Acara peresmian Alam Hotel yang baru terlihat cukup ramai. Para undangan satu persatu hadir memenuhi ruang lobi gedung hotel yang baru saja selesai direnovasi itu. Bangunan yang baru jadi itu, terlihat sangat mewah dengan gaya interior khas Jawa lengkap dengan beberapa icon budaya lokal yang dikemas mewah dan elegan.
Para tamu undangan dibuat kagum oleh desainnya. Tak hentinya ucapan selamat mengalir kepada Pak Andi dari semua tamu undangan meskipun peresmian belum secara resmi dimulai.
"Kamu lagi cari siapa sih dari tadi seperti bingung gitu?" Ucap Bu Tari sambil sedikit berbisik saat melihat Via seperti tak tenang berada di antara kedua orang tuanya.
"Ah, nggak cari siapa-siapa kok ma.."
"Yasudah diem. Jangan banyak gerak nanti gaun mu berantakan." Ucap Bu Tari yang seketika membuat Via berhenti bergerak. Namun kepalanya tetap bergerak-gerak mencari sesuatu di kejauhan.
"Permisi pak. Acaranya sudah bisa di mulai sekarang."
"Oh iya. Mari kita masuk. Kita mulai acaranya." Ajak Pak Andi kepada semua orang yang saat itu sedang berkumpul disekitar keluarganya.
"Via..! Ayo masuk. Kita ketinggalan nanti.." ucap Bu Tari yang mulai jengkel terhadap anaknya.
"Iya iya ma, ini juga Via jalan kok.." ucap Via yang mulai melangkahkan kakinya namun masih dengan pandangan yang mencari sesuatu di kejauhan.
"Aduh kaget aku..!!" Via sedikit melompat mundur saat ia sadar akan menabrak seseorang yang sedang berdiri didepannya.
"Kamu kenapa sih Via?! Kenapa kaget gitu?! Dia cuma Adit.." Ucap Bu Tari yang menengok saat mendengar suara Via yang terkejut.
Adit dengan ekspresi datarnya hanya melihat tingkah Via dengan tatapan dingin. Dan Via sedikit terkejut saat ia sadar bahwa orang yang dari tadi ia cari tiba-tiba muncul tepat di hadapannya.
"Viaaa... udah ayo cepet masuk..!!." Ucap Bu Tari yang segera meninggalkan Via dan Adit dengan posisi yang masih berhadapan.
Via terlihat cukup canggung berdiri dihadapan Adit. Via menggigit bibirnya dan matanya gergerak tak beraturan. Namu tak demikian dengan Adit. Ia masih betah dengan ekspresi wajah datarnya.
"Mas Adit. Kamu kenapa sih. Jadi dingin gini ke Via. Kalau Via salah itu bilang dong, jangan tiba-tiba cuek." Ucap Via.
"Silahkan masuk. Acaranya sudah dimulai. Papa dan mamamu menunggu di dalam." Ucap Adit yang kemudian melangkah meninggalkan Via tanpa berniat menjawab pertanyaan Via.
"Jawab dulu pertanyaan Via..!" Via menahan lengan Adit yang hendak pergi meninggalkannya.
"Yasudah kalau kamu tidak mau masuk. Maaf, pintu harus saya tutup demi kenyamanan tamu di dalam." Ucap Adit yang segera masuk kedalam dan bersiap menutup pintu Ballroom yang cukup besar dan tinggi itu. Ia tak menghiraukan Via yang masih berada di depan pintu Ballroom sambil tetap menatap kepadanya.
"Haisshh...!! Minggir...!!" Via berjalan masuk dengan sedikit emosi. Ditabraknya bahu Adit hingga Adit sedikit terpental kesamping. Namun Adit hanya menghela nafas melihat tingkah Via kepada dirinya.
Akhirnya acara peresmian dimulai. Sebelum memasuki prosesi potong pita sebagai simbol dimulainya oprasional hotel, terlebih dahulu akan didengarkan sambutan dari presiden PT. ANDIALAM GROUP HOTEL AND RESORT yang tidak lain adalah ayah dari Via.
Semua orang bertepuk tangan saat Pak Andi berdiri dari barisan kursi orang-orang penting yang sengaja diberikan tempat duduk di atas panggung. Termasuk Bu Tari dan Via juga ikut duduk dalam jajaran orang-orang itu dengan menghadap kearah tamu undangan. Sehingga para tamu undangan bisa dengan jelas melihat dan mengenali siapa saja orang-orang yang memegang jabatan penting dalam raksasa perhotelan itu sekaligus sosok anggota keluarga pak Andi.
Saat pak Andi tengah serius memberikan sambutan. Via tak henti-hentinya memandang kearah Adit yang sedang berdiri dibelakang kursi tamu undangan. Ia tengah bertugas melakukan koordinasi dengan seksi acara melalui HT yang dipegangnya.
Via terus menatap kearah Adit, hingga sesekali Bu Tari harus mengingatkan Via untuk bertepuk tangan saat yang lain bertepuk tangan.
Adit pun melakukan hal yang sama. Sesekali ia melihat Via dengan paras cantik nya duduk diantara orang-orang tua berduit didepan sana. Mereka berdua sadar bahwa mereka tengah saling menatap satu sama lain meskipun jarak mereka cukup jauh.
Kemudian ia melihat Adit sedikit berlari kearah depan melalui samping, dan naik keatas panggung melalui belakang barisan kursi orang-orang penting. Adit sedikit membungkuk tepat di belakang Bu Tari, dan membisikan sesuatu kepada pak Andi. Setelah itu ia segera kembali ke barisan belakang kursi tamu undangan.
Via sempat mendengar pak Andi berkata dengan lirih "langsung suruh masuk saja. Siapkan kursi lagi di atas panggung." Kepada Adit sebelum ia berlalu kembali ke posisinya di belakang.
Beberapa saat kemudian, pintu Ballroom kembali dibuka lebar. Terlihat beberapa orang berjas formal masuk terlebih dahulu seperti sedang mengawal seseorang di belakangnya. Kemudian disusul 4 orang yang terlihat seperti orang yang sangat penting memasuki ruangan besar nan megah itu. Mereka seperti sebuah keluarga terhormat, sepasang suami istri, dan dua orang anak, yang segera diberi jalan oleh petugas keamanan melalui jalur tengah diantara kursi para tamu undangan untuk langsung menuju ke kursi yang baru saja disiapkan diatas panggung.
Pak Andi terlihat segera berdiri untuk menyambut kedatangan rombongan itu diatas panggung. Pak Andi pun menyuruh Bu Tari dan Via bergabung dengannya untuk memberikan sambutan. Kedua keluarga itu saling memperkenalkan anggota keluarga mereka masing-masing dengan singkat sebelum akhirnya duduk kembali di kursi masing-masing.
"Itu keluarganya Pak Daniel. Investor papa dari Singapura. Putra mereka yang paling besar namanya Mike. Menurutmu gimana anaknya. Cakep kan.. kalau kamu mau, kamu bisa kenalan lebih dekat. Nanti mama kasih waktu kalian berdua ngobrol." ucap Bu Tari lirih di samping Via.
Via yang menyadari maksud dari ucapan mamanya, segera tampak gelisah. Rupanya acara ini adalah jebakan untuknya. Dalam pikirannya, pantas saja ia harus tampil sempurna di acara yang sudah sering dilakukannya di setiap peresmian hotel baru milik papanya.
Dilihatnya Adit sudah tak ada lagi di tempatnya. Ia sebarkan pandangannya namun tak kunjung menemukan sosok Adit dimanapun. Mengetahui itu ia semakin tampak gelisah.
"Kamu kenapa lagi? Kamu mau ke toilet? Bilang dong, jangan seperti orang bingung gitu. Sudah sana cepet." Ucap Bu Tari.
"Ma, aku keluar bentar ya? Tapi kalau aku gak balik kesini gpp kan?"
"Kamu ngomong apa sih! Awas aja kalau sampai kamu gak balik kesini secepatnya. Mama bakal marah besar ke kamu."
----------------------------------
Halo.. Terimakasih sudah membaca hingga part ini.. Selamat menimati..
Kritik dan sarannya jangan lupa ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Boss's Daughter
RomanceCerita ini disusun dengan alur yang ringan-ringan saja. Tak ada melow yang berlebihan. Dan endingnya pun bisa ditebak layaknya cerita romance pada umumnya. Selama on going, part diupload random saja selama saya ada waktu ditengah kesibukan silaturah...