"Ma, Via berangkat dulu ya.."Ucap via di depan pintu kamar orang tuanya. Ia tau bahwa Mamanya sedang berada di dalam meskipun ia tak membukanya.
Tak ada sahutan dari dalam kamar. Via hanya memutar-mutar bola matanya mencari apakah ada sedikit suara mamanya yang terdengar dari dalam kamar berpintu kayu itu.
Mengetahui itu, Via merasa sedikit bersalah. Lantas ia memberanikan diri membuka pintu untuk menyapa mamanya. Ia sadar, bahwa kekesalan mamanya sebenarnya sebabkan oleh dirinya.
"Ma.. "
Via berjalan mendekat dengan perlahan. Ia lihat mamanya sedang berbaring diatas ranjang. Dihampirinya ranjang besar dan terlihat cukup mewah dengan ornamen vintage itu.
"Ma.. mama jangan gini dong, Via jadi gak enak sama mama.."
Tak ada tanggapan dari mamanya. Wanita paruh baya itu masih tiduran menyamping membelakangi Via yang sudah duduk di tepi ranjang.
"Ma.. mama percaya kan sama Via? Via sudah besar ma. Via sudah bisa cari uang sendiri. Biar Via berusaha sendiri untuk saat ini.. nanti kalau Via sudah tak tau harus berbuat apa lagi, baru Via akan minta tolong mama sama papa.."
"Kamu kapan pernah nurut sama mama. Yasudah urus aja dirimu sendiri kalau kamu sudah gak butuh mama sama papa." Ucap Bu Tari.
Via yang mendengar itu cukup terkejut dan merasa semakin bersalah.
"Kok gitu ma.. Via nurut kok sama mama, mama minta apa pun pasti akan Via turutin, tapi untuk sekarang, biarkan Via berusaha sendiri ya.."
Bu Tari lantas bergerak. Tubuhnya bangkit dan duduk dihadapan Via diatas ranjang dengan selimut tebal berwarna kuning keemasan itu.
"Mama khawatir sama kamu. Apa kamu gak mengerti kekahawatiran mama sama papa kalau kamu pulang larut? Mama selalu membayangkan hal yang tidak-tidak kalau kamu pulang malam.."
Via hanya diam dan mendengarkan curahan hati mamanya itu.
"Siapa yang akan nolongin kamu kalau ada apa-apa dijalan? Kan kita gak tau akan ada apa nantinya." Lanjut Bu Tari.
"Kamu tau kemarin ada berita di tv kalau ada penjambretan kepada seorang perempuan di bus? lalu ada pemerkosaan kepada perempuan penumpang taksi? Mama gak bisa bayangin kalau kamu menjadi korban itu semua sayang.. mama gak akan bisa maafin diri mama sendiri kalau itu terjadi sama kamu."
Dari perkataan Bu Tari sangat terlihat jelas rasa kekahawatirannya kepada Via. Dan Via pun menyadari hal itu.
"Lalu mama ingin Via ngapain sekarang biar mama gak khawatir lagi?" Tanya via.
Bu Tari terlihat sedikit berfikir.
"Harus ada seseorang yang bisa jagain kamu. Jadi kalau kamu pulang telat mama gak begitu khawatir." Ucap Bu Tari.
"What?? Mama mau Via punya bodyguard gitu?? Yang bener dong ma?? Kayak anak presiden aja dijagain Paspampres.. apa kata temen-temen Via nanti.. mama aneh-aneh aja deh permintaannya." Ucap Via dengan ekspresi sedikit kesal.
"Kamu yang mikirnya aneh-aneh. Kamu sadar gak sekarang udah umur berapa?"
Via terlihat sedikit berfikir dan mencerna maksud ucapan mamanya itu.
"Mana pacar kamu. Bawa ke rumah. Jangan bilang kamu gak punya?"
Kedua mata Via membulat saat sadar akan maksud perkataan mamanya tadi.
"Kok mama jadi ngomongin soal itu sih!?" Via tampak kesal dan memalingkan pandangannya ke arah lain.
"Tuh kan gak punya?! Yasudah kamu segera buat surat pengunduran diri. Mama akan segera bilang ke papa buat ngasih kamu kerjaan di perusahaannya. Ada posisi bagus buat kamu."
"Mama apa'an sih.."
"Sudah kamu berangkat aja kalau mau berangkat. Mama ada urusan diluar. Dan jangan lupa surat pengunduran diri kamu. Nanti malam mama mau liat sudah kamu tulis atau belum."
Bu Tari segera beranjak dari ranjang dan berjalan kearah pintu kamar. Via masih tampak sedikit shock dan tak bergeming dari duduknya di tepi ranjang.
"Oh iya satu lagi. Kalau kamu masih tidak membuat keputusan. Mama akan kasih kamu pekerjaan di rumah. Mama gak mau anak kesayangan mama keluyuran sampai larut malam dan buat mama sama papa khawatir."
Via masih tampak tertegun dan tak sanggup bergerak sedikitpun. Kedua bola matanya bergerak-gerak memikirkan apa yang akan terjadi dan harus bagaimana. Sedangkan Bu Tari sudah menghilang entah kemana.
"Iiiiiiiiiiii......!!!!"
Diacak-acaknya rambut lurus sepunggungnya menjadi sangat berantakan. Ia tampak begitu kesal dengan ekspresi seakan ingin menggigit mangsanya. Namun ia tak bisa apa-apa dan hanya merebahkan diri di ranjang sambil menggoyang-goyangkan tangan dan kakinya kesana kemari hingga membuat ranjang itu berantakan.
****
---------------------------
Halo.. 6 part awal ini sebagai permulaan ya.. Kalau sejauh ini dirasa berkenan, part lanjutannya akan segera di publish. Jangan pula follow agar bisa membaca dengan nyaman :)
Kritik dan sarannya jangan lupa ya...

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Boss's Daughter
RomanceCerita ini disusun dengan alur yang ringan-ringan saja. Tak ada melow yang berlebihan. Dan endingnya pun bisa ditebak layaknya cerita romance pada umumnya. Selama on going, part diupload random saja selama saya ada waktu ditengah kesibukan silaturah...