Part 18

2.3K 110 0
                                    

Via terlihat memejamkan matanya beberapa kali. Ternyata tingkahnya itu diketahui oleh pak Andi. Ia lalu menyuruh Via untuk keluar dan pergi ke toilet. Via pun tak berpikir panjang, ia lekas beranjak dan menuju keluar Ballroom dengan sedikit mengangkat gaunnya yang panjang agar tak mengganggu langkah cepatnya.

Tingkahnya itu ternyata sempat mendapat perhatian dari para orang-orang penting diatas panggung. Termasuk dari keluarga pak Daniel. Mike sempat melihat tingkah Via saat ia melewatinya untuk turun dari panggung. Dan itu membuatnya sedikit tersenyum. Pak Andi sempat menjelaskan ke beberapa orang di barisannya bahwa putrinya baik-baik saja. Ia hanya butuh ke toilet. Pernyataan itu membuat suasana kembali tenang. Dan acara tetap berjalan tanpa ada gangguan.

Setibanya Via diluar Ballroom, kembali ia sebarkan pandangannya ke segala arah. Namun apa yang ia cari tak kunjung menampakan dirinya. Tak ada Adit disana.

Ternyata Adit sedang menikmati sebuah kopi diteras samping hotel seorang diri tanpa ada siapapun desekitar situ. Hotel itu masih sangat sepi karena memang belum dioperasikan. Tak jelas apa yang sedang Adit pikirkan. Ia hanya merasa perlu untuk menghindar dari acara itu untuk sementara. Ia harus menenangkan pikirannya sebelum kembali bertugas sesuai job desk nya.

Dilain tempat, Via masih sibuk mencari keberadaan Adit. Ada sesuatu yang perlu ia tanyakan kepada Adit.

"Mas permisi, lihat mas Adit gak?"

"Oh tadi lewat sini Bu Via, tapi gak tau kemana sekarang.. saya gak liat dia jalan kearah mana."

"Oh yasudah terimakasih."

"Permisi, lihat mas Adit gak?"

"Oh iya terimakasih."

"Permisi, kalian lihat mas Adit lewat sini gak?"

"Oh gitu, oke makasih.."

"Pak permisi, tadi kelihatan mas Adit gak lewat sini?"

"Oh pak Adit, dia barusan masuk ke pintu itu. Sepertinya belum keluar sampe sekarang.." ucap salah satu petugas keamanan.

"Itu pintu kemana ya pak?" Tanya Via.

"Itu pintu ke halaman samping hotel Bu. Oh iya, Ibu sebaiknya kembali ke Ballroom. Mungkin Ibu sedang dicari sama Tuan Andi di dalam.."

"Iya pak saya segera kembali. Terimakasih ya pak."

Via segera bergegas memasuki pintu yang ditunjuk oleh petugas keamanan tadi.

"Dit, Lo kemana aja dicariin. Nih tugas Lo gw kembalikan. Gw mau ngurus yang lain."

"Oh oke. Gw barusan sakit perut. Sory ya agak lama." Ucap Adit saat ia sudah kembali ke posisinya di dalam Ballroom.

"Oh gitu. Okeh deh kalau gitu. Gw kesana dulu."

Adit telah kembali kepada tugasnya semula. Namun ia melihat sesuatu yang aneh. Tak ada Via di jajaran kursi diatas panggung. Kursinya terlihat kosong. Namun ia tak bersikap berlebihan. Ia mengira mungkin Via sedang pergi ke toilet sebentar.

"Dit, coba Lo tanyakan ke petugas sound di backstage. Echo nya ketinggian. Di recording kita rada dengung. Gw kontak HT nya gk nyaut. Tolong ya."

"Oke siap."

Ucap seseorang dari HT yang dipegang oleh Adit. Kemudian ia segera beranjak menuju ke tempat yang di perintahkan oleh orang di HT Tadi.

Adit berjalan melewati lorong samping Ballroom untuk menuju ke backstage. Jalur yang aman dari tamu undangan, karena tempat itu hanya diperuntukan untuk mobilitas crew Ballroom bila sedang ada acara di dalam Ballroom.

Lorong yang cukup sepi. Hanya ada beberapa crew dan staff hotel yang melewatinya. Bau cat baru masih sangat kental terasa di indra penciuman. Ia melewati beberapa pintu-pintu yang ruangannya masih kosong karena belum difungsikan.

Tiba-tiba Adit ditarik oleh seseorang kedalam salah satu ruangan. Dengan cepat pintu ruangan itu kembali di tutup agar tak menimbulkan kecurigaan bagi siapapun yang lewat.

"Via?! Kamu ngapain disini?!" Ucap Adit terkejut.

"Ssssssssstttttt...!!! Jangan berisik..!! Nanti ada yang denger..!" Jawab Via dengan nada rendah namun menekan.

"Kamu ngapain disini?! Kamu harusnya ada diatas panggung! Nanti Pak Andi nyariin! Ayo kita balik ke Ballroom." Adit segera meraih tangan Via dan menariknya untuk keluar ruangan. Namun Via menahan tarikan Adit dan menyuruhnya untuk tetap diam di ruangan itu bersamanya.

"Mas. Kamu tau kan soal ini semua, ha..?!"

Adit yang merasa tak paham dengan maksud ucapan Via, hanya diam dan menatap kedua mata Via.

"Kamu tau kan kalau ada Investor papa yang akan datang bersama keluarganya?!" Lanjut Via.

"Jawab mas?!"

Adit diam sejenak. Ia ingin menenangkan emosi Via yang mulai menguasai dirinya.

"Kamu tenang dulu. Iya aku tau kalau mereka akan datang. Kita sudah membahasnya di rapat."

"Lalu kenapa kamu gak ngasih tau aku?! Kenapa kamu diem aja?!"

"Memangnya kalau aku kasih tau kamu, akan merubah sesuatu? Lagi pula kenapa kalau Investor papa kamu diundang di acara peresmian hotel baru ini? Mereka kan juga berhak untuk datang. Ini juga salah satu uang mereka juga.. "

Emosi Via terlihat semakin meluap-luap. Namun dengan sekuat tenaga ia tahan Karena ia tak mau membuat keributan di tempat itu yang bisa menarik perhatian crew lain yang sedang melintas diluar pintu.

"Via, aku harus kembali. Aku punya tugas yang harus aku lakukan. Dan kamu sebaiknya lekas kembali ke atas panggung." Ucap Adit yang kemudian mulai beranjak menuju ke pintu keluar.

Belum jauh Adit melangkah, tangannya ditahan oleh Via.

"Kamu pasti juga tau kan kalau aku akan dijodohkan dengan putra investor itu." Ucap Via dengan nada suara yang lebih tenang.

Mendengar itu Adit terdiam. Ia tak mampu berkata lebih banyak.

"Jawab mas. Kamu tau kan?" Tanya Via sekali lagi yang tak kunjung mendapat jawaban dari Adit.

Suasana beranjak hening. Tak ada suara dari mereka berdua. Hanya suara sayup terdengar dari dalam ballroom yang menembus lapisan kedap suara.

Tiba-tiba terdengar suara isakan tangis lirih dari Via. Adit yang mengetahui itu lekas berbalik, dan mendapati Via tengah tertunduk dan pipinya mulai basah. Adit merasa semakin bingung harus berbuat apa.

------------------------

Haloo.. Terimakasih sudah membaca hingga part ini.. Selamat menikmati...

Kritik dan sarannya jangan lupa ya...

Dear Boss's DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang