Part 13

2.5K 140 3
                                    

Guyuran air hangat dari shower meluncur mulus di tubuh Adit yang keringatnya telah kering dan sedikit lengket. Dihembuskannya nafas kearah kaca yang telah buram terkena kepulan asap air hangat. Dilihatnya pantulan samar wajahnya di kaca yang berembun tepat di depannya. Adit memejamkan mata sejenak untuk merasakan betapa nyamannya guyuran air hangat di akhir harinya yang melelahkan.

Dalam gelap mata yang terpejam, Adit teringat keluarganya yang ada di kampung halamannya. Ia teringat kembali ucapan Bibi Maya yang menyuruhnya untuk pulang kampung bila ada waktu. Namun saat ini ia benar-benar sangat sibuk dengan pekerjaannya. Meskipun rasa rindu bertemu dengan kedua orang tua dan adik perempuannya juga cukup menyiksanya.

Ia mengingat-ingat kembali jadwal pekerjaannya. Terlihat cukup padat dan tak ada celah untuk mengambil cuti barang dua atau tiga hari. Apalagi sebentar lagi akan ada peresmian pembukaan cabang hotel baru dari hasil akuisisi yang telah resmi menjadi milik grup hotel tempatnya bekerja.

Mata terpejamnya semakin erat saat ia menyadari tak akan bisa pulang kampung dalam waktu dekat ini.

Dengan telanjang dada dan handuk yang menggantung di leher, Adit berjalan menuju dapur setelah selesai membersihkan badan. Celana pendek dan kaki tanpa sendal membuatnya semakin nyaman setelah seharian penuh terbalut pakaian formal.

Diseduhnya Pop Mie untuk mengganjal perut sebelum ia tidur. Terlalu malas rasanya jika harus memasak di jam lewat tengah malam seperti ini.

Suasana redup ruangan menemaninya menikmati mie instant hingga tak terasa waktu sudah hampir menunjukan pukul 1 dini hari. Mata yang mulai berat memaksanya untuk segera beristirahat mengingat esok akan menjadi hari yang sama melelahkannya seperti hari ini.

Mata yang berat tak kunjung mau menutup saat ia sudah rileks diatas ranjang nyaman terbalut selimut abu-abu. Diambilnya sebuah map coklat yang berada di laci meja samping ranjangnya. Tertulis sebuah biodata perempuan yang menjadi pilihan bibinya untuk ia pertimbangkan. Entah kenapa bibinya membuat itu seakan-akan sebuah perjodohan yang sangat formal. Sungguh membuat Adit sedikit risih melihatnya.

Dalam hatinya ia merasa harus mencoba terlebih dahulu. Karena ia tau perjuangan bibinya untuk menemukan pasangan hidup bagi dirinya tidak lah mudah dan pasti bibinya telah mempertimbangkan siapa yang pantas untuk bersanding dengannya.

Lelah berfikir lebih jauh, Adit segera meletakan kembali map itu di laci dan membiarkan situasi esok yang akan menentukan keputusannya.

Malam semakin dingin dan berkabut. Adit telah terlelap dalam tidurnya dan menanti seperti apakah cerita yang akan ia temui esok pagi.

***

"Bila bapak dan ibu memilih paket ini, bapak dan ibu akan mendapat gratis menginap satu hari dua malam. Kami sediakan 3 kamar gratis untuk mempelai dan keluarga mempelai. Jadi setelah resepsi pernikahan bisa istirahat dulu di hotel satu malam."

Adit sedang menjelaskan tentang paket wedding kepada calon customer nya di stand Wedding Expo. Hari ini stand nya terlihat cukup ramai. Ada beberapa staf marketing yang terlihat sibuk melayani pengunjung. Bahkan Adit juga harus turun langsung beberapa kali karena sudah tak ada lagi staf marketing yg menganggur.

Satu persatu pengunjung telah selesai di layani oleh tim marketing Adit. Dan beberapa dari mereka terlihat cukup antusias, bahkan sudah ada satu reservasi yang dibuat.

"Shin, saya ke toilet sebentar."

"Oh iya pak Adit. Saya handle kalau ada yang datang lagi."

Sudah tak tahan dengan kebelet nya, Adit sedikit mempercepat langkahnya menuju ke toilet.

"Permisi, selamat siang.."

"Oh iya silahkan masuk. Selamat datang di stand kami. Ada yang bisa saya bantu Bu?" Ucap Shinta yang melihat ada pengunjung memasuki stand mereka.

"Oh maaf, saya mencari bapak Adit. Tadi sepertinya disini?"

"Iya betul, beliau masih keluar sebentar. Mau menunggu atau ada pesan yang bisa saya sampaikan?"

"Oh begitu, yasudah nanti saja saya kesini lagi. Terimakasih.."

Tak lama kemudian Adit telah kembali ke stand.

"Pak Adit, barusan ada yang nyariin pak Adit kesini." Ucap Shinta.

"Oh orang dekor ya? Dimana orangnya sekarang?"

"Bukan pak.. perempuan. Sepertinya dia pegawai bioskop di mall ini. Baru aja pergi. Mungkin belum jauh.."

Mendengar itu Adit seketika tau siapa yang mencarinya. Lantas ia keluar stand dan menyebarkan pandangannya ke semua arah. Dilihatnya seorang wanita dengan pakaian serba hitam berjalan menuju eskalator. Segera ia sedikit mempercepat langkahnya untuk mengejar.

"Via..!"

Via yang mendengar seseorang memanggilnya, lalu menengok kearah sumber suara. Ekspresinya sedikit terkejut saat ia lihat Adit tengah setengah berlari kearahnya.

"Mas Adit..?"

"Hai.. tadi kamu ke stand ku ya? Nyari aku?" Ucap Adit saat ia berhenti tepat di depan Via.

"Mm.. iya."

"Ada apa? Kamu mau lihat-lihat paket pernikahan ya? Ayo ikut ke stand, biar kujelaskan." Ucap Adit.

"Haish.. ngapain aku tanya paket pernikahan di hotel milik papaku sendiri.." ucap Via dengan ekspresi sedikit kesal.

"Oh iya.. maaf hehe.. lalu ada apa?"

"Kamu tau kan kalau aku kerja di bioskop mall ini?"

"Tau lah. XXI Cineplex kan cuma ada di mall ini. Kemarin aku jg lihat kamu lagi berdiri di pagar lantai 4."

Entah mengapa, setelah mendengar ucapan Adit, Via merasa sedikit senang sekaligus sedikit kecewa. Matanya sedikit berbinar dan mematung menatap Adit.

"Kenapa memangnya?" Tanya Adit yang membuyarkan lamunan gadis cantik yang masih mengenakan seragam crew bioskop itu.

"Ah gpp. Nih.."

Disodorkannya sebotol minuman dingin kepada Adit.

"Kamu harus minum isotonik. Jangan air mineral kemasan terus."

Adit terlihat sedikit bingung dengan sikap Via. Tumben sekali dia sebaik ini. Biasanya ia sangat cuek dan dingin kepada Adit.

"Yasudah aku balik kerja dulu."

Via segera pergi setelah Adit menerima minuman itu. Meninggalkan Adit yang masih mematung dan mencoba mencerna keadaan yang baru saja terjadi. Setelah Adit tersadar, ia melihat Via telah berada di ujung atas eskalator dan pergi menghilang dari pandangannya.

Ia kembali ke stand dengan membawa minuman isotonik yang baru saja dibelikan oleh Via. Raut wajahnya terlihat sedikit berseri, dan senyumnya terlihat ditahan agar tak ada yang bertanya.

***

Hai.. Terimakasih sudah membaca hingga part ini.. Selamat menikmati..

Kritik Sarannya jangan lupa ya...

Dear Boss's DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang