yang berada dalam genggaman kedua tangannya.

[WhatsApp]
"Lu mau yang merah apa pink? Kalau aku sih pilih yang pink. Jadi lu yg merah aja ya.."

"Ih, dasar..! kalau sudah mau ambil yg itu, ngapain aku suruh milih! Dasar nenek lampir!" Gerutunya lirih.

Langkah kakiknya berjalan santai diantara keramaian. Seakan kakinya dapat melihat harus berjalan kearah mana. Sedangkan mata dan jemarinya asik berbalas pesan singkat sedari tadi.

"Via..!!" 

Perempuan berambut kecoklatan itu segera menengok kearah sumber suara saat ada seseorang yang memanggilnya. Seorang pria berdiri dengan satu tangannya yang masih terangkat setelah memanggil dari kejauhan.

Via yang menyadari siapa yang memanggilnya, berdiri diam sambil tatapan matanya seakan bertanya "ada apa?"

Pria itu tak menjawab dan hanya berjalan mendekat.

"ID Card kamu ketinggalan di loker. Kalau hilang bisa bahaya."

"Ooh.. haduh kok bisa kelupaan ya..? Makasih ya Andre, sudah dianter kesini, sebenarnya kamu kasih besok aja jg gpp kok, gk usah lari-larian gitu." ucap via dengan sedikit tertawa.

"Ah gpp, dari pada kamu nanti nyari waktu sudah sampai rumah."

"Mm.. yaudah, makasih yah.."

"Oh iya, kamu setelah ini mau kemana?" Tanya Andre.

"Sepertinya mau langsung pulang aja.. kenapa?"

"Oh gitu, mau cari makan dulu gak? Aku lagi lapar nih, butuh temen makan. yuk?"

"Haduh maaf, sepertinya blm bisa sekarang. Aku harus segera pulang, kalau gk orang tuaku bisa berubah jadi macan setelah aku sampai rumah. Lain kali aja ya? Maaf, aku duluan. Bye.. see u besok.."

Via segera meninggalkan pria itu dengan tatapan yang sedikit kecewa namun masih bertahan dengan senyuman demi menyembunyikannya.

Malam itu cuaca cukup dingin. Angin berhembus sepoy di jalanan kota yang cukup padat. Lalu lalang kendaraan berkali-kali membuat yang menghitungnya harus mengulangnya lagi karena terlewat.

Via sedang berdiri di sebuah halte dengan beberapa orang lain. Berisiknya suasana sekitar terasa redam seketika saat ia tancapkan sepasang headset kedalam lubang telinganya. Seketika terciptalah dunia Via sendiri sesuai dengan suasana hatinya saat itu.

Hentakan ujung kakinya mengiringi alunan musik di telinganya. Kedua matanya sibuk mencari tanda-tanda ojek online langganannya yang akan mengantarnya kembali ke rumah. Kedua tangannya sedikit kerepotan membetulkan jaketnya yang diterpa angin sehingga menyibakan pakaian kerjanya yang bertuliskan XXI Cineplex itu.

Sepanjang perjalanan pulang, ia habiskan untuk memandang jalanan yang masih belum sepi itu. Dipandangnya gemerlap cahaya lampu kendaraan dan gedung-gedung tinggi yang berjajar disepanjang perjalanan. Beberapa kali ia mengecek handphone yang masih setia di genggamannya. Hanya ada pesan singkat dari orang tuanya yang menanyakan keberadaannya sekarang. Dialihkan kembali pandangannya kejalan. Raut lelah tampak jelas di wajah cantik wanita berusia 25 tahun itu. 

Perjalanan pulangnya dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri sebuah jalanan kompleks perumahan kelas menengah dan mewah yang terletak di pinggiran kota. Tak ada orang lain yang terlihat. Hanya ia berjalan sendiri diselimuti kabut tipis dan beberapa mobil yang terparkir di depan rumah pemiliknya. 

Langkahnya terhenti sejenak. Dipandangnya sebuah gerbang dengan Papan nama acrylic besar bertuliskan Premium Palace, sebuah kompleks perumahan yang terkenal memiliki harga selangit. Kemudian pandanganya beralih kedalam kompleks perumahan mewah itu dan terlihat jajaran rumah besar nan indah saling beradu kecantikan dengan hiasan berbagai jenis lampu outdoor. Dihembuskannya nafas berat sebelum kembali melanjutkan perjalanannya. 

Arahnya berbelok kesebuah pintu gerbang besi bercat biru yang menempel pada dinding tinggi tebal dan kokoh serta memanjang. Di dorongnya sedikit gerbang yang cukup berat itu dengan bersusah payah hingga terdapat celah yang cukup untuk tubuhnya masuk kedalam. 

"Eh.. Selamat malam neng Via, kirain siapa neng.. malam-malam masuk dari pintu belakang.. baru pulang neng?" Sapa seorang petugas keamanan yang memang sedang berjaga di gerbang tersebut. 

Via tak menjawab dan hanya tersenyum.

"Kenapa gak lewat gerbang depan aja neng? dari pada dorong-dorong gerbang yang berat ini. Nanti tangannya lecet lho.." Tanya petugas keamanan itu lagi. 

"Gapapa pak. Lagian rumah saya lebih dekat kalau lewat sini. Saya Permisi dulu ya pak.." Jawab Via sambil berlalu meninggalkan petugas keamanan itu. 

Via pun kembali melanjutkan perjalanan melewati jajaran rumah mewah di kanan dan kirinya. Masih tetap tak ada siapapun yang ia lihat. hanya kucing dan sesekali hewan pengerat berlari melintasi jalanan paving yang tertata rapi dan indah hingga di ujung jalan. 

***

--------------------------------

Halo.. Terimakasih masih setia membaca.. Selamat menikmati..

Kriti dan sarannya jangan lupa ya.. 

Dear Boss's DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang