Part 37

2K 88 0
                                    

Adit berjalan diantara lalu lalang orang menuju ke arah lobi hotel. Tangan kanannya masuk ke dalam saku celana, dan pandangannya tertuju kearah ia melangkah. Beberapa langkah dibelakang Adit, Via berjalan mengekor, dan wajahnya tampak sedikit kesal.

Kemudian Via mempercepat langkahnya untuk menyusul Adit.

"Yang, makan siang bareng yuk.." ucap Via lirih.

"Mundur."

Wajah Via kembali cemberut dan memperlambat langkahnya.

"Kamu bisa nganter aku gak? Aku lagi males naik angkot nih.." senyumnya merekah saat mereka kembali berjalan beriringan. 

Adit tak menjawab. Ia hanya menengok ke Via sambil mengisyaratkan agar perempuan itu kembali menjaga jarak dengannya.

"Iya iya.. mundur.." Sekali lagi wajah Via kembali cemberut dan memperlambat langkahnya, kembali ke posisinya beberapa langkah dibelakang Adit.

"Kita ngapain disini yang? Mobil kamu kan di basement?" Ucap Via saat ia kebingungan melihat Adit yang membawanya ke tepi jalan raya.

"Kamu naik taksi aja." Adit memanggil taksi yang terlihat akan melintas di depan mereka.

"Kok naik taksi?? Gak mau ah. Aku maunya di antar sama kamu." Via kembali cemberut sambil kedua tangannya menyilang di perutnya.

Ekspresi Adit menjadi sedikit malas melihat tingkah kekasihnya itu.

"Hey Via..!" Seseorang berlari dari halaman hotel.

Via terkejut melihat siapa yang mendekat. Dan Adit yang melihat Mike datang menghampiri mereka, mencoba sedikit mundur untuk menjaga jarak dengan Via.

"Kamu mau berangkat kerja ya? Ayo ku antar saja." Ucap Mike yang baru saja menghentikan langkahnya di depan Via.

Via diam beberapa saat dan sedikit melirik Adit yang mulai tampak malas melihat interaksi dirinya dan Mike.

"Tidak usah mas, Pak Adit sudah memesankan ku taksi." Taksi itupun tiba dan berhenti tepat di samping Via.

"Kamu batalin aja. Ayo kita ke mobilku di basement."

Mike menggenggam tangan Via dan sedikit menariknya agar segera ikut dengannya. Adit diam dan melihat itu semua terjadi di depan matanya tampak cukup kesal namun tak bisa berbuat apa-apa.

"Mas Mike.. Mas tunggu..!" Via menahan tarikan Mike agar tak membawanya, kemudian melirik Adit yang memalingkan pandangannya dan tampak cukup kesal.

"Lepas mas..!" Via menarik tangannya yang digenggam Mike  dengan sedikit memaksa.

"Aku mau naik taksi saja. Kamu lebih baik masuk lagi kedalam." Dibukanya pintu taksi dan beranjak pergi meninggalkan Mike yang tampak kebingungan, dan Adit yang menyaksikan Via pergi dengan taksi itu.

Mike hanya bisa melihat Via pergi setelah menolak tawarannya. Dilihatnya Adit yang masih berdiri di tempat itu. Adit pun sedikit menundukan kepalanya untuk memberi salam kemudian pergi meninggalkan Mike sendirian di pinggir jalan.

***

Hari telah berganti. Hari ini adalah hari yang banyak ditunggu oleh orang-orang setiap pekan. Hari dimana sebagian besar masyarakat terbebas dari aktifitas sehari-hari. Biasanya hari ini banyak digunakan untuk jalan-jalan, hangout dengan teman, melakukan hobi, atau sekedar di rumah menghabiskan waktu bersama keluarga. Hari Minggu adalah hari untuk bersenang-senang dan melepas stres.

"Yang.. " Via melangkah masuk kedalam apartemen Adit yang ternyata pintunya tak dikunci.

"Yang.. kamu dimana?" Ditengoknya ruang tengah serta dapur yang sepi dan tak ada jawaban dari pemilik rumah.

"Mas Adit.."

"Siapa? Via ya?"

Via mencari sumber suara yang dikenalnya itu. Nampaknya datang dari arah luar ruangan jika didengar dari suaranya. Via berjalan menuju balkon yang pintunya ada di ruang dapur setelah meletakan beberapa kantong plastik di meja makan.

"Kamu lagi ngapain?"

Dilihatnya Adit sedang bersimpuh di lantai sambil mengecat pagar balkon yang warnanya mulai memudar serta ada beberapa karat di sudut-sudutnya.

"Mau kubantu?"

Via ikut bersimpuh di lantai sembari memperhatikan Adit yang tengah serius mengamati goresan kuasnya di sudut pagar besi itu.

"Nggak usah, bentar lagi selesai kok."

"Kamu sudah sarapan?" Tanya Via.

"Belum."

"Kumasakin sesuatu ya.. aku tadi belanja sebelum kesini."

Via beranjak menuju dapur untuk membongkar plastik belanjaannya dan mulai memasak.

20 menit kemudian hidung Adit mencium aroma sedap yang berasal dari dalam apartemennya.

"Hmm.. bau apa nih.. enak bener sepertinya.."

Via tak menjawab dan hanya melanjutkan kegiatannya yang sebentar lagi selesai.

Setelah menyelesaikan mengecat pagar, Via mengajak Adit untuk  sarapan. Satu mangkok sayur asem telah tersedia di atas meja makan beserta beberapa jenis lauk gorengan dan steak ala Via yang ia panggang sendiri. Adit sempat tertawa sebentar saat ia baru pertama kali menemukan steak daging dimakan bersama sayur asem.

"Via, sepertinya hari ini kita gak bisa jalan-jalan.. aku harus membereskan beberapa barang yang harus dibetulkan di rumah ini." Ucap Adit sambil mengunyah makanan di mulutnya.

"Iya gapapa. Aku lebih suka disini. Apa ada yang bisa ku bantu?"

Adit terlihat berfikir sejenak. Dilihatnya beberapa sudut ruangan dan atap.

"Kamu bisa menjahit?"

"Aku jarang menjahit sendiri sih.. tapi aku bisa kok.. apa yang perlu ku jahit? Bawa sini.."

"Taplak meja di ruang tengah robek dan ada beberapa bantal yang jahitannya mulai lepas."

"Oke. Nanti ku jahitkan setelah aku cuci piring ya. Terus kamu mau betulin apa?"

"Aku mau ganti lampu kamar mandi, benerin kaki meja di sudut itu, bersihin jendela yang mulai menjamur, dan menata rak buku yang sudah berantakan itu.."

"Banyak juga ya.. kenapa gak beli rak yang baru aja? Sepertinya rak buku itu sudah penuh.. lagian tempat di sampingnya masih kosong.. kamu bisa nambah koleksi buku dan naruh foto kita disana.. dan meja kayu itu juga sepertinya sudah lapuk. Kalau kamu paku lagi mungkin gak akan bertahan lama.."

Adit terlihat berfikir setelah mendapat saran dari Via.

"Yasudah nanti kamu temani aku ke toko furniture ya.. sepertinya memang aku butuh lemari baru.."

"Oke. Habiskan dulu makananmu."

------------------

Terimakasih telah membaca hingga part ini. Selamat menikmati..

Dear Boss's DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang