"Mas Adit dimana..?? Maaass.."
Via melihat ke sekelilingnya, tak ada Adit di tengah keramaian itu. Via terkejut saat seseorang menggenggam tangannya erat. Orang itu lalu menarik Via untuk ikut dengannya. Via menengok untuk melihat siapakah orang yang mengajaknya pergi itu.
"Mas Mike???"
Mike terus berjalan tanpa menoleh. Via tak sanggup menahan tarikan Mike yang cukup kuat. Genggaman tangannya pun cukup erat mencengkram tangan Via. Sekeras apapun Via berusaha melepaskan tangannya, Mike tak sedikitpun merenggangkan genggamannya.
"Via.."
Mendengar seseorang memanggil namanya, Via menengok dan ia lihat Adit tengah berdiri tak jauh di depannya. Via melihat Adit berdiri dan sesekali sosoknya hilang tertutup lalu lalang orang di sekitarnya.
Tatapan Adit tampak sedih, namun tak bergerak sedikitpun. Adit hanya diam berdiri sembari melihat Via dibawa pergi oleh Mike.
"Mas Adit...!! Tolong Via maass..!!" Teriak Via ditengah keramaian lalu lalang orang yang tak sedikitpun menghiraukannya.
"Semoga kamu bahagia menikah dengannya.." Ucap Adit yang terdengar samar namun cukup jelas di telinga Via.
"Via nggak mau mas..!! Aku nggak mau menikah dengan mas Mike!! Aku ingin menikah sama kamu..!! Mas Adit tolong Via mas!!"
Deraian air mata Via deras mengalir di pipinya. Teriakan suara kerasnya menggema. Geliat tubuhnya semakin kuat untuk menahan tarikan Mike.
Tiba-tiba gerakannya ditahan oleh sesuatu. Dan mulutnya dibungkam dengan erat hingga ia tak mampu berteriak lagi.
"Via..! Via..! Bangun Via..!"
Via membuka matanya. Dilihatnya wajah Adit berada di depan matanya.
"Via..! Bangun..!"
Adit menatap wajah Via yang terlihat sangat ketakutan. Air matanya deras membasahi pipi dan rambutnya.
"Mas Adit.."
"Sudah sudah.. tak terjadi apa-apa.. kamu tenang ya.. kamu hanya mimpi.."
Adit lekas memeluk Via yang tampak kacau itu. Dikembalikannya selimut via yang telah berantakan. Via yang telah tersadar dari mimpi buruknya lalu membalas pelukan Adit dan kembali menangis tertahan di dada Adit.
"Kamu hanya mimpi sayang.. aku tak pergi kemana-mana. Aku disini tidur denganmu. Mike tak ada disini. Kamu aman bersamaku. Aku tak akan pergi kemanapun."
Ucapan Adit membuat Via berangsur tenang. Namun air matanya masih belum berhenti sepenuhnya. Perempuan itu masih sedikit terisak di dada Adit.
Adit mengusap pelan punggung Via untuk menenangkan perasaannya. Dikecupnya beberapa kali kepala Via, dan membelai rambutnya.
Beberapa saat kemudian Via telah tenang. Adit melepaskan pelukannya agar Via bisa bernafas dan menyadarkan dirinya bahwa itu hanya mimpi buruk.
Adit mengusap pipi Via yang masih basah oleh air mata. Dan menyeka rambut panjangnya yang sedikit membelit di leher.
"Kamu mau tidur lagi?" Ucap Adit.
Via menggeleng pelan sembari terus mengusap pipi basahnya dan masih sedikit terisak.
Adit bangkit dan memberikan Via air minum. Ditenggaknya gelas berisi air putih hingga habis. Lalu Adit kembali naik ke ranjang dan menyandarkan Via di dadanya serta menepuk-nepuk pelan lengannya.
Suasana hening sesaat. Adit yang sebenarnya masih mengantuk, mencoba menahannya sejenak untuk menemani Via terjaga. Suara AC terdengar cukup nyaring ditengah keheningan mereka berdua. Dan sesekali suara kendaraan terdengar lirih dari kejauhan.
"Mas.. aku ingin kita menikah secepatnya."
Adit tampak sedikit terkejut mendengar ucapan Via. Sepertinya Via masih terbawa suasana mimpi buruknya.
"Kalau kamu masih beralasan, tinggalkan aku sekarang."
Adit masih tak bersuara. Ia menunggu hingga Via terlepas dari suasana hatinya akibat mimpi itu.
"Apa hak mu tidur seranjang denganku sebelum menghalalkanku."
Adit bertanya-tanya dalam pikirannya, siapa yang memaksanya tidur seranjang kemarin? Namun Adit mencoba mengerti, dan tak mendebat Via di saat seperti ini. Adit tetap diam tak bersuara.
"Bagaimana kalau tiba-tiba aku hamil jika kamu khilaf ?!"
Adit kembali bertanya dalam pikirannya, bukankah mereka sudah pernah melakukannya sekali? Dan Via tampak tak mempermasalahkannya.
"Bicaralah mas..!"
Via menegakan posisi duduknya dan memandang Adit. Tatapannya tampak sangat kalut dan sedih.
"Baiklah.. Aku akan menikahimu. Aku akan bertanggung jawab atas semua yang kulakukan padamu. Sekarang tenangkan dirimu terlebih dahulu. Lalu kita bisa membahas rencana untuk memberitahu orang tuamu tentang niat kita menikah."
"Kamu nggak asal bicara kan? Jangan bilang kamu bicara seperti itu hanya untuk menenangkanku.."
"Baiklah. Ku telepon Pak Andi sekarang kalau itu yang kamu mau."
Adit meraih ponselnya di atas meja di sebelah ranjang. Lalu mencari kontak Pak Andi di ponselnya. Via mencegahnya saat Adit akan menekan tombol panggil.
"Papa pasti tidur jam segini. Besok saja kita beritahu mereka sesampainya di rumahku. Aku tak mau membuat mereka terkejut di pagi buta seperti ini."
Adit tersenyum. Lalu mengusap kepala Via hingga ke pipinya.
"Kamu tampak sangat khawatir aku akan meninggalkanmu.. ya kan?"
Via mengangguk pelan. Tangisnya tampak akan kembali pecah. Air matanya meluncur mulus di pipinya yang masih tampak berkilau.
"Kamu janji jangan pernah tinggalin Aku ya mas.. Aku mencintaimu seperti aku mencintai kedua orang tuaku.. aku tak mau hidup tanpa kalian bertiga." Ucap Via dengan menahan tangisnya.
"Aku tak akan datang jauh-jauh dari Palembang untuk menjemputmu kalau aku tak mencintaimu juga.. apa itu belum cukup?"
Via tersenyum mendengar ucapan Adit. Dan Adit pun ikut tersenyum melihat Via sudah merasa lebih baik.
Mereka kembali merebahkan diri dan bersiap untuk kembali tidur di malam yang masih menunjukan pukul 1 dini hari itu.
Via mempererat pelukannya di dada Adit. Dan Adit menutupi tubuh Via dengan selimut.
"Kamu mau aku sewa kamar lagi? Kamu bilang aku masih belum berhak tidur seranjang denganmu..?"
"Apa kamu lupa kalau KTP mu masih ku simpan?"
"Yasudah mana kembalikan.."
"Sudah kubuang jauh-jauh..! Udah jangan ngomong terus. Aku sudah mengantuk. Awas aja kalau khilaf lagi.!"
Adit tertawa mendengar perkataan Via yang sudah berubah lagi. Via pun tersenyum lebar dan sedikit malu.
Mereka berdua kembali terlelap dibalut selimut hangat dan perasaan yang sama-sama tak ingin berpisah hingga matahari menunjukan sinarnya.
***
Dasar malu-malu mau...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Boss's Daughter
RomanceCerita ini disusun dengan alur yang ringan-ringan saja. Tak ada melow yang berlebihan. Dan endingnya pun bisa ditebak layaknya cerita romance pada umumnya. Selama on going, part diupload random saja selama saya ada waktu ditengah kesibukan silaturah...