Part 14

2.5K 122 2
                                    


Hari itu ruang rapat terlihat cukup ramai. Pagi ini akan diadakan rapat untuk melihat kesiapan panitia peresmian hotel baru milik AndiAlam Group Hotel and Resort tempat Adit bekerja. Beberapa direktur cabang dan menejer beserta jajarannya terlihat hadir dan menempati kursi yang mengelilingi sebuah meja lonjong dan lebar di tengah ruangan. Diujung meja terlihat Pak Andi sebagai Presiden Direktur sedang duduk sembari melayani diskusi diluar tema rapat dari beberapa direktur yang mengajukan pertanyaan.

Presentasi dari panitia penyelenggara berjalan lancar. Kesiapan yang disampaikan telah mencapai 95%. Dan Pak Andi terlihat cukup puas dengan rancangan acaranya.

"Bagus. Saya harap pelaksanaannya bisa sesuai dengan rencana yang telah kalian buat. Semoga sukses." Ucap Pak Andi dan disambut tepuk tangan semua orang di ruangan itu.

"Oh iya, nanti saya mengundang tamu penting. Beliau adalah investor kita dari Singapura yang akan datang bersama dengan keluarganya. Tolong kalian jamu mereka dengan baik. Mereka berencana akan liburan selama beberapa hari disini. Jadi siapkan kamar dan service terbaik dari kita."

Adit segera mencatat permintaan Pak Andi di laptopnya. Karena hotel yang akan dijadikan tempat perjamuan keluarga investor itu adalah hotel tempat ia bekerja. Dan ia harus menyiapkan semua keperluan tamu penting itu dengan sempurna.

"Apa beliau itu yang sempat jadi rumor sebagai calon besan bapak?" Ucap salah seorang direktur.

"Ah, belum pasti juga.. kita lihat saja perkembangannya nanti.. itu masih rumor saja haha.." ucap Pak Andi dengan santainya.

Tarian jemari Adit di keyboard laptop seketika terhenti saat ia mendengarkan orbolan santai mereka ditengah rapat. Bola matanya bergerak-gerak memikirkan arti ucapan calon besan dari Pak Andi. Yang tidak lain pasti adalah mereka sedang membicarakan tentang calon suami dari Via, anak satu-satunya Pak Andi.

Entah mengapa semangatnya sedikit berkurang setelah mendengar itu. Tarian jemarinya tak lagi segesit beberapa saat lalu. Dan matanya terlihat sedikit tak berkonsentrasi lagi.

***

Malam telah tiba, Pak Andi terlihat sedang menonton acara berita di televisi dan Bu tari duduk disampingnya tengah mengupaskan beberapa buah apel dan jeruk untuk dimakan.

"Kamu sudah punya baju buat peresmian hotel kita yang baru?" Tanya pak Andi.

"Baju mama yang bagus masih banyak kok pa. Jangan sering-sering beli baju. Nanti yang lama gak kepakai. Kan sayang.."

"Yasudah kalau kamu gak mau beli baju. Nanti tanyakan Via, apa dia sudah punya baju atau belum. Dia harus tampil cantik dan anggun di hari itu."

Mendengar itu, Bu Tari merasa ada yang tak biasa dari ucapan suaminya.

"Tumben papa bilang gitu? Emang ada yang spesial di acara peresmian itu?"

"Papa mengundang pak Daniel ke acara peresmian kita besok. Dan dia berencana sekalian liburan bersama keluarganya di sini selama beberapa hari." Jelas pak Andi.

"Iya mama tau. Terus apa hubungannya dengan Via harus tampil sempurna?"

"Kamu tau kan kalau pak Daniel punya anak sulung laki-laki yang lebih tua 2 tahun dari Via?"

Bu Tari mulai mengerti maksud pembicaraan Pak Andi. Diletakkannya kupasan jeruk yang belum selesai terkupas sempurna itu.

"Jadi maksud papa, papa mau kenalin Via ke anaknya pak Daniel?" Ucap Bu Tari dengan sedikit bersemangat.

"Masa kamu gak paham aja maksud papa dari tadi.."

"Ya ampun papa.. kalau ngasih tau itu yang lengkap dong, biar mama gak mikir lama-lama.."

"Yasudah. Jadi gimana, mama setuju sama rencana papa?"

"Setuju lah pa.. semoga aja Via cocok ya pa.. nanti penampilannya Via biar mama yang urus." Ucap Bu Tari dengan bersemangat.

"Yasudah kalau gitu. Kamu belikan apapun agar dia tampil sempurna. Jangan pedulikan harganya."

"Via itu pakai apa aja juga cantik kok pa. Gak perlu yang terlalu mahal. Emang dasarnya dia sudah cantik kan seperti mama..." Ucap Bu Tari yang kemudian mendapat pelukan dari Pak Andi.

"Mama, papa, Via pulang.."

Pak Andi yang mendengar suara Via segera melepaskan pelukannya kepada Bu Tari.

"Haisssh... papa sama Mama kalau mau mesrah-mesrahan jangan di tempat umum dong.. di kamar kan bisa.." ucap Via sinis.

"Apa sih kamu.. kamu iri ya.." Ucap Bu Tari yang tertawa kecil kepada putrinya yang baru saja merebahkan dirinya di sofa disamping kedua orang tuanya.

"Eh sayang, kamu besok bisa libur kerja sehari gak?"

"Ada apa ma?" Ucap Via.

"Temenin mama shoping yuk.."

"Haduh mama, biasanya juga pergi sama teman-teman mama.. Via gak mau ah.."

"Heeei.. mama juga mau belikan baju buat kamu.. kita kan mau ada acara peresmian hotel baru.. kamu harus beli baju.."

"Baju Via yang bagus masih banyak ma.. ngapain beli baju terus.. nanti yang lama gak kepakai lagi.. kan sayang.."

Bu Tari sedikit kebingungan menjawab alasan Via. Dia hanya menengok kearah suaminya. Pak Andi yang merasa dilihat oleh Bu Tari segera mengalihkan pandangannya ke televisi.

"Kamu juga harus beli tas.. Tas mu yang lama kan udah mulai pudar warnanya.. yah?" Rayu Bu Tari.

"Ih mama maksa deh.." ucap Via sambil menyilangkan kedua tangannya di perut.

"Sudah jangan bantah orang tua. Pokoknya besok kamu libur. Ikut mama beli baju. Titik."

Via yang mendengar itu tak menjawab dan lekas beranjak menuju ke kamarnya tanpa berucap sepatah katapun.

"Benar-benar mirip kamu ma.." ucap pak Andi.

***


Halo... Terimakasih sudah membca hingga part ini.. Selamat membaca..

Kritik sarannya jangan lupa ya...

Dear Boss's DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang