Hari ini merupakan hari pertama bagi seorang Keyzia Adiputra tinggal bersama orang yang baginya asing, orang yang baru ia kenal namun sudah resmi, sah menjadi suami diatas kertas kemarin.
Hari baru, kehidupan baru, kebiasaan dan rutinitas yang baru pula. Keyzia yang sudah terbiasa hidup sendiri, melakukan segala sesuatu untuk dirinya sendiri kini harus mulai belajar untuk peduli dan berbagi. Belajar menjadi istri dan ibu rumah tangga, belajar mengurus suami, dan juga mengelola lahan ayahnya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
Jam menunjukan pk 05.00 pagi, Keyzia keluar kamar dan seperti kebiasaan lamanya langsung menuju kamar mandi, ia terbiasa untuk mandi terlebih dahulu sebelum menjalankan aktifitasnya, karena menurutnya dengan tubuh yang segar maka semangat di pagi hari pun akan bertambah kalilipat. Selesai mandi ia mengecek keadaan pantry apartemennya dan mencatat apa saja yang harus ia beli. Ia melihat keadaan kulkas dan lemari-lemari yang masih kosong semua, tentunya banyak sekali kebutuhan yang harus ia beli.
Setelah mencatat semua kebutuhannya Keyzia segera mengecek tabungannya untuk membuat perencanaan belanja agar tidak melebihi budget dan pengeluarannya ia usahakan seminim mungkin, karena sadar jalan hidupnya masih panjang. Walaupun ia telah memiliki suami yang seharusnya menafkahi hidupnya namun Keyzia tidak mau bergantung dan berharap, ia tidak mau menambah masalah dalam hidupnya, Keyzia hanya berusaha untuk hidup seadanya dengan apa yang ia miliki dan ia dapatkan dengan usahanya sendiri, tidak mau mengandalkan dan bersandar pada orang lain baginya hal tersebut hanya akan menghasilkan rasa sakit dan kecewa pada akhirnya. Selesai membuat schedule dan perencanaan ia kembali ke kamar tidurnya, ganti baju dengan t-shirt dan jeans panjang, mengambil tas selempangnya siap-siap untuk pergi belanja, tidak lupa kamera XLR nya ia kalungkan untuk melakukan hobi barunya. Melihat Melvan yang belum bangun, ia menulis memo di meja pantry untuk pamit pergi belanja dan sekalian beli makanan untuk mereka.
Hari masih terlalu pagi saat Keyzia turun dari apartmentnya dan belum ada supermarket besar yang buka. Keyzia memutuskan pergi ke pasar tradisional untuk berbelanja kebutuhan pokoknya, untuk mengisi bahan makanan di kulkasnya yang masih kosong. Letak pasar yang ia tuju berada dekat di belakang apartementnya, oleh karena itu Keyzia pergi dengan berjalan kaki di pagi hari ini, itung-itung olah raga pagi sambil menikmati udara dan langit yang cerah di pagi hari, hal tersebut baru pertama Keyzia lakukan, biasanya dia tidak pernah memikirkan makanan, ketika perut lapar, Keyzia memilih untuk membeli makanan jadi di restaurant cepat saji. Menurutnya lebih praktis, tidak usah beres-beres dapur dan cuci piring. Karena toh dia hanya tinggal sendiri, namun beda keadaannya mulai hari ini ia harus memikirkan kehidupan dan kesehatan suaminya.
Keyzia berjalan menikmati suasana pagi hari, melihat keadaan sekelilingnya, belajar untuk mencari moment dan angel yang bagus untuk menentukan arah bidikan pada kameranya. Seharusnya ia hanya membutuhkan waktu sepuluh menit untuk mencapai pasar, namun karena hobi photographynya sehingga ia jadi membutuhkan waktu hingga dua puluh menit untuk mencapai pasar tradisional di belakang apartmentnya.
Sesampainya di pasar ternyata pasar sudah dipenuhi dengan orang-orang yang sedang asik berbelanja, ada yang sedang memilih sayur, menawar harga, bercengkrama, dan yang lainnya. Moment berharga yang belum pernah Keyzia rasakan sebelumnya, ternyata seru juga hidup merakyat dan bersosialisasi, tidak membosankan dan dapat menambah ilmu dengan pengalaman baru. Tidak membuang waktu lama, Keyzia pun langsung masuk dalam kerumunan dan ikut berbelanja sambil sesekali memotret suasana pagi di pasar, ia membeli berbagai macam sayuran, daging, buah-buahan, telor, dan bumbu-bumbu dapur. Pertama kali ke pasar pastinya ia bingung, pertama saat ia ingin membeli daging, ia melihat ibu-ibu yang menawar harga yang bedanya hanya lima ribu saja tapi seperti sudah mau ribut dengan pedagang. "Apakah sebegitu miskinnya ibu itu, sampai uang lima ribu saja ia pertahankan mati-matian?" Ia bertanya dalam batinnya. Setelah itu ia berjalan lagi untuk membeli sayur, ia melihat seorang ibu yang berdagang sambil menggendong anaknya yang masih bayi. "Ternyata besar juga pengorbanan seorang ibu itu, ia harus mengurus anaknya sambil berdagang. Kemana suaminya? Apa suaminya cuek kaya papah? Apa dulu mamah juga kaya gitu ya, ngurus anak-anaknya sambil kerja? Ya Tuhan, Key kangen mamah..... " Melihat seorang ibu yang menggendong anaknya sambil berjualan membuat Keyzia sangat merindukan Ibunya, ingin rasanya berlari pulang dan memeluk erat ibunya. Namun hal itu sangat tidak mungkin saat ini, rumah ibunya yang jauh dan lagi masih banyak kesibukan yang harus ia selesaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Meaning of Love
Teen FictionKeyzia Adiputra Seorang cewe berumur 16 tahun yang memilih untuk berpenampilan nerd dan memiliki asumsi bahwa : Mencintai itu adalah hanya kata bualan untuk membuat target mabuk terbuai setelah itu terjatuh, sakit, dan akhirnya dicampakan. Orang-ora...