Adit menaiki kursi kayu yang cukup tinggi untuk menjangkau lampu LED kamar mandi yang berada di kamarnya setelah semalam tiba-tiba padam. Diputarnya lampu itu perlahan hingga terlepas, kemudian menggantinya dengan lampu LED yang baru.
"Aduh..!! Sssshh.."
Adit lekas menengok saat mendengar suara Via yang terlihat kesakitan di ruang tengah. Jari Via terlihat sedikit berdarah saat ia melihat apa yang terjadi dengan kekasihnya itu.
"Kenapa? Jarimu ketusuk ya.."
Via menatap Adit dengan ekspresi memelas serta memegangi jari nya yang mengeluarkan sedikit darah merah kental. Adit tertawa kecil melihat ekspresi Via yang sedikit berlebihan itu.
Dipegangnya tangan Via untuk melihat bagian yang berdarah. Tampak tak cukup parah. Hanya tertusuk sedikit.
"Kamu sebenarnya bisa menjahit gak sih.. sudah taruh saja, nanti biar kujahit sendiri." Adit mengoleskan antiseptik di jari yang terluka itu setelah mencucinya.
"Bisa kok, cuma tadi nusuknya gak pas aja, jadi jari ku kena.. lagian gak sakit, cuma perih sedikit.. aku nggak cengeng kok.. beneran deh.." wajah imutnya kembali memelas yang sekali lagi membuat Adit ingin tertawa.
Setelah selesai merawat jari Via yang terluka, Adit membiarkan Via melanjutkan menjahitnya setelah memperingatkannya untuk lebih berhati-hati lagi. Adit tersenyum gemas sambil mengusap lembut kepalanya sebelum meninggalkan Via untuk kembali menyelesaikan mengganti lampu yang belum tuntas ia kerjakan tadi.
Beberapa jam kemudian Via telah menyelesaikan menjahit semua yang Adit katakan. Hasil jahitannya tak begitu buruk. Hanya sedikit kurang rapi, namun terlihat cukup kuat merekatkan kain yang robek. Adit pun juga telah selesai membetulkan beberapa perabot yang perlu diperbaiki.
Tak terasa hari telah siang. Adit baru saja selesai mandi karena badannya cukup lengket oleh keringat. Sedangkan Via tengah sibuk memperbaiki makeupnya di cermin yang menempel pada pintu lemari pakaian Adit.
Adit berdiri di belakang Via yang sibuk menyelesaikan makeupnya. Bayangan mereka berdua dapat dilihat dengan jelas memantul di cermin. Perhatian Via pada eyeliner nya teralihkan oleh sosok Adit di pantulan cermin yang masih bertelanjang dada. Via menelan ludah saat melihat perut Adit yang sedikit berotot. Dan Adit pun juga sedang menatap Via di pantulan cermin yang sama dengan senyum menggoda.
"Apa lihat-lihat?? Cepet pakai baju. Jangan minta yang aneh-aneh ya."
Ucapan ketus Via membuat Adit menghilangkan senyum menggodanya.
"Baju ku kan di lemari ini. Minggir kamu.. Ngalingin aja.."
"Iih..!!"
Posisi Via di geser dengan paksa oleh Adit agar ia bisa membuka lemari pakaiannya. Via tak menyangka ternyata Adit tak kalah ketus darinya.
Itu kali pertama Via melihat isi lemari pakaian pria selain millik papanya. Terlihat cukup rapi dan bersih.
"Apa lihat-lihat?? Kamu lagi liatin tumpukan pakaian dalamku ya??"
Via yang awalnya tak menyadari hal itu tiba-tiba melihatnya di salah satu tumpukan pakaian. Segera cubitan dua jarinya mencengkram perut Adit yang belum berpakaian itu. Sontak Adit berteriak kesakitan saat cubitan Via tak kunjung terlepas.
Adit berusaha bergerak kesana kemarin agar jemari sadis Via segera terlepas, namun Via terlalu kesal hingga tak berniat melepaskan cubitannya seberapapun Adit mengaduh karena kesakitan. Adit yang kehilangan keseimbangan kemudian terjatuh keatas ranjang dan menarik Via untuk ikut terjatuh bersamanya.
Via terjatuh diatas dada Adit dan spontan lengan Adit mendekap tubuh Via yang terjatuh menimpanya.
"Yang,, sakit tau.. sadis banget sih!" Ucap Adit dengan ekspresi memelas.
![](https://img.wattpad.com/cover/130858646-288-k876483.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Boss's Daughter
RomanceCerita ini disusun dengan alur yang ringan-ringan saja. Tak ada melow yang berlebihan. Dan endingnya pun bisa ditebak layaknya cerita romance pada umumnya. Selama on going, part diupload random saja selama saya ada waktu ditengah kesibukan silaturah...