"Via, siang ini kita bisa makan siang bareng?"
Jemari Adit menekan tombol kirim saat ia selesai mengetik pesannya. Kemudian meletakan kembali ponselnya diatas meja sebelum kedua matanya beralih menatap layar laptop di hadapannya.
"Oke. Jemput aku di halte dekat rumah ya." Balas Via setelah Adit mengecek ponselnya yang bergetar.
Diletakan kembali ponsel berwarna hitam itu tanpa membalas pesan yang baru saja ia baca.
Matahari telah berada di titik tertingginya. Cahayanya menyilaukan mata setiap orang yang beraktifitas dibawahnya. Keringat yang bercucuran menjadi wajar saat tak ada atap yang melindunginya.
Sebuah angkutan kota berhenti di sebuah halte tak jauh dari tempat tinggal Via. Beberapa orang bergegas masuk melewati pintu mobil bercat biru itu. Pak sopir segera menginjak pedal gas saetelah ia lihat seorang perempuan terakhir yang terlihat menunggu tak kunjung memasuki mobilnya.
Setelah angkot itu beranjak pergi, di belakangnya tiba sebuah mobil hitam ber-plat nomor P menepi dan berhenti tepat di depan halte.
"Hai.. nunggu lama ya?" Ucap Adit dari balik jendela mobil yang baru saja terbuka.
"Banget.."
Adit tersenyum mendengar protes Via yang sedang memasuki mobilnya.
"Mau makan dimana yang?" Tanya Via setelah memasang sabuk pengamannya.
"Di dekat mall gimana?"
"Yaudah yuk."
Mobil mereka melaju menuju ke tempat yang telah disepakati.
Adit dan Via telah tiba di tempat yang dimaksud. Mereka segera masuk dan mencari tempat yang kosong. Beberapa saat kemudian pelayan datang membawakan buku menu dan mencatat pesanan mereka di buku note kecil yang ia bawa. Kemudian pelayan itu beranjak pergi saat pesanan telah lengkap.
"Kamu jarang-jarang ngajak aku makan duluan.. lagi kangen sama aku ya?" Ucap Via sambil senyumnya menggoda.
"Tau aja.. kangen ingin mencet hidungmu. Sini..."
Via mengelak dan menjauhkan kepalanya sembari sedikit tertawa saat tangan Adit mencoba meraih hidungnya.
"Aku besok mau ada perjalanan bisnis." Ucap Adit setelah Via beranjak tenang.
"Oh ya? Kemana?"
"Palembang."
"Berapa hari?"
"2 Minggu."
"Lama banget? Gak boleh."
"Harus."
Via teridam.
"Jadi kamu ngajak aku makan siang untuk pamitan?"
"Salah satunya. Lebih tepatnya karena aku rindu." Ucap Adit sambil tersenyum.
Via memalingkan wajah kesalnya kearah lain. Tak ada senyum tersirat di wajahnya sedikitpun.
"Yaudah pergi aja. Kalau bisa jangan pulang."
"Gitu? Yaudah kalau itu maumu."
"Iihhh..!!"
"Aauuwww!!" Teriak Adit saat ia merasakan tulang kering kakinya tertendang sesuatu dengan cukup keras. Tangannya mengusap bagian yang sakit itu dengan ekspresi meringis kesakitan.
"Sakit yang?! Sadis amat.."
"Biarin." Ucap Via yang kembali membuang pandangannya setelah melirik Adit yang terlihat kesakitan karena tendangannya di kaki kekasihnya itu.
Sesaat kemudian pesanan makan siang mereka telah tiba. Pelayan meletakan semua piring yang dibawanya dengan nampan itu satu persatu diatas meja.
"Emang ngapain kok lama banget.." Ucap Via saat pelayan itu telah pergi.
"Aku disuruh membantu hotel cabang disana untuk persiapan Asian Games. Kita kebanjiran tamu. Dan mereka minta bantuan ke kantor pusat."
"Apa staf kantor pusat cuma kamu aja?!"
"Via.."
Via yang merasa namanya disebut, tak menghiraukan dan kembali memalingkan wajahnya disertai ekspresi yang cemberut.
"Kamu lupa apa yang dikatakan papamu waktu itu? Ini challenge buatku. Aku akan berusaha keras."
Pandangan Via kembali menatap Adit saat mendengar ucapan Adit.
"Tapi apa harus selama itu? Masa gak bisa hanya 3 atau 4 hari aja?"
"Bahkan rencana awal sampai 1 bulan.." Ucap Adit.
Ekspresi Via semakin cemberut mendengar penjelasan Adit. Kakinya menghentak sekali tanda kesal.
"Iih. Bisa jablay aku kalau selama itu."
Adit terlihat menahan ketawanya mendengar ucapan Via.
"Kalau aku digondol kucing gimana?" tambah Via dengan kesal.
Adit kembali menahan tertawanya. Namun ia mencoba agar tak tertawa untuk menghargai perasaan Via. Ia mengerti apa yang Via rasakan saat itu.
"Sini duduk di sebelahku."
Adit menepuk kursi kosong di sebelahnya. Via perlahan beranjak menuju tempat yang diinginkan Adit. Via melingkarkan kedua tangannya di lengan Adit dan menyandarkan kepalanya di bahu saat mereka telah duduk berdampingan.
"Kalau aku ikut gimana.." ucap Via yang masih cemberut.
"Sudah jangan mencoba melakukan hal yang aneh-aneh. Aku nggak lama kok, cuma 2 Minggu. Selepas itu kita bisa ketemu lagi. Lagian aku juga gak mau kelamaan disana."
"Aku sudah terbiasa hampir tiap hari ketemu.." Wajah Via terlihat murung dan sedih.
"Yaudah makan yuk. Keburu basi makanannya. Nanti kita ngobrol lagi." Ajak Adit sambil melepaskan dekapan Via pada lengannya.
Via kemudian bangkit dan mulai makan dengan sedikit tak berselera. Adit berusaha menceritakan sesuatu yang lucu agar membuat Via lebih baik. Namun gadis itu tak banyak bereaksi. Wajahnya tetap sedikit cemberut dan terlihat memaksakan senyumnya.
***
Hari telah berganti. Pagi itu Adit sedang menikmati guyuran air hangat di kamar mandinya. Kepulan asap air hangat menggantung di langit-langit kamar mandi dan melembabkan udara ditempat itu.
Via sengaja datang pagi-pagi untuk membantu Adit mengepak pakaian meskipun Adit sempat melarangnya untuk datang. Namun Via bersikeras dan sampai di apartemen Adit sekitar pukul 8 pagi.
Ting.. tung.. tok tok tok..
Via mendengar seseorang memencet bel pintu dan lekas menghentikan kegiatannya melipat beberapa jas dan kemeja milik Adit untuk dimasukan ke dalam koper. Kemudian Via beranjak melihat siapakah yang datang berkunjung sepagi itu.
"Eh Tante Maya, pagi Tan.."
"Lho Via, kamu sudah disini?"
Bibi Maya merangsek masuk saat pintu belum terbuka sempurna.
"Kamu nginap disini??" Tanya Bibi Maya.
"Ah nggak kok Tante, aku baru datang tadi jam 8."
Bibi Maya menengok kedalam rumah dan tak ditemukannya sosok Adit disana.
"Adit kemana?"
"Masih mandi Tan. Tante bawa apa itu?"
"Oh ini makanan kemasan buat Adit. Sama Snack buat di perjalanan."
Via meminta kantong plastik yang dibawa Bibi Maya untuk membantu membawanya ke dapur.
-----------------
Apakah Via akan baik-baik saja sepeninggal Adit ke Palembang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Boss's Daughter
RomanceCerita ini disusun dengan alur yang ringan-ringan saja. Tak ada melow yang berlebihan. Dan endingnya pun bisa ditebak layaknya cerita romance pada umumnya. Selama on going, part diupload random saja selama saya ada waktu ditengah kesibukan silaturah...