Part 3

4.5K 183 2
                                        

Matahari sudah semakin membumbung tinggi. Kening Adit sedikit mengernyit setelah terdengar suara gemuruh yang berasal dari perutnya.

Dilihatnya ruang tengah sudah penuh dengan cahaya terik yang berasal dari luar jendela apartemennya. Kembali ia derapkan langkahnya menuju ke dapur untuk menghangatkan makanan yang tadi pagi dimasak oleh bibinya.

Suapan lahap satu persatu masuk kedalam mulut pria yang masih setia dengan kaos tidur dan celana olahraganya. Tak butuh waktu lama hingga satu piring nasi telah lenyap dari atas meja. Suara sendawa pun terdengar cukup nyaring menyebar ke seluruh penjuru ruangan apartemen ukuran medium itu.

Setelah perutnya berterimakasih atas makanan yang masuk, ia beranjak ke ruang tengah untuk melanjutkan aktifitas bersantainya di hari libur. Kali ini ia memilih untuk bermain PS hingga bosan.

Disiapkannya perangkat console persegi tipis berwarna hitam, lengkap dengan stick wireless. Setelah yakin semua kabel telah terpasang dengan sempurna, ia beranjak menuju sofa di depan televisi.

Belum lama setelah ia duduk, pandangannya teralihkan oleh sebuah amplop coklat yang terasa tak wajar berada diatas meja ruang tengah itu.

Diraihnya amplop itu untuk mengetahui apa isi di dalamnya. Di tariknya perlahan secarik kertas yang terselip di dalamnya. Tak lama, terlihat baris demi baris tulisan yang muncul perlahan.

Nama : Aprilia Dwi Lestari
Tinggi : 165 cm
Berat : 48 kg
TTL : Malang, 17 Juli ....
......... : .........
...... : ......

"Haisssh...!!"

Segera ia masukan kembali kertas itu. Wajahnya tampak sedikit kesal setelah mengetahui isinya. Dibantingnya amplop coklat itu kembali ke tempatnya semula.

Kedua kakinya diangkat keatas meja dan kedua tangannya segera sibuk mengoperasikan Joy stick. Masih tampak sedikit kekesalan pada tatapan matanya. Pikirannya tak dapat berkonsentrasi penuh kepada game yang sedang ia mainkan.

Tak puas dengan hasil yang di dapatkan setelah mengulangi beberapa game yang sama, ia sedikit memejamkan mata dengan menahan kecewa atas kekalahannya.

Dipandangnya amplop coklat itu masih diam tak bergerak di samping kedua kakinya yang masih terjulur diatas meja.

Diraihnya amplop coklat itu dan segera beranjak masuk ke dalam kamar. Ditutupnya laci dengan sedikit keras setelah memasukan amplop itu di dalamnya. Di tatapnya laci itu sedikit lebih lama, sebelum akhirnya ia beranjak pergi dengan mengambil handuk terlebih dahulu.

****


------------------------

Halo.. Terimakasih masih setia membaca.. selamat menikmati kelanjutannya...

Kritik dan sarannya jangan lupa ya... 

Dear Boss's DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang